Epilog

9.8K 852 74
                                    


Yeri POV

Aku merindukan suasana negara kelahiran ku, akhirnya setelah sekian lama aku kembali menghirup udara tempat kelahiran ku.

Setelah Jeongsan di nyatakan pulih total, Jungkook mengajak kami untuk langsung pindah ke Korea, selama Jeongsan sakit ia mengurus semua kepindahan kami bersama asisten nya di Jepang, Yamato. Dan pada akhirnya aku dan anak-anak pindah tanpa memikirkan apapun, Jungkook benar-benar sudah merencanakan semuanya tanpa aku ketahui.

Kami pun pindah ke rumah baru yang Jungkook beli, rumah yang terbilang cukup besar untuk kami, bahkan rumah yang kami tempati sekarang jauh lebih besar dari rumah sebelum nya, terlihat seperti mansion yang sangat mewah. Aku sempat berdebat dengan Jungkook karena permasalahan rumah yang besar ini tapi aku kalah dengan Jungkook yang meminta pembelaan dari anak-anak kami. Tentu saja Jeongsan dan Hyerim semangat melihat rumah barunya, semua fasilitas untuk mereka ada dirumah baru kami. Dari mulai ruang bermain hingga halaman luas yang memiliki wahana kecil untuk anak-anak.

Jungkook juga membuatkan kamar untuk Jeongsan dan Hyerim agar kedua anak kami tidak tidur di satu kamar lagi, kamar Jeongsan dengan tema Lego dan robot sedangkan kamar Hyerim bertema Princess Disney dan dengan sangat cerdas nya, Jungkook membuat kamar kami sangat jauh dengan anak-anak.

Aku memang menyukai interior rumah yang Jungkook beli tapi tetap saja rumah yang ia beli sangat besar untuk kami yang hanya tinggal berempat.

"Disini kau rupanya." Aku tersentak ketika merasakan pelukan erat dan bisikan pelan Jungkook yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang, aku menoleh kearah nya dan mendapatkan kecupan singkat di pipi ku.

"Masih marah karena aku membeli rumah ini?" Tanya nya ketika aku hanya diam saja, aku merenggut kesal dan mendengus kasar.

"Apa aku perlu menjawab pertanyaan mu itu?" Ucap ku berbalik tanya dengan nada ketus, Jungkook tertawa kecil dan menaruh dagu nya di pundak ku. Aku kembali menatap keluar jendela di kamar kami dengan tatapan kosong.

"Aku membeli rumah ini karena Papa mu." Ucap nya ketika kami terdiam cukup lama, aku mengernyit dan menoleh kearah Jungkook yang tengah memejamkan matanya.

"Papa menyuruh mu?" Tanyaku lalu perlahan Jungkook membuka kedua matanya untuk menatap ku, ia menggeleng samar.

"Ini rumah milik Papa mu, rumah yang sebenarnya akan di berikan untuk mu. Papa meminta ku untuk membawa kalian kerumah ini saat aku sedang mencari rumah untuk kita tapi aku menolak nya, aku ingin rumah yang di tempati kau, Jeongsan dan Hyerim dari hasil kerja keras ku bukan dari orangtua, kami sempat berdebat dan sampai pada akhirnya Mama meminta ku untuk membeli rumah ini saja dari Papa mu. Aku tidak ingin mengecewakan Papa mu dan jadilah aku membeli rumah ini." Jawab nya menjelaskan membuat ku mengangguk mengerti.

"Aku bahkan baru tahu jika Papa membelikan ku rumah. Aku anak satu-satunya, jadi kupikir rumah orangtua ku lah yang akan jadi milikku sebagai harta yang mereka berikan untukku." Ucap ku dengan alis bertautan, Jungkook mengangkat wajah nya dari pundak ku, memutar tubuhku untuk menghadap nya.

"Papa mu bilang ia sudah membeli rumah ini saat kau berumur lima belas tahun." Aku membulatkan mata ketika mendengar ucapan Jungkook, lima belas tahun aku sudah memiliki rumah sebesar ini?

"Lalu kau merubah desain rumah ini lagi?" Tanya ku seraya melihat ke sekeliling kamar kami yang bernuansa putih gading.

"Tidak sepenuhnya, hanya kamar kita dan anak-anak saja. Apa kau menyukai nya?" Ucap Jungkook membuat ku menatap kearah nya, ia menatap ku penuh harap lalu ikut menatap ke sekeliling kamar kami.

"Aku belum memikirkan warna kamar ini, jadi ku biarkan warna putih saja, siapa tahu kau ingin mengubah warna nya dengan warna yang kau inginkan."

"Aku menyukai ini. Putih terlihat sangat bagus dan sederhana. Tidak perlu di beri warna yang lain lagi." Ucap ku menatap kagum sekeliling kamar kami, Jungkook mengangguk singkat menyetujui ucapan ku. Jungkook menarik ku ke dalam pelukan nya, aku yang mengerti pun langsung mengalungkan kedua tangan ku di leher nya, kedua tangannya melingkar juga di pinggang ku, kami saling menatap satu sama lain dari jarak yang sangat dekat, hanya menatap tanpa sepatah kata apapun.

Fake Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang