Tigapuluh Lima

1.6K 107 1
                                    

Sebulan berlalu begitu cepat. Pagi ini seluruh santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Nurul Qodim sedang sibuk membereskan barang dikamarnya masing-masing. Selepas UTS yang usai dilaksanakan seminggu kemarin, seluruh santri diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya masing-masing dan berlibur selama 2 minggu.

"Va kamu mau liburan kemana?" tanya Anisa yang juga sedang membereskan baju-bajunya.

"Gak tau nis, istirahat di rumah mungkin. Kalo kamu?"

"Kalo aku sih, gak tau juga nih mau kemana."

"Coba aja kalau rumah kita berdekatan, pasti kita bisa berlibur bareng." ucap Shelia.

"Iya juga tuh Shel, rumah Desiva nih yang paling jauh." Lia ikut nimbrung dalam obrolan mereka.

"Gimana kalo lusa kita main ke rumah Desiva? Kebetulan aku sama Orangtuaku mau berlibur di rumah Nenek yang ada di Bandung. Kalian ikut aku aja kesana, sekalian nanti kita berlibur bareng disana." usul Silvy.

"Boleh juga Sil," ucap Shelia antusias.

"Aku izin orang tua aku dulu deh." Anisa

"Kalo aku udah pasti dapet izin kalo itu bareng kalian." ucap Lia.

"Gimana? Boleh kan Va?" tanya Silvy.

"Dengan senang hati." Desiva tersenyum kepada Silvy.

"Oke kalau kita semua udah dapet izin, Inshaa Allah lusa kita ke rumah kamu ya."

Desiva hanya mengangguk. Lalu mereka berlima pun kembali membereskan barang-barangnya. Hanya beberapa baju saja yang akan mereka bawa dan sisanya akan ditinggal di ponpes.

Pada pukul 9 waktu setempat, Desiva dan keempat sahabatnya pergi ke gerbang untuk menemui kedua orangtuanya masing-masing. Desiva melihat kedua orangtuanya yang sudah menunggu disana.

"Assalamualaikum, Ma, Pa." Desiva memberi salam tak lupa mencium tangan Mama dan Papa nya.

"Waalaikumussalam." jawab Mama dan Papanya.

"Gimana UTS nya sayang?" tanya Mama.

"Alhamdulillah lancar dan hasilnya juga memuaskan Ma, Pa." Mama dan Papa nya tersenyum senang.

"Terimakasih ya sayang, kamu emang selalu bisa membuat Mama sama Papa bangga." Mama mencium kening Desiva tulus.

"Ini juga berkat do'a dari kalian."

"Kalo gitu kita langsung pulang yuk Ma, Pa. Desiva udah gak sabar pengen cepet-cepet ke rumah terus makan masakan Mama." Desiva menarik tangan kedua orangtuanya.

"Kamu ini ada ada aja sih." Papa mengacak kepala Desiva yang tertutup hijab.

Mereka bertiga pun memasuki mobil dan keluar dari kawasan Pesantren. Desiva menatap kearah jendela yang menampakan ponpes tersebut.

'Selamat tinggal Nurul Qodim. Semoga 2 minggu yang akan datang keadaan bisa berubah menjadi lebih baik lagi' batinnya.

Sesampainya di rumah, Desiva langsung merebahkan badan di ranjang kesayangannya. Ia menatap langit langit kamar yang penuh dengan bintang yang menggantung disana. Matanya menatap satu bintang yang berada ditengah.

Sesaat bayangan tentang Abangnya melintas di pikirannya. Ia mengingat kembali saat Abangnya memasang semua bintang yang sekarang menggantung di langit kamarnya.

"Kalo suatu saat nanti kamu kangen sama Abang, kamu tatap aja bintang bintang ini. Kamu liat bintang satu ini, anggap aja bintang ini kamu dan bintang-bintang lain yang mengelilingi bintang ini Abang."

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang