Sebelas

2.2K 117 0
                                    

Setelah cukup lama berkunjung ke yayasan As-Syifa, akhirnya Abuya dan semua anggota tim Syubban pun pamit dengan Bu Fitri, selaku pemilik panti.

Desiva pun ikut berpamitan kepada anak-anak panti. Seusai semuanya berpamitan, mereka semua pun segera naik ke mobil.

Saat Desiva ingin melangkahkan kaki menaiki mobil, tiba-tiba saja Nuri berlari dan memeluk Desiva sambil menangis.

"Kak Ivaaa. Jangan pelgi kak," ucapnya sambil menangis.

Desiva berlutut mensejajarkan tingginya dengan Nuri. "Kamu jangan sedih, kakak mau pulang dulu ya sayang. Nanti kapan-kapan kakak kesini lagi deh," ucap Desiva berusaha membujuk.

Nuri menggeleng. "Kakak jangan tinggalin nuli, nanti nuli main nya sendilian lagi kak," ucapnya lirih.

"Kamu gak sendirian sayang. Kan masih banyak temen-temen kamu disini. Kamu mau cokelat lagi?" tanya Desiva.

Nuri menggeleng lagi. "Nuli gamau cokelat, nuli maunya kakak." ucapnya tegas.

"Nuri sayang, kakak Iva nya mau pulang Nak. Kamu jangan sedih ya, nanti kak Iva kesini lagi kok sayang. Sini sama Ibu aja," ucap Bu Fitri ikut membujuk.

"Nuli gamau Bu, nuli mau nya sama kak Iva," Nuri memegang tangan Desiva erat.

"Kakak janji deh nanti bakalan kesini lagi, asal nuli nya jangan sedih ya," ucap Desiva.

"Janji ya kak?" ucapnya sembari menunjukan kelingkingnya.

Desiva mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Nuri. "Iya sayang kakak janji." ucapnya.

"Yaudah deh nuli gaakan sedih,"

"Nah gitu dong, itu baru Nurinya kakak. Nih cokelat sebagai tanda perpisahan dari kakak," Desiva memberikan cokelat yang berukuran agak besar kepada Nuri.

"Makasih ya kak, nuli sayang kakak." ucap Nuri memeluk Desiva erat.

"Udah ya Nuri sayang, kak Iva nya mau pergi dulu nanti takutnya kemaleman dijalan. Sini Nuri sama Ibu," ucap Bu Fitri, Nuri mengangguk dan menghampiri Bu Fitri.

"Kakak berangkat dulu ya sayang, awas ya jangan sedih lagi. Bu, Iva pamit ya, Assalamualaikum," ucapnya.

"Waalaikumussalam,"

Desiva berbalik dan memasuki mobil. Terlihat Abuya yang tersenyum ke arahnya, Desiva membalas senyuman Abuya.

"Bu kami semua pamit ya, Assalamualaikum," ucap Abuya.

"Waalaikumussalam,"

Desiva melambaikan tangannya dibalik jendela kepada Nuri dan semuanya. Nuri terlihat murung kembali saat Desiva pergi.

***

Setelah lama menempuh perjalanan, akhirnya tim hadroh Syubban pun tiba di hotel untuk menginap dan beristirahat.

Desiva, Shelia dan Mba Gita langsung menuju ke kamar yang akan mereka tempati. Saat sampai, mereka bertiga langsung merebahkan badan dan beristirahat.

--Dikamar 3A--

Azmi dan Aban langsung membantingkan tubuhnya ke kasur seusai dari perjalanan yang melelahkan tadi.

Sedangkan Ahkam hanya mondar-mandir tak jelas seperti mencari sesuatu.

"Kak Ahkam gak cape?" tanya Aban sambil mengeluarkan baju ganti dari tas nya.

"Capek." ucap Ahkam sembari melepas baju kokonya dan menggantinya dengan baju ganti.

Aban memandang ke arah Ahkam dengan tatapan aneh. "Capek tapi mondar-mandir terus daritadi, lagi nyari apa sih kak?" tanya Aban.

Ahkam menggeleng, lalu pergi ke kamar mandi meninggalkan Aban yang menatapnya aneh.

Pandangan Aban beralih kepada Azmi yang sedang berbaring sambil memejamkan matanya.

"Azmi," panggil Aban.

"Hmmm," respon Azmi dengan bergumam.

"Gak, manggil aja," ucap Aban lalu melenggang pergi meninggalkan Azmi.

Azmi langsung membuka matanya dan melihat ke arah Aban yang pergi. "Ban mau kemana? Kok Azmi ditinggal sendirian sih?" teriak Azmi tapi tak ada respon dari Aban.

Azmi mendengus kesal, lalu ia pun berbaring kembali dikasurnya.

Malam harinya, setelah melaksanakan solat Isya. Azmi, Aban maupun Ahkam memiliki kesibukan masing-masing.

Diantaranya yaitu Azmi sedang sibuk mengotak-atik ponselnya, ternyata ia sedang mengstalk instagram milik Desiva. Sedangkan Aban sibuk memakan cemilannya sambil menonton TV. Dan Ahkam, ia sedang sibuk membereskan barang-barangnya.

"Nah, akhirnya nemu juga," ucap Azmi sedikit keras.

Aban yang mendengarnya pun bertanya. "Kamu lagi ngapain sih Mi?" tanyanya.

"Ini Ban, aku lagi stalk ig-nya si ukhty jutek. Akhirnya aku nemu juga foto dia sama laki-laki yang persis sama kayak difoto dia yang waktu itu jatuh Ban," jelas Azmi.

"Laki-laki yang mana Mi?" tanya Aban penasaran.

"Yang ini loh Ban," ucap Azmi dan memperlihatkan foto tersebut.

"Kok keliatannya mesra banget ya Mi?" tanya Aban, entah kenapa terbesit rasa cemburu dihatinya.

Azmi mengangguk. "Azmi juga nyangka kalo mereka pacaran, soalnya mesra banget Ban," ucap Azmi.

"Kalian lagi ngapain sih? Kok ngga ngajak-ngajak Kakak sih, jahat banget" ucap Ahkam sembari memelas.

"Udah ah, gak baik ngomongin oranglain. Mendingan juga nonton TV," ucap Aban beralih pada TV nya kembali.

Aban memindah-mindah channel di tv dengan Bete. Tiba-tiba Aban tidak sengaja berhenti di siaran TV yang berjudul tentang ibu.

Aban yang tadinya tersenyum, kini ekspresi wajahnya berubah drastis saat melihat tayangan TV yang menayangkan seorang ibu yang sedang menggendong anaknya penuh kasih sayang, tepat disaat itu Aban tampak lesu dan matanya mulai berkaca-kaca.

Ahkam dan Azmi yang melihat perubahan drastis sikap Aban langsung menghampiri Aban yang sedang terduduk lesu ditempat tidurnya.

"Sudahlah Aban...." ucap Ahkam menenangkan.

"Iya Aban, udah jangan sedih terus," Azmi ikut menenangkan.

"Aku jadi sedih pas melihat ibu tadi, betapa tidak beruntungnya aku yang udah gak bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu," ucap Aban dengan suara parau.

Perkataan Aban sangat menyentuh hati Ahkam dan Azmi. Mereka terenyuh dengan kalimat yang Aban lontarkan. Mereka bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi Aban, sangat berat memang.

Sebelumnya, dia adalah pribadi yang humoris, periang dan aktif. Dia tidak akan bersedih untuk hal sepele, tapi jika menyangkut ibunya, rasanya ia ingin sekali menemui dan memeluk ibunya. Tapi pada kenyataannya itu tidak akan pernah terjadi di dunia ini, mungkin kelak diakhirat itu akan terjadi.

"Aban, sudaah," ucap Ahkam lagi sambil mengelus punggung Aban dengan sayang. Ahkam memang sudah menganggap Aban dan Azmi sebagai adiknya sendiri. Jadi ia bisa merasakan masalah yang dihadapi Aban dan Azmi.

Memberi semangat bila salah satu dari keduanya sedang patah semangat. Memberikan motivasi untuk keduanya, karena ia memang paling besar diantara mereka. Jadi ia harus bisa menjadi tauladan yang baik bagi mereka.

"Ban tau gak? Tadi aku lihat cicak di dinding loh," ucap Azmi berusaha ingin menghibur Aban.

Aban menoleh ke arah Azmi lalu memutar bola matanya malas. "Hahahaha, basi deh Mi," ucap Aban tertawa dengan terpaksa.

Azmi dan Ahkam bersyukur dalam hati, setidaknya Aban tidak terus terpuruk dalam kesedihan seperti tadi. Untunglah Aban masih bisa tertawa walaupun terpaksa.

"Becanda nya dilanjutin besok aja ya. Sekarang mending kita tidur, udah jam 9 nih, besok takut bangunnya kesiangan," ucap Ahkam menengahi. Azmi dan Aban mengangguk lalu tidur di kasur.

***

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang