19. Sepakat

16.7K 1K 16
                                    

Prosesi lamaran berlangsung dengan khidmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prosesi lamaran berlangsung dengan khidmat. Keputusan final dari Saffa adalah menerima lamaran dari teman kecil sekaligus Cinta pertamanya, Alvin.

Sejak dari awal Alvin datang, jantungnya berdebar kencang hingga matanya melihat Saffa masuk ke area ruang tengah dengan kebaya berwarna biru muda, berhasil membuatnya serasa tak bernafas lagi.

Malam ini Saffa terlihat sangat cantik dimatanya, walaupun jika ditanya kapan Saffa terlihat tidak cantik, Alvin pasti menjawab dengan jawaban tidak pernah, baginya Saffa selalu cantik.

Kedua keluarga besar saat ini tengah berkumpul dan bercengkrama, bahkan Rose sudah menghilang entah kemana bersama para sepupu-sepupu.

Ditengah acara berbincang-bincang, Alvin memberi kode pada Saffa agar keluar dari lingkarang pembicaraan, Saffa yang mengerti pun langsung berdiri dan meminta izin untuk meninggalkan obrolan.

Saffa berjalan kearah taman yang ada di belakang rumahnya, ia melangkahkan kakinya menuju gazebo yang biasa ia gunakan untuk bersantai disiang hari.

"Nggak dingin malam-malam disini duduknya?" Tanya Alvin yang malam ini terlihat gagah bagi Saffa.

"Dari pada di dalam panas denger mama, tante sama nenek ngobrol ngawur ngidul." Sahut Saffa.

Alvin tertawa singkat sambil mengangguk. Ia duduk merapat kesebelah Saffa lalu meraih tangan Saffa dan menggenggemnya erat.

"Makasih.." katanya sambil menatap Saffa lekat.

Saffa yang tadinya menengadah menatap langit kini berpaling menatap Alvin.

Mata mereka saling mengunci dengan ekspresi datar dari keduanya.

"Makasih buat apa?" Tanya Saffa menyahut dengan pelan.

"Segalanya, terutama untuk kesempatan yang kamu kasih ke aku."

Perasaan Saffa menghangat saat mendengar pernyataan Alvin, ia pun tersenyum.

"Aku juga mau ngucapin makasih." Kata Saffa tak mau kalah.

Masih dengan tatapan lekat, Alvin menatap tanpa berkedip, "makasih untuk?"

Saffa menghela nafasnya terlebih dahulu, "makasih sudah mau nerima aku yang banyak punya kekurangan, mudah-mudahan kedepannya kamu bakal sabar buat ngadepin aku." Ucap Saffa yang sebenarnya tengah mengutarakan kegelisahannya mengenai bayangan rumah tangga yang membentang sangat dekat didepannya.

Alvin semakin mengetatkan genggamannya sambil menggeleng pelan, "apa lagi kurangnya kamu, aku nggak lihat kamu punya minus sedikitpun, bagiku kamu sempurna."

Little Thing Called Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang