Tigapuluh Empat

1.5K 108 0
                                    

Aku tak akan menyalahkan perkenalan kita,
Karena itu sudah tertulis oleh waktu.
Aku tak akan menyalahkan pertemuan kita,
Karena itu diatas keinginan ku.

Aku tak akan menyalahkan perasaan yang timbul diantara kita,
Semua tertulis didalam skenario-Nya.
Yang bisa kulakukan hanyalah memainkan perannya.

Aku tak tau,
Apakah perasaan yang timbul ini akan berujung pada kemaksiatan,
Atau memang hanya sekedar ujian.

-Nurus.Syaban-

♡🌹♡

Embun pagi telah menyapa segenap manusia, matahari sudah mulai terbit. Indahnya pagi dengan paduan sinaran matahari yang belum terlalu panas kini mengajak seluruh makhluk Allah Swt. untuk bersemangat dipagi ini.

Desiva terlihat berjalan sambil sesekali melirik kanan dan kiri, mencari keberadaan keempat sahabatnya. Gamis syar'i yang digunakannya menyapu setiap jalan yang ia lewati. Entah sudah berapa lama ia mengitari pesantren.

"Desiva!" panggil umi Asiyah, istri dari Kyai Fadhlan.

"Assalamualaikum Umi." sapa Desiva seraya menyalami tangan umi Asiyah.

"Waalaikumussalam. Kamu mau kemana?" tanyanya.

"Desiva juga gak tau umi, daritadi jalan gak ada tujuan." jawab Desiva dengan sedikit kekehan.

"Desiva mau ikut umi gak?" ajaknya.

"Kemana?"

"Masak didapur pesantren." Desiva mengangguk pelan.

"Yasudah, mari ikut Umi."

Umi Asiyah menggandeng tangan Desiva menuju dapur pesantren. Sesampainya di dapur, Desiva melihat Silvy dan Lia yang juga sudah ada disana bersama Bi Lala.

"Daritadi aku nyariin, ternyata kalian ada disini." ucap Desiva

"Kita kan emang ada tugas buat masak Va emang kamu gak inget?" Lia menjawab pertanyaan Desiva tanpa mengalihkan pandangan dari bawang yang sedang diirisnya.

"Oh iya aku lupa Li."

"Umi, kita mau masak apa?" tanya Silvy.

"Umi sih pengennya buat Balado telor, sayur asem, sambal sama lauknya. Tapi kayaknya bahan yang dibutuhkan kurang deh."

"Persediaan di kulkas cuma tinggal bahan buat bikin sayur asem doang Mi." ucap Lia menunjukkan kantung keresek dalam kulkas yang berisi sayuran.

"Kalo gitu, Silvy sama Lia bantuin Bi Lala bikin sayur asem. Desiva kamu tolong belikan bahan-bahan yang kurang di pasar ya?" Umi Asiyah memberikan kertas kecil berisi daftar bahan-bahan belanjaan dan uang kepada Desiva.

"Desiva Umi?" tanya Desiva saat dirinya ditunjuk untuk membelikan belanjaan tersebut.

"Iya. Umi harus mengajar dikelas, jadi kamu yang ke pasar ya." jawab Umi.

"Tapi kan Desiva belum pernah ke pasar Um, jadi gak tahu pasarnya dimana." ucap Desiva yang memang belum terlalu hafal dengan daerah di probolinggo.

"Kamu minta ditemani saja sama santriwan yang berjaga di gerbang."

"Baiklah Umi. Kalo gitu Desiva permisi ya, Assalamualaikum." pamit Desiva dan pergi keluar dari dapur.

***

-Di Gerbang-

Desiva melihat Azmi, Aban, Ahkam dan Rizal yang sedang berjaga di gerbang.

'Apa aku minta Akhi Aban aja ya yang nemenin ke pasar?' batin Desiva.

DesivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang