Enam

2.9K 142 0
                                    

--Desiva Prov--

Setelah selesai melaksanakan solat dzuhur, aku, Shelia, Lia, dan Silvy pergi menuju ruangan Pak Kyai karena Mama sudah menelponku katanya pamit pulang.

Tak sampai 10 menit, akhirnya kami sampai di ruangan itu. Ruangan dengan nuansa putih dan biru langit, disetiap dinding terpajang lukisan kaligrafi dan foto keluarga dengan tatanan yang menarik untuk dilihat, terlihat indah tapi menurutku itu tak bisa mengindahkan hatiku saat ini.

Aku merasa sedikit sedih kalau harus berpisah dengan orangtuaku. Apalagi dengan jarak yang begitu jauh. Tapi apa boleh buat, ini semua demi kebaikan mereka dan mungkin untuk kebaikanku juga.

Aku menghampiri Mama yang terlihat sudah menunggu.
"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, sayang Mama sama Papa pulang dulu ya, jaga diri kamu baik-baik disini. Awas jangan nakal, harus patuh sama peraturan yang ada disini." ucap Mama.

"Iya, Ma, tapi nanti Mama sama Papa janji kan bakal jengukin Iva disini?" tanyaku.

"Iya pasti sayang. Kamu kalo disini jangan jutek-jutek nanti takutnya gak ada yang suka sama anak Mama yang cantik ini." Mama terkekeh sambil menyentuh hidungku dengan telunjuknya.

"Mama apaan sih." rengekku sambil memeluk Mama.

"Yasudah kalo begitu Mama sama Papa pamit ya."

Aku mengangguk pelan, kulihat Papa yang sedari tadi hanya diam.

"Assalamualaikum sayang. Hati-hati ya, Mama pasti kangen sama kamu." ucap Mama seraya meninggalkan ruangan.

Aku mengantarkan mereka sampai ke gerbang, hingga mobilnya melaju dan tak terlihat lagi oleh pandanganku.

Rasanya berat sekali, tak terasa satu tetes air mengalir dari pelupuk mataku. Kuusap perlahan.

"Udah dong jangan sedih, kan nanti ada kita bertiga yang bakalan nemenin kamu." ucap Silvy.

"Iya bener tuh, lagian gak baik juga lho sedih berkepanjangan." sahut Sheila.

"Gimana kalo sekarang kita ke ruangan Abuya, katanya kamu mau masuk jadi vokalis di SM." ajak Lia.

"Kapan aku ngomong pengen jadi vokalis di SM?" tanyaku bingung.

"Maksudnya kita yang bakal masukin kamu kesana." ralat Sheila. Dan diangguki oleh Silvy dan Lia.

"Hmm." jawabku.

"Udah ayo ih!" Shelia menarik tanganku. Sungguh mereka semua menyebalkan.

Setibanya di ruangan Abuya, kami mengetuk pintu dan tak lupa mengucap salam.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." jawab dari dalam. Dan keluarlah Pria paruh baya yang sekiranya seumur dengan Papa.

"Ada apa kalian kemari?" tanyanya dengan halus.

"Begini Abuya, tujuan kami kesini ingin memasukan Desiva menjadi vokalis di SM, suaranya bagus banget buya, kalo gak percaya buya bisa tes dia." jelas Shelia.

"Eum, baiklah Abuya akan tes dia terlebih dahulu. Silahkan masuk." ajaknya. Kami pun masuk kedalam ruangan itu.

"Baiklah silahkan duduk." Kami menurut. "Oh ya nama kamu siapa?" tanya buya.

"Nama saya Desiva Khoirunissa, Pak."

"Panggilnya Abuya saja ya." pria paruh baya itu tersenyum. "Supaya mempersingkat waktu yasudah kalo begitu kamu bisa mulai bernyanyi dari sekarang." katanya.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang