★ Empat puluh

2.9K 116 0
                                    

"Hai," sapanya sembari tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai," sapanya sembari tersenyum. Faiz menatap gadis itu, sembari mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Eh, hai juga," balas Faiz dengan canggung.

"Boleh duduk?"

"Boleh, duduk aja."

"Makasih." Mitha mendaratkan bokongnya ke sebuah kursi kosong di samping Faiz. Hening, bukan karna suasana yang sepi, tapi karena mereka cangung untuk membuka suara.

Mitha mengambil sesuatu dari tasnya.

"Eumm ... Kak faiz udah makan?" tanyanya basa basi.

"Aku bawa roti, kak Faiz mau?" Dia menyodorkan sebuah
tupperware berwarna pink.

"Enggak makasih, gue udah makan," balas Faiz.

"Yah, padahal aku bikin buat kak Faiz, tapi yasudah." Mitha hendak memasukan tupperware itu kembali ke tas, namun dicegah Faiz, dan dia mengambilnya.

"Thank's," balas Faiz sembali tersenyum. Mithapun ikut tersenyum.

"Sebenernya kak, aku ke sini mau minta maaf," tutur Mitha.

"For?"

"Aku gak maksud bilang itu dulu, dan aku harap kak Faiz gak marah lagi sama kak Fina, dia udah minta maaf." Mendengar hal itu, alis Faiz langsung bertautan.

"Minta maaf?" Mitha mengangguk, "Aku udah maafin mereka kok, kak Faiz juga maafin aku, kan?"

Faiz menghela napas perlahan lalu tersenyum, "lo gak salah, dan lo gak perlu minta maaf."

"T-tapi kak---"

"Udah, tenang aja," potongnya sembari tersenyum. Sungguh manis senyumnya, jika senyum itu bisa dimakan maka dia yang makan akan langsung diabetes.

Faiz membuka tupperware itu, lalu mencomot sebuah roti isi coklat. "Enak," katanya.

"Tadi bilang nggak mau? Sekarang habis," ucap Mitha sembari terkekeh.

"Jual mahal dikit bolehlah?"

"Haha ... Bisa aja kak!" Mitha kembali tertawa. Tawa ini yang Faiz rindukan, kurang lebih dua minggu dia tak mendengar tawa itu.

"Mit? Pulang sekolah ada acara?"

"Enggak ada, emang kenapa?"

"Pulang bareng gue mau?" Mitha diam, "takut ada yang marah ya?" sambungnya.

"Eh, enggak kok, Kak. Yaudah nanti pulang bareng. Sekarang aku masuk kelas dulu ya?"

"Iya, Mit. See you," ucap Faiz, Mitha hanya mengangguk lalu dia berlari menuju kelasnya.

◍•ᴗ•◍

"Gue selalu lemah dalam akuntansi!" Raka meremas rambutnya sendiri. Minggu depan sekolah ini sudah mulai UAS dan mapel akuntansi pasti diujikan.

"Sabar bro, kita sama." Hibur Ibnu, "bingung gue sama akuntansi. Salah satu, imbasnya ke yang lain!" raut wajah kesal jelas tergambar pada dirinya.

"Gue juga heran."

Akuntansi gak semenyeramkan itu kok.  Dia teringat ucapan Mitha, "bagaimana gadis itu bisa berfikir demikian?"

"Gadis sapa, Rak. Maksud lo?"

"Mitha."

"Kenapa dia?"

"Dia pernah bilang, akuntansi itu gak semenyeramkan itu kok, gitu."

"Lah iya pantes dia ngomong gitu, orang makanannya dia tiap hari angka, gimana sih lo!"

"Bener juga ya lo," balas Raka.

"Lagi bahas apa sih? kayaknya seru banget," ucap nadin tiba-tiba sembari menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan raka.

"Din. Lo inget mitha kan?"

Mitha lagi, batin nadin. "Iya inget kenapa?"

"Dia pernah bilang ke gue, 'akuntansi itu gak semenyeramkan itu kok' lo setuju gak?"

"Setuju gak setuju sih," balas Nadin. Dia mencoba untuk baik-baik saja, namun nyatanya itu malah kebalikannya.

"Kok gitu?" timpal Ibnu.

"Ya, setujunya emang ada beberapa yang susah dikejain, dan ada beberapa yang mudah dikerjain."

Raka dan ibnu hanya menganggukan kepalanya, "kayaknya gue butuh bantuan Mitha nih, lo mau ikut gak, Nu? Din?"

"Ikut ke mana?" balas mereka hampir bersamaan.

"Ke rumah Mitha, belajar bereng?" jawabnya dengan enteng.

"WAH BOLEH TUH!" seru Ibnu.

"Lo gimana, Din?"

"Enggak deh, aku udah ada janji belajar bareng Melin." Melin adalah teman seangkatan mereka, dia duduk dikelas IPA -1.

"Ohh okelah," balas Raka dengan santai.

◍•ᴗ•◍

Bel pertanda istirahat sudah sampai ke gendang telinga, para siswa berhamburan keluar kelas dan mulai menyerbu kantin.

"Mit, kantin yuk?"

"Kalian duluan aja ya? Aku mau ke kamar mandi dulu."

"Oh oke, lo mau pesan apa?" tanya Danu.

"Pesan batagor sama es jeruk aja, Nu."

"Oke siap, yuk."

"Makasih ya."

◍•ᴗ•◍

Setelah selesai merapihkan rambut yang agak berantakan di depan cermin, Mitha mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi bernama whatsapp.

Raka

Aku pulang bereng
kak faiz ya, Raka.


Setelah mengetik kalimat itu, dia memasukan kembali ponselnya lalu pergi dari tempat ini.


♥(✿ฺ'∀'✿ฺ)ノ

Halo!! Gimana dengan part ini?

Gimana pendapat kamu tentang akuntansi? Apa sepemikiran dengan Raka? Nadin? Atau Mitha?

Aku ucapin terima kasih buat kalian yang mau baca😍

Jangan lupa vote dan coment ya!!

_Dita putri♡

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang