Sepuluh

2.2K 132 0
                                    

Selama perjalanan, semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seperti Azmi, Aban dan Ahkam, mereka sibuk dengan handphone nya dan membuat story di instagram.

Sedangkan Desiva, ia hanya diam sambil memandang keluar lewat jendelanya. Shelia yang duduk disebelahnya merasa bingung.

"Kenapa diem aja Va? Kamu sakit?" tanya Shelia khawatir.

Desiva menggeleng pelan. Shelia pun mengangguk, kemudian dia menyenderkan kepalanya lalu menutup mata.

Hari ini tanggal 15 Mei itu berarti hari ini adalah hari ulangtahun Abangnya yang ke 17 tahun.

"Barokallah fi'umrik Bang. Happy sweet seventen, Iva sebenernya pengen banget ziarah ke makam Abang. Tapi kayaknya gak mungkin, sebagai kadonya Iva hanya bisa berdoa semoga Abang dilapangkan kuburnya, diampuni segala dosa nya. Abang yang tenang ya disana, semoga suatu hari nanti Iva bisa ketemu sama Abang di syurga-Nya. Iva rindu bang. Semua orang sayang sama Abang. Iva juga janji bakalan bahagiain Mama sama Papa. Iva bakalan berusaha untuk menjadi anak yang sholehah agar bisa membanggakan Mama sama Papa. Intinya Iva sayang sama Abang. Sekali lagi selamat hari milad ya Bang". Tulis Desiva di buku diary kesayangan.

Dia meneteskan air mata saat membaca ulang tulisannya. Ia segera menyeka air matanya, ia tidak boleh menangis, apalagi kalo sampai Shelia tahu, ia pasti merasa khawatir.

Shelia mendengar ada suara isak tangis, lalu ia menengok ke arah Desiva dengan tatapan khawatir.

"Iva, kamu kenapa nangis?" suara Shelia cukup keras, sampai membuat Mba Gita yang tidur pun terbangun.

Desiva menggeleng cepat. "Aku nggak nangis kok," ucapnya sedikit parau.

"Itu kok matanya merah?" tanya Shelia lagi.

"Kamu sakit ya? Kalo sakit mending bilang aja ke Abuya." ucap Mba Gita yang juga tampak khawatir.

"Nggak kok Mba, aku gak papa. Tadi mata aku cuma kelilipan aja kok jadinya nangis," ucapnya berbohong.

"Kamu gak pinter berbohong Va," ucap Shelia. Desiva diam, lalu kembali menangis. Kali ini ia tidak bisa menyembunyikannya lagi.

Shelia segera memeluk Desiva berusaha menenangkan. "Kalo ada masalah mending cerita aja Va, gausah dipendem. Siapa tau aku bisa ngasih solusi," ucap Shelia sembari mengusap kepala Desiva.

Desiva melepaskan pelukannya. "Aku nggak papa kok Shel, aku cuma sedih aja, sekarang adalah hari ulangtahunnya Bang Fatih. Tapi aku malah gak bisa ziarah," jelasnya lirih.

"Kamu kan masih bisa berdoa Va, kamu doain aja yang terbaik buat Abang kamu." ucap Mba Gita. Desiva mengangguk.

"Makasih ya Shel, Mba kalian udah mau ngertiin aku," ucap Desiva sembari memeluk kedua sahabatnya.

"Udah jangan nangis lagi ya, nantinya pusing," ucap Mba Gita dan diangguki oleh Desiva.

***

Ketika di perjalanan, adzan dzuhur berkumandang dengan merdunya. Mereka semua memutuskan untuk menunaikan shalat dzuhur terlebih dahulu,dan mencari mesjid terdekat.

Akhirnya Mobil Syubban pun berhenti didepan sebuah mesjid yang sangat indah dan cukup besar didaerah Purwokerto. Mesjid itu bernama Masjid Al-Ittihad.

Desiva dan anggota Syubban lainnya pun segera turun dari mobil, dan berjalan memasuki mesjid yang indah itu.

Setelah shalat dzuhur berjama'ah. Desiva mengajak Shelia dan Mba Gita untuk membeli cemilan di alfamart yang ada dipinggir mesjid.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang