Empat Puluh

1.7K 103 8
                                    

"Ivaa sini Va, ikut selfie sama kita." ajak Shelia yang sudah memegang kameranya.

"Gak ada tolak menolak!" timpal Silvy saat Desiva baru saja akan menolak ajakan Shelia. Dan akhirya ia hanya mengangguk pasrah lalu bergabung bersama mereka untuk berselfie ria.

"Ukhty jutek." Desiva menengokan kepala pada sumber suara. Ternyata itu Azmi.

"Iya?"

"Tolong fotoin kita bertiga dong." ucapnya, masih terdengar datar.

Desiva mengangguk dan mengambil kamera di tangan Azmi, "Siap ya.. 1 2 3"

Cekrek.

"Oke Makasih." Desiva membalas dengan anggukan.

Desiva membalikan badannya hendak bergabung kembali dengan kelima sahabatnya. Mereka kembali bercanda ria sampai tak terasa adzan Dzuhur pun berkumandang.

Semuanya berhenti bermain dan kembali ke kamarnya masing-masing untuk membersihkan diri dan kemudian menunaikan sholat Dzuhur.

Air Terjun Malela tampak ramai siang itu. Lebih ramai lagi karena ada Desiva dan sahabat-sahabatnya beserta tim Syubban disana. Siang ini, Desiva dan kelima sahabatnya memutuskan untuk pergi ke mata air kedua.

Ditengah perjalanan mereka sudah dapat melihat rumah pohon dipinggir jembatan yang tak jauh dari mata air yang membuat mereka semua tertarik untuk menaikinya.

"Eh, eh tunggu." Ilma menghentikan langkah kelimanya.

"Ada apa Ma?" tanya Shelia.

"Gimana kalo kita balapan lari. Nanti yang kalah harus mau ngorbanin dirinya buat motoin selama di mata air." ajak Ilma. Gadis yang memakai ghamis biru muda itu menatap satu persatu sahabatnya dengan alis yang dinaikan sebelah.

"Oke aku setuju. Rutenya sampe ke--" Silvy tidak meneruskan perkataannya karena ulah Ilma yang tiba-tiba sudah berlari duluan mendahului.

"Yang sampai jembatan duluan dia pemenangnya...!" Ilma berteriak keras dari jarak yang sudah lumayan jauh dari sahabat-sahabatnya.

Sementara Desiva, Shelia, Lia, Silvy dan Anisa yang baru saja sadar bahwa Ilma baru saja memulai start lebih dahulu tak henti-hentinya merutuk. Jelaslah mereka kesal, karena mereka baru saja dicurangi oleh Ilma.

Desiva buru-buru berlari menyusul Ilma. Begitu juga yang lainnya mengikuti. "Kita harus bisa ngejar dia guys! Jangan sampe kita kalah karena kecurangan yang udah Ilma buat!" ucap Silvy dan langsung mendapat anggukan kompak dari yang lainnya.

"ILMA!! JANGAN CURANG WOY!!" teriak Lia dan Anisa bersamaan.

Ilma hanya tertawa mendengar rutukan dari sahabat-sahabatnya. Ia terus berlari sambil sesekali melihat sahabatnya yang masih tertinggal lumayan jauh dibelakang.

Sesekali ia berhenti sejenak untuk mengatur napas dan kembali melanjutkan larinya. Namun, kecurangan yang Ilma lakukan bukannya membuahkan kemenangan, tetapi ia malah mendapat kesialan.

Ilma menengok kembali untuk meledeki sahabatnya, tapi karena saking keasyikan mengejek, ia jadi lupa memperhatikan jalanan didepannya. Alhasil, ia menabrak punggung seseorang dari belakang hingga membuatnya terjatuh ke tanah.

Gelak tawa kelima sahabatnya tak dapat dibendung saat melihat Ilma yang sudah nyusruk di tanah. Ilma merintih kesakitan karena pantatnya terasa nyeri. Ia melihat kearah orang yang ditabraknya, ternyata itu Raihan.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang