"Sayang..." teriak wanita paruh baya yang ternyata adalah Mamanya Desiva."Mamaa?" Desiva berlari dan langsung memeluk Mamanya erat.
"Iva kangen banget sama Mama," Desiva menangis di dalam pelukan Mamanya. Rasanya ia tak ingin melepaskan pelukan itu.
"Mama juga kangen banget sama kamu, sayang" ucap Mama Desiva dan mencium kening Desiva.
"Sama Papa gak kangen ya?" ujar Papa Desiva dengan raut muka yang di sedih-sedihkan.
Desiva menghampiri Papanya dan memeluknya. "Kangen dong, Pa"
"Selamat ya sayang. Mama sama Papa bangga sama kamu," ucap Mama seraya memegang kepala Desiva yang tertutup hijab.
"Kamu emang anak Papa yang hebat,"
"Makasih ya Ma, Pa. Ini juga berkat doa dari kalian,"
"Tapi tunggu dulu. Papa denger kamu disuruh mengkhatamkan qur'an itu karena hukuman, emang bener ya?" pertanyaan Papanya membuat Desiva diam dan menundukan kepalanya.
Ia mengangguk pelan, "I-Iya, Pa. Ma-maafin Iva ya Pa, Ma. Pasti Iva udah bikin kalian kecewa kan?" ucap Desiva lirih.
"Nggak kok, Sayang. Awalnya Mama dan Papa sedikit kecewa, tapi sekarang Mama sama Papa sangat sangat bangga sama kamu. Bener kan Pa?" Mama Desiva melirik ke arah Papanya.
Papa yang merasa dilirik pun mengangguk, mengerti dengan isyarat yang ditunjukkan istrinya itu.
"Oh iya. Kami ada kejutan buat kamu, Sayang." ucap Mama sambil tersenyum ke arah Desiva.
"Kejutan apa Ma?"
"Papa sama Mama ajak seseorang buat ketemu kamu."
Desiva mengerutkan keningnya pertanda bingung. "Maksud Papa?"
"Pokoknya kalo kamu ketemu sama orang yang kita ajak pasti seneng banget deh. Kamu juga pasti kangen banget kan sama dia?" tutur Papanya semakin membuat Desiva kebingungan.
"Udah deh nggak usah bikin Iva tambah bingung Pa. Mending langsung panggil aja," ucap Mama mengerti dengan kebingungan yang Desiva tunjukkan.
Papa Desiva terkekeh sejenak, lalu ia melambaikan tangannya ke arah mobil miliknya menandakan bahwa ia menyuruh orang untuk menghampirinya.
Pintu mobil terbuka dan menunjukkan seorang gadis cantik dengan baju gamis berwarna baby pink dipadukan dengan kerudung senada yang menutup dadanya. Gadis tersebut berlari dan langsung memeluk Desiva.
"Ivaaa! Aku kangen bangetttt." ucapnya saat sudah melepaskan pelukan mereka.
"Aku juga kangen banget Ma."
"Gimana kabarmu semasa mondok disini? Betah gak mondok disini?" tanya gadis itu yang ternyata Ilma Nadia Maulina, sahabat Desiva.
Desiva mengangguk cepat, "Alhamdulillah aku betah, Ma."
"Pastinya lah, kalo kamu engga betah, kamu engga akan bertahan sampe sekarang dan engga pernah pulang!" cibir Ilma menunjukan wajah cemberutnya.
Ekspresi yang Ilma tunjukkan membuat Desiva gregetan sendiri. Ia pun mencubit pipi Ilma dengan gemas membuat Ilma meringis kesakitan.
"Ihhh. Sakit tau Va! Tante-Mama, liat Iva nya jahat banget udah cubit pipi cantik nya Ilma," adu Ilma kepada Mama Desiva yang dipanggilnya dengan panggilan Tante-Mama.
Mama Desiva terkekeh pelan mendapat pengaduan dari Ilma, "Ilma udah punya calon juga masih aja ngerajuk ya." ucapnya.
Ucapan Mama Desiva sontak membuat Desiva membelalakan matanya. "Apa, Ma? Calon?"