Tigapuluh Tujuh

1.7K 129 3
                                    

3 hari sudah terlewati dengan cepat. Hari ini Desiva bangun lebih awal dari biasanya karena Shelia, Silvy, Lia dan Anisa sebentar lagi akan tiba di rumahnya. Sebenarnya pada hari Selasa kemarin Silvy sudah chat Desiva bahwa ia akan ke rumahnya hari Rabu, tapi tiba-tiba orangtua Silvy ada kerjaan mendadak di hari itu. Jadilah hari ini, keempat sahabatnya itu baru akan ke rumahnya.

Desiva dan Ilma sedang membantu Bi Nuni -Asisten rumah tangganya- memasak di dapur. Sudah dua hari ini Ilma menginap di rumah Desiva, karena Mama dan Papa Desiva yang sedang bekerja di Luar Kota selama 1 minggu.

Setelah selesai memasak, mereka kemudian menata makanan tersebut diatas meja makan.

"Hah, akhirnya selesai juga." Ilma merebahkan badannya di sofa ruang tamu.

Tingtong. Tingtong.

Baru saja Desiva akan menyusul Ilma duduk, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi dengan nyaring.

"Mungkin itu mereka, sebentar ya Ma aku bukain pintu dulu." Desiva berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"Assalamualaikum, Desivaa!" salam keempat sahabatnya serentak.

"Waalaikumussalam. Pas banget, kalian nyampe masakannya udah mateng." ucap Desiva.

"Kebetulan Va, kita emang laper nih belum sarapan." celetuk Lia memegang perutnya.

"Kamu mah bukan laper Li, tapi kebiasaan emang suka gitu." Lia hanya nyengir kuda saat mendapat komentar dari Anisa.

"Yaudah kalo gitu masuk yuk. Kita langsung makan aja, kasian nih Lia udah kelaperan." ucap Desiva sambil terkekeh.

"Lia emang suka malu-maluin." ejek Silvy kemudian tertawa.

"Ya Allah Ya Rabb, mungkin emang udah takdir aku selalu terdzolimi." ucap Lia.

"Lebay ah kamu."

"Udah ayo masuk yuk."

"Halo kalian." sapa Ilma kepada keempatnya.

"Halo juga Ma. Apa kabar?" tanya Shelia mewakili.

"Alhamdulillah baik. Kalian?"

"Alhamdulillah kami berempat juga baik."

"Oh iya, orangtua kamu mana Sil?" tanya Desiva saat melihat orangtua Silvy yang memang tidak ada disana.

"Abi sama Umi langsung ke rumah Nenek Va."

"Kenapa gak mampir dulu?"

"Mungkin mereka udah kangen banget sama Kakek Nenek yang ada di sini, jadinya ya gitu."

Desiva hanya manggut-manggut, mereka pun akhirnya memutuskan untuk makan terlebih dahulu barulah selesai makan mereka akan mengobrol kembali.

"Kalian beresin aja dulu barang-barang kalian di kamar aku," suruh Desiva seusai melaksanakan makan bersama.

"Va, kita kan berenam, gak akan cukup kalo harus tidur di kamar kamu. Mending kita tidur di kamar Bang Fatih aja gimana? Kamar Bang Fatih kan ada dua ranjang." usul Ilma.

Desiva berpikir sebentar, kemudian mengangguk setuju. "Kamu bener juga Ma, yaudah ayo kita ke kamar Abang."

Di kamar Fatih memang terdapat dua ranjang yang berukuran sedang. Semasa Fatih masih hidup, Desiva pernah meminta kepada Mama dan Papanya untuk menempatkan satu ranjang lagi di kamar Fatih. Alasannya karena Desiva yang sering sekali kepengen tidur bersama dengan Fatih. Mama dan Papanya pun menyetujui karena Desiva yang selalu merengek kepada mereka.

"Aku masih suka takut Ma, Pa kalo mesti tidur sendirian dikamar." ucap Desiva yang kala itu masih berusia 11 tahun.

Tapi kenyataannya, sampai saat sebelum kepergian Fatih, terkadang Desiva masih saja tidur dikamar bersama Fatih.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang