Minggu pertama terlalui setelah Alvin dan Saffa resmi pacaran. Satu minggu yang mereka jalani penuh dengan beragam warna. Sejak awal Alvin lah yang bersemangat dengan hubungan mereka, sementara Saffa masih terlihat tidak terlalu serius.
Seminggu membiasakan Saffa untuk membuang gue-elo pada Alvin ternyata berbuah hasil. Berawal dari perjanjian dimalam gelap yang sempat dielak habis-habisan oleh Saffa, entah dengan cara apa akhirnya Alvin berhasil membiasakan Saffa untuk menggunakan aku-kamu saat berbicara padanya.
"Pelan-pelan vin, pelan-pelan!" Itulah mantra yang selalu ia gumamkan ketika berada didekat Saffa.
Sebulan lebih seminggu mengenal Saffa, ternyata gadis itu tidak sejutek yang Alvin kira, sedikit demi sedikit aslinya Saffa mulai terlihat.
Saffa yang aslinya sangat perhatian baru-baru saja dirasakan oleh Alvin, walau masih sering menekuk wajah dan menggerutu tapi jika ada sesuatu yang kurang dari Alvin maka Saffa akan cepat memberitahunya.
Seperti pagi ini saat Alvin menjemput Saffa untuk pergi bekerja bersama. Alvin memang memakai kemejanya seperti biasa tapi tidak dengan dasi. Alvin masih menyimpan dasinya dalam tas.
Selesai sarapan seperti biasa, Alvin dan Saffa berpamitan pada Kiandra dan Dimas yang kala itu libur bekerja, saat sudah di dalam mobil tanpa canggung lagi Saffa meraih tas Alvin dan membukanya.
"Aku kan udah bilang, dasi kamu jangan ditaruh dalam tas, kucel lagi kan!" Kata saffa sambil berusaha melurus-luruskan dasi Alvin, sementara Alvin sudah melajukan mobilnya.
"Tadi aku bangunnya telat, jadi dasinya langsung aku taruh dalam tas."
"Tuh telat lagi bangun, malam tadi emang ngapain, begadang lagi pasti!" Saffa sudah siap mengomel.
Alvin terkekeh pelan tanpa harus mengiyakan, Saffa tau jika dugaannya benar.
"Kamu lupa 2 hari yang lalu kamu muntah-muntah karna kebanyakan begadang, mau sakit emang, hah?" Satu sifat yang kembali dideteksi sebagai sifat alamiah Saffa yang diketahui oleh Alvin, cerewet.
Saffa mengomel sambil melayangkan tepukan pada bahu Alvin, sementara Alvin hanya bisa pasrah karena ia memang harus fokus menyetir.
"Aduh yang jangan dipukul gitu dong, sakit tau!" Ringis Alvin.
Mendengar kalimat Alvin, Saffa yang tadinya sebal kini berubah menjadi diam sesaat. Entah mengapa jika Alvin mengganti panggilan namanya dengan sapaan lain, selalu saja berhasil membuat Saffa meleleh.
"Tuh sudah sampai, nanti pulang aku jemput apa ikut Rose?" Tanya Alvin sambil menatap Saffa.
Masih dengan mode salah tingkah, Saffa menjawab pertanyaan Alvin, "ya dijemput lah, kan kamu yang ngantar, masa iya pulang ikut Rose, emang dia supir aku!" Sahutnya sambil menarik tubuh Alvin agar mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing Called Love ✔️
ChickLit(FOLLOW SEBELUM BACA) (SEQUEL PERFECT CO-PILOT) ❤❤❤ Kata mereka Cinta bisa datang karena terbiasa. Para orang tua terdahulu kita juga sering mengatakan hal itu. Mereka bilang Cinta akan hadir pada dua hati selambat-lambatnya meski awalnya satu hat...