Tiga Puluh

1.9K 117 5
                                    

Keesokan harinya, benar bahwa hari ini adalah ujian tes Qiroat yang dilakukan tiap 3 bulan sekali.

Seluruh teman kelas Desiva sibuk menyiapkan surat yang akan di ujian kan. Namun berbeda halnya dengan Desiva, ia hanya meletakkan kepalanya diatas tangannya, mungkin ia masih berkutat dengan pikirannya sekarang. Shelia menatap Desiva dengan tatapan aneh.

"Kamu kenapa lagi Va?" tanya Shelia. Desiva menggeleng pelan.

"Gapapa kok,"

"Kamu udah nyiapin mental buat tes?" tanya Shelia. Desiva mendongak.

"Udah"

Tak lama, Ustadzah Ega datang memasuki ruangan kelas.

"Assalamualaikum warohmatullah wabbarokatuh," salam Ustadzah Ega saat memasuki kelas.

"Waalaikumussalam warohmatulloh wabbarokatuh" ucap semuanya serempak.

"Kalian sudah siap?" tanyanya.

"In Shaa Allah siap Ustadzah," koor semuanya.

"Yasudah kalo gitu kita langsung mulai saja ya,"

Satu persatu santriwati pun maju ke depan untuk Qiroat. Desiva sangat menikmati itu, ternyata teman-temannya mempunyai suara yang bagus-bagus.

Sekarang giliran Desiva. Desiva tak tahu apakah ia akan sukses dalam tes ini atau tidak. Entahlah, Desiva tidak terlalu percaya diri, karena ia hanya berlatih satu kali pada dini hari tadi. Ia hanya bisa menyerahkan semuanya pada Allah.

"Desiva Khoirunissa" panggilan itu membuat Desiva tersadar dari lamunannya.

"Iya Ustadzah?"

"Apa kamu sudah siap?" tanya Ustadzah Ega. Desiva mengangguk.

"In Shaa Allah siap ustadzah,"

"Kamu pasti bisa Va." ucap Shelia menyemangati.

"Hamasah Desiva, aku yakin kamu bisa," teriak Lia. Desiva maju ke depan dan mulai membaca surat Al-Mulk, surat yang ia pilih.

Audzubillahiminnassyaitonnirojim...

Bismillahirohmannirohim...

Desiva membaca surat Al-Mulk sampai ayat 15 dengan menitikkan air mata, mungkin karena ia sangat menghayati dan meresapi setiap ayat dari surat itu. Semua yang mendengarkan tercengang, tak dapat berkata-kata, bahkan ada juga yang ikut menangis karena menghayati. Desiva juga tak menyangka. Semuanya bertepuk tangan.

"Subhanallah, suara kamu bagus sekali Nak," puji Ustadzah Ega.

"Nggak kok Ustadzah, suara saya gak sebagus yang Ustadzah kira,"

"Ustadzah serius, Ustadzah kasih nilai tertinggi kamu pada tes ini." ujar Ustadzah Ega.

"Alhamdulillah, syukron Ustadzah" Desiva sangat senang saat mendapat penuturan dari Ustadzah Ega bahwa ia mendapatkan nilai tertinggi di tes ini.

"Wa Iyyaki Nak."

Setelah penampilan dari Desiva, kini giliran Shelia dan di lanjutkan dengan yang lainnya.

***

"Akhi Aban..." panggil Desiva dengan pelan. Aban yang sedang serius membaca kitabnya mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

"Desiva?" Aban mengernyitkan dahinya.

Desiva tersenyum tipis. "Ada yang mau aku omongin sama kamu, Akh"

"Oh, yaudah. Silahkan duduk."

Desiva mengangguk, kemudian duduk di bangku berbeda lumayan jauh dari Aban.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang