Masih Flashback on
Sampai akhirnya ada sebuah cahaya didepan Desiva
Desiva terus mendekat ke arah cahaya itu dan ternyata..
Ada Fatih disana dengan wajah yang cerah berbaju putih dan sangat bercahaya.
Desiva tersenyum kepada Fatih, dan Fatih pun membalasnya.
"Maafin Abang ya Va,"
"Untuk kali ini Abang gak bisa lagi jagain kamu,"
"Iva jaga diri baik-baik ya, jangan buat Mama sama Papa sedih." ucap Fatih dan perlahan Fatih menjauh dari Desiva.
Desiva ingin mengejarnya tapi kakinya tidak bisa digerakan. Untuk berteriak pun rasanya tidak bisa.
"Nggak."
"Abang.."
"Bangg"
"Abang jangan pergi."
"Jangan tinggalin Iva Bang,"
"ABANGG," teriak Desiva saat Fatih menghilang dari pandangannya.
***
"Va, Va bangun, Kamu kenapa?" suara seseorang membangunkannya.
Ternyata benar itu semua mimpi. Desiva bangun dan duduk dari tidurnya disana ada Ilma dan Nayla.
"Kamu kenapa?" tanya Ilma lagi.
Desiva menggelengkan kepalanya. "Aku dimana?" tanya Desiva sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Kamu dirumah, tadi kamu pingsan dirumah sakit," jawab Nayla.
'Deg' rumah sakit? Dia langsung ingat dengan Fatih, Abangnya.
"Abang mana? Aku mau ketemu sama Abang," Desiva ingin turun dari temoat tidurnya tapi ditahan oleh Ilma dan Nayla.
"Bang Fatih udah gak ada Va, kamu harus bisa ikhlasin dia," ucap Ilma sambil memeluk Desiva.
Desiva menangis dipelukan Ilma.
"Kenapa Abang ninggalin Iva? Padahal kan Abang udah janji bakalan jagain Iva dan gak akan ninggalin Iva, Abang jahat," ucap Desiva yang masih terus menangis.
Setelah kepergian Abangnya, sikap Papa nya berubah sangat drastis kepada nya. Ia sekarang bersikap sangat dingin, bahkan sering sekali membentak Desiva.
Papanya sangat menyayangi Fatih. Papanya menyangka bahwa meninggalnya Fatih disebabkan oleh Desiva, karena Rian sudah memutar balikan fakta tentang kematin Fatih.
Oleh sebab itu Desiva sangat membenci Rian. Sangat Benci.
Desiva ingin melupakan semua tentang Fatih, tapi itu tidak mudah baginya. Desiva sangat menyayangi Abangnya.
Flashback off..
Desiva menarik napas panjang dan melihat Aban.
"Aku udah berusaha untuk melupakan kenangan itu, tapi rasanya berat akh," ucap Desiva seraya menunduk.
"Kamu tak perlu menyesalinya ukh, apalagi menyalahkan kehendak Allah," nasihat Aban.
"Masa lalu boleh buruk. Tapi selalu ada harapan di masa depan untuk menjadi lebih baik, tentu dengan belajar dari masa lalu." lanjutnya.
"Kenapa harus Abang yang pergi, banyak yang sayang sama dia, sedangkan aku? Bahkan Papaku saja membenciku," ucap Desiva menangis dalam diam.
"Jangan suka menyalahkan keadaan, tapi kendalikan keadaan menjadi lebih baik." Aban kembali berbicara.