Duapuluh Sembilan

1.7K 119 6
                                    

"Assalamualaikum," salam Desiva saat sudah sampai di depan pintu ruangan Kyai Fadhlan.

"Waalaikumussalam, silahkan masuk, Nak"

Desiva berjalan gontai memasuki ruangan itu. Ruangan yang pertama kali ia masuki saat pertama kali datang ke pondok ini. Ia sedikit kaget saat melihat Abuya dan Aban yang juga ada disana.

Ya Allah, kenapa perasaanku jadi gak enak gini ya, batinnya.

"Silahkan duduk Nak Desiva," suruh Kyai Fadhlan.

Desiva duduk dikursi sebelah kanan, bersebelahan dengan ummi Asiyah istri dari Kyai Fadhlan. Dadanya bergerak naik turun. Dan yang pasti jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Kyai panggil kalian kesini ingin bertanya sesuatu pada kalian berdua"

"Apa maksud dari foto ini? Apa benar yang ada didalam foto ini adalah kalian berdua?" tanya Kyai Fadhlan seraya menyodorkan foto didalam handphone ke hadapan Desiva dan Aban.

Foto tersebut sukses membuat Desiva tersentak kaget. Desiva tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya saat melihat foto tersebut. Di foto tersebut terlihat Desiva dan Aban yang sedang berpelukan. Desiva kembali mengingat kejadian saat di halaman belakang pagi tadi. Pandangannya beralih menatap Aban yang juga menunjukkan raut terkejutnya.

"Jadi benar kan kalo difoto ini adalah kalian?" Abuya mengulangi pertanyaan Kyai Fadhlan.

"Abuya, kami bisa jelaskan semuanya kal-" ucapan Desiva terpotong oleh Kyai Fadhlan.

"Kenapa kalian pelukan, kalian bukan muhrim!!" ucap Kyai Fadhlan sedikit membentak.

Desiva diam membeku, ia melihat kearah Aban yang hanya menundukan kepalanya.

"Kamu Aban, sini ikut Abuya," Abuya menyeret Aban menuju ke tengah lapang.

Desiva tak tinggal diam, ia mengikuti Abuya yang membawa Aban ke tengah lapang.

"Diam disini!!" pinta Abuya sedikit membentak. Aban hanya menuruti perintah Abuya.

"Kamu Desiva, sini kamu!!" panggil Abuya. Desiva mendekat ke arah Abuya dengan badan yang gemetaran.

"Dikarenakan kalian berdua adalah anak didik Abuya. Jadi, hukuman kalian berdua yang telah seenaknya berpelukan dikawasan ponpes dengan yang bukan muhrim, Abuya yang akan menggantikannya." ucap Abuya.

"Azmi, Ahkam. Kalian ambilkan air dikolam, dan siram mereka karena seenaknya berpelukan dengan yang bukan muhrimnya," suruh Abuya kepada Azmi dan Ahkam yang juga sudah ada disana.

"Nggeh Abuya,"

Azmi dan Ahkam pun mengambil ember dan mengambil air kolam.

Byuurrrr...

Desiva melirik kearah Aban yang ada disampingnya yang sudah basah kuyup dan bau anyir.

'Maafin aku Ban' batinnya menangis.

Saat Azmi akan menyiramkan air kepada Desiva, Aban menghentikannya.

"Tunggu!" larangnya.

"Kenapa?" tanya Azmi jutek.

"Desiva tidak bersalah, aku yang salah. Jadi jangan siram dia, kamu siram saja lagi aku, aku mohon." pinta Aban kepada Azmi.

'Kenapa dia malah ngebela aku? Padahal aku kan yang salah bukan dia, Ya Allah cobaan apalagi ini' batin Desiva menjerit.

"Bagaimanapun juga kalian berdua bersalah!!" bentak Abuya.

"Maafkan Desiva Abuya," ucap Desiva lirih.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang