Duapuluh Satu

1.9K 111 0
                                    

"Ma, Pa. Desiva pulang ke pondok lagi," pamit Desiva.

Mama dan Papa mengangguk. "Iya sayang. Jaga diri baik-baik disana ya, hati-hati dijalannya." ucap Mama memegang pipi Desiva.

"Minggu depan Papa sama Mama ke pondok buat nengokin kamu," ucap Papa.

Desiva mengangguk, "Yaudah, kalo gitu Iva pamit ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," Mama dan Papa menjawab serentak.

"Pak, Bu. Kami pamit pulang ya, sekali lagi terimakasih banyak atas tumpangannya," Abuya ikut berpamitan.

"Iya sama-sama Pak Kyai. Saya nitip anak saya ya Pak,"

"Nggeh Pak, kalau gitu kami permisi dulu ya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam,"

Setelah berpamitan kepada orangtua Desiva, semuanya pun naik ke mobil untuk kembali ke pondok.

Mobil tim syubbanul muslimin berjalan membelah jalanan. Baru saja menempuh perjalanan selama 30 menit, adzan Dzuhur berkumandang dengan lantangnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti terlebih dahulu di mesjid terdekat. Setelah menemukan mesjid tersebut, semua anggota tim syubban pun turun dari mobil. Mereka semua berjalan memasuki mesjid dengan eloknya.

Seusai menunaikan solat dzuhur berjama'ah, mereka lantas langsung menaiki mobil dan melanjutkan perjalanan.

Di mobil semua terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang langsung beristirahat karena kecapean, juga ada yang bercanda ria seperti Azmi, Aban dan Ahkam yang duduk dikursi mobil paling belakang.

Azmi duduk di antara Aban dan Ahkam, tatapannya menatap lurus ke depan sambil sesekali tersenyum.

"Mii, kenapa sih? Kok kamu senyum-senyum sendiri terus daritadi?" tanya Ahkam yang bingung melihat Azmi.

"Woy, Azmi sadar woy!" ucap Aban sambil menggoyangkan bahu Azmi.

Azmi yang sedang melamun pun terkejut dengan Aban yang menggoyang bahunya.

"Astagfirullah" ucap Azmi refleks karena merasa kaget.

"Ada apa Mi? Kenapa dari tadi melamun terus, mana sambil senyam-senyum lagi. Kan kita jadi takut," ucap Ahkam sambil terkekeh.

"Hmm.... A,, anu.. Aku gapapa kok kak." Azmi menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kenapa Mi? Cerita dong," Aban menaik turunkan alisnya menggoda Azmi dengan muka yang terlihat lebay.

"Apaan sih Aban?" ucap Azmi sambil menjauhkan muka Aban yang memperlihatkan ekspresi lebaynya yang membuat Azmi merasa ilfeel.

"Ish, kamu ini mi. Lihat nih, muka aku jadi gak ganteng lagi kan?" ucap Aban sok kecakepan.

"Hahaha, sejak kapan kamu jadi sok kecakepan gitu Ban?" ucap Azmi sambil tertawa meledek.

"Aku kan emang ganteng plus manis mi," jawab Aban dengan menempelkan jari jempol dan telunjuk membentuk pistol dibawah dagunya sambil tersenyum sok keren.

Aksi Aban itu membuat Ahkam dan Rizal yang melihatnya pun jadi tertawa.

"Maksud Azmi itu, sejak kapan Aban jadi sok sok-an gitu?" timpal Azmi menahan tawa.

"Tau tuh Aban, efek cuaca mungkin Mi," ucap Rizal sambil cengengesan.

"Apaan sih, kok kalian semua jadi bully Aban? Harusnya kalian introgasi tuh si Azmi kenapa tadi senyum-senyum sendiri," ucap Aban memberengut.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang