"MENGELUH, MENYERAH dan PUTUS ASA hanya milik orang-orang yang LEMAH dalam menghadapi persaingan hidup"
______________________________________
"Ivaaaa! Kamu kemana aja sih? Kita bertiga nyariin kamu daritadi!" suara melengking milik Shelia memekakan telinga Desiva saat dia baru saja sampai didepan kamarnya.Desiva memutar bola matanya malas seraya berdecak sebal. Baru setengah jam saja dia menghilang mereka sudah riweuh apalagi kalau seharian? Mungkin mereka udah kelimpungan.
"Ini kenapa lagi baju kamu basah kuyup? Kamu main ujan-ujanan ya? Ya Ampun Iva, gimana kalo nanti kamu sakit?" Silvy ikut berceloteh.
Ia hanya membalas dengan senyuman singkat yang dipaksakan lalu berjalan masuk ke kamar mengambil peralatan mandi dan pergi meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih saja berceloteh.
"Tuh anak kayaknya perlu di ruqyah deh," celetuk Lia saat melihat Desiva yang berjalan menjauh.
"Demam kali dia, kan abis ujan-ujanan," ucap Silvy.
"Haha, kalian mah ngaco. Udah yuk ah mending kita tungguin aja dia di dalem," ajak Shelia lalu berjalan memasuki kamar diikuti oleh Lia dan Silvy.
***
Pagi harinya Desiva dan Silvy ijin keluar pondok karena akan membeli peralatan mandi yang sudah habis. Mereka berjalan di tepi lapangan pondok sambil asyik bercerita. Tiba-tiba keduanya mendengar suara teriakan dari arah lapangan.
"Awaasssss!!"
Dan bugh kali ini Desiva merasakan kepalanya ditimpa sebuah benda bulat. Ternyata itu adalah sebuah bola. Ia hampir terjatuh, beruntung Silvy memegang lengannya.
Astagfirullah! Ya Allah, ini sakit sekali, batinnya.
"Aww," Desiva mengeluh karena merasakan sakit dibagian kepalanya.
"Va, kamu gak papa kan? Sakit gak? Ini angka berapa? Kamu masih inget aku kan?" tanya Silvy khawatir. Pertanyaan beruntun dari Silvy membuat Desiva sedikit kesal.
"Ini cuma bola Sil, aku gak mungkin amnesia cuma gara-gara ini," ucap Desiva.
Desiva masih memegang kepalanya. Tak lama kemudian dua orang santriwan menghampiri mereka.
Mereka adalah Azmi dan.... Dhuha, Desiva menegakkan badannya. Entah kenapa, rasa gugup mulai menjalarinya. Kenapa jantungnya selalu berdegup melebihi temponya saat ia bertemu dengan Dhuha? Desiva semakin yakin kalau ia memang harus segera memeriksakan jantungnya ke dokter.
"Kamu gapapa?" tanya Dhuha yang terlihat khawatir seperti saat Silvy mengkhawatirkannya tadi. Desiva melirik Azmi yang berdiri sedikit jauh di belakang Dhuha. Azmi terlihat biasa saja, hanya diam mengamatinya.
"Gak papa kok Akh, cuman sakit sedikit,"
Desiva akhirnya bersuara setelah berusaha keras meredam detakan jantungnya.
"Mau ke UKS?" tawar Dhuha.
"Ck, Ha udahlah kan dia udah bilang gapapa, gausah dimanjain gitu deh." ucap Azmi sambil mengambil bola lalu berbalik menuju teman-teman yang lainnya di tengah lapangan.
Desiva tentu saja mendengar ucapan Azmi. "Eh gausah Akh, saya bisa sendiri," tolak Desiva halus.
"Oke kalo gitu, Afwan ya ukh tadi aku gak sengaja," ucap Dhuha tulus.