★ Dua puluh tujuh

3.2K 120 0
                                    

"Udah, gak usah dipikirin apa kata orang tadi, cobalah bersikap bodoamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah, gak usah dipikirin apa kata orang tadi, cobalah bersikap bodoamat. Yaudah ya gue pulang," pamit Raka.

Mitha menangguk dengan bibir membentuk bulan sabit, "Hati-hati." Sebuah kata keluar dari mulut Mitha tanpa ada rencana, dia tiba-tiba saja keluar dengan sendirinya.

Raka membalasnya dengan lengkungan senyum, kemudian dia pergi.

◍•ᴗ•◍

Jam yang ada di pergelangan tangannya menunjukan pukul 06.55, berarti 5 menit lagi gerbang sekolah Raka, akan ditutup.

Raka bergegas tancap gas agar sampai tepat waktu. Untunglah keberuntungan sedang memihak pada Raka. Dia sampai pada saat gerbangnya baru ditutup setengah.

"Ehhh, pak pak!" Raka memanggil-mangil satpam itu sembari membunyikan klakson mobilnya.

Pak satpam langsung menarik mundur gerbangnya lagi, supaya mobil raka bisa masuk.

"Jam berapa, Mas?"

"Yaelah, Pak. Telat semenit doang," bantah Raka.

"Yaudah, cepat masuk!"

"Makasih, Bapak!!!"

Raka menginjak perdal gasnya, dan bergegas untuk memarkirkan mobilnya, kemudian masuk kelas sebelum guru masuk.

◍•ᴗ•◍

"Nah ini dia nih, baru dateng."

"Dari mana aja lo?" baru saja Raka sampai di kelas, tapi sudah hujat oleh pertanyaan Ibnu.

"Bentar gue napas dulu elah!" Napas Raka tak beraturan, dia lari dari parkiran menuju kelasnya, jarak antara kelasnya dan parkiran, cukup jauh.

"Lah bukannya dari tadi lo udah napas?" alis ibnu berkerut.

"Bacot ah!"

"Haha ... Abis dari mana aja lo? Kok baru dateng?"

"Tadi gue nganterin Mitha ke sekolah."

"Demi apa?"

"SELAMAT PAGI ANAK-ANAK," pak Jio datang dengan menenteng buku Akuntansinya.

"Pagi Pak ...."

"Nanti gue ceritain," bisik Raka.

Nadin tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua, antara Raka dan Ibnu. Siapa mitha? Kok gue baru denger? Batinnya.

◍•ᴗ•◍

"Woy, Iz!" Iki menepuk bahu Faiz.

"Apa?"

"Mitha tadi berangkat sama siapa?"

"Ha? Maksudnya lo?"

"Lah, lo belum tau?" tanya Iki.

"Tau apa?" Faiz menunjukan ekspresi cengonya.

"Tadi si Mitha berangkat bareng cowok," jelas Iki.

"Ohh, paling temen sekelasnya kali," balas Faiz santai.

"Bukan, dia bukan anak sini, anak SMA kayaknya, tadi gue liat logonya beda."

"SMA?"

Siapa ya? Batin faiz.

"Iya, denger denger dia nganterin Mitha sampe depan kelas."

"Eh serius? Gue aja belum pernah nganterin dia sampe depan kelas gitu."

"Iya, saran gue sih ya, Iz. Buruan dah resmiin sama Mitha, keburu di embat cowok lain."

Faiz hanya bergeming, dia masih memikirkan tentang cowok itu. Anak SMA? Cowok? Deket sama Mitha? Apa jangan-jangan Raka?.

◍•ᴗ•◍

Suasa kantin di SMK Mentari tampak sedikit longgar, karena mungkin banyak siswa yang lebih memilih belajar dibanding makan.

Mitha memilih meja makan yang dekat dengan kipas angin, cuaca hari ini sangat panas, dan mitha merasa kegerahan.

Mitha duduk bersama ketiga teman sekelas, Nisa, Danu dan Ogy. Mereka cukup dekat, dibanding yang lain, Mitha lebih dekat dengar mereka, simple saja, karena mereka easy going.

"Nah ini dia nih pesanan kita dateng," sambut Nisa saat mang Indro datang.

"Es teh tiga, bakso dua, mie ayam satu, seblak goreng++ satu, silahkan."

"Makasih mamang!" ucap Mitha dengan gemas.

"Mitha bakso, gue juga bakso, si Danu mie ayam, lo yang pesen seblak, Nis?" tanya Ogy.

"Iya, kenapa emang, Gy?"

"Seblak itu kek gini ya?"

"Yaampun ogy! Lo idup di jaman apa sih? Masa baru liat seblak?" omel Nisa.

"Serius gue," ucapnya menyakinkan.

"Berarti belum pernah tau dong rasanya?" tanya Mitha. Ogy hanya menangguk, pandangan matanya tak lepas dari krupuk basah bernamakan seblak.

Seblak adalah makanan Indonesia, umumnya adalah makan khas dari Sunda Jawa Barat yang bercita rasa gurih dan pedas, yang terbuat dari kerupuk basah yang dimasak dengan sayuran dan sumber protein seperti telur, ayam, boga bahari atau olahan daging sapi, dimasak dengan bumbu tertentu.

"Cobain nih cobain?! Enak tau! Ya gak Mit? Nu?"

"Oh iya iya," sambung Danu sembari menyeruput es teh manis.

"Boleh ya, Nis?"

"Boleh banget, silahkan." Ogy mengambil sendok yang ada di meja makan, kemudian mengarahkannya pada mangkuk seblak.

Satu suapan seblak masuk dalam mulut Ogy, dia melotot kemudian memuntahkan seblak dalam tisu.

"Kenapa gak bilang seblaknya panas, dodol!"

"Haha ... Gue kira lo udah tau gy, makanya gue diem aja," ucap Nisa sembari menahan tawa.

"Enak gak bro?" tanya Danu.

"Lumayan, tapi panas."

"Ya namanya juga seblak, kalo yang dingin mah namanya es krim," balas Mitha. Tawa mereka bertiga pecah, melihat ekspresi kesal Ogy.

♥(✿ฺ'∀'✿ฺ)ノ

Haloo kalian! Apa kabar! Kabar baik semoga!!

Bab 27 akhirnya update! Jangan lupa baca! Jangan lupa juga vote dan coment!

Semoga suka yaa:)

Happy reading guys!

_Dita putri♡

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang