Limapuluh Satu

1.5K 83 3
                                    

"Orang bisa tiba-tiba berubah karena Allah membolak-balikkan hatinya. Maka jika sedang berusaha meluluhkan hati seseorang, luluhkanlah ia lewat do'a."

3 tahun kemudian...

Seorang gadis berjalan dengan penuh semangat menyusuri koridor kampus. Kedua tangannya membawa 3 buku yang sangat tebal. Sampai ia harus berkali-kali berhenti sejenak untuk meregangkan otot tangannya akibat berat buku tersebut.

Tujuan gadis itu kali ini ialah pembimbing II untuk menyerahkan hasil skripsi yang ia kerjakan dengan susah payah selama 5 hari ke belakang.

"Assalamualaikum, Pak." salamnya sambil mengetuk pintu ruangan.

"Waalaikumussalam. Silahkan masuk." gadis tersebut memasuki ruangan pembimbing setelah mendapat izin.

"Pak, saya sudah menyelesaikan sampai Bab 3. Boleh saya kumpulkan sekarang?"

Pria paruh baya di hadapannya mengangguk, "Baiklah. Silahkan simpan di meja, biar nanti langsung saya review."

"Terimakasih, Pak." gadis itu memindahkan ketiga buku tebal di tangannya ke atas meja. Lalu pamit pergi.

Gadis itu adalah Desiva Khoirunissa yang kini telah menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Filsafat tingkat akhir di sebuah Perguruan Tinggi di UIN. Hari ini ia sudah berhasil menyelesaikan skripsi yang di tekuni nya selama beberapa hari ke belakang. Dan Alhamdulillah, semua pembimbing sudah menerima skripsinya, meski ia harus menerima 3 kali revisi.

Itu berarti, dia akan bisa melaksanakan sidang minggu depan. Hal tersebut membuatnya menghela napas, bersyukur karena tidak terlalu sulit dalam melewati skripsi dan revisi.

"Sidang sudah di depan mata. Aku harus segera mempersiapkannya mulai dari sekarang." ucapnya pelan, menyemangati diri sendiri.

***

Terlihat rintik-rintik hujan mulai turun dari bawah langit yang memang sudah tertutup awan mendung sejak tadi. Dan kini para pengendara motor mulai menepikan motornya, termasuk pria yang sekarang sibuk memakaikan jas hujan pada dirinya sendiri, guna mencegah air hujan yang akan menyelusup ke dalam badannya.

Ia tak mau ambil resiko sakit, mengingat besok ia akan melaksanakan sidang di kampusnya. Pria itu kembali memajukan motornya, bersamaan dengan turun hujan yang semakin besar.

Allahumma soyyiban nafi'an...
'Ya Allah jadikanlah hujan ini bermanfaat'
Do'a nya dalam hati kala menerobos rintikan deras hujan.

"Assalamualaikum, Umi."

"Waalaikumussalam. Ya Allah Aban, kamu enggak pakai jas hujan, Nak?" wanita paruh baya yang di panggil 'Umi' itu menghampiri pria yang berdiri di depan pintu dengan baju yang sedikit basah. Padahal, ia sudah memakai jas hujan, tetapi tetap saja masih ada air yang lancang masuk ke dalam bajunya.

"Pake kok, Umi. Mungkin karena hujan nya deras banget, jadinya tembus." ujarnya.

Umi mengalungkan handuk kepada pria yang ternyata adalah Nurus Sya'ban.

"Lain kali kalau udah tau mau turun hujan, kamu mending diem dulu, gak usah maksain nerobos. Besok kan kamu sidang, Nak." nasihat Umi penuh ketulusan.

Aban tersenyum, "Enggak papa, Umi. Cuman basah sedikit kok."

"Hmm. Yaudah, kamu tunggu disini, Umi bikinin dulu teh hangat." Umi melenggang pergi ke arah dapur setelah menyuruh Aban duduk di kursi ruang keluarga.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang