★ Empat puluh satu

3K 119 0
                                    

Raka menghela napas dengan kasar setelah melihat ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka menghela napas dengan kasar setelah melihat ponselnya. Seperti yang kalian tau, Mitha meminta agar Raka tidak menjemputnya karena dia bakal pulang dengan Faiz. Mau marah, tapi dia gak ada hak. Memang raka siapa? Berhak ngatur-ngatur hidup Mitha?

"Woi! Bro!" sapa Nizar disertai tabokan yang mendarat di lengannya.

"Muka lo kusut amat. Napa lo?" tanya Burhan.

"Biar gue tebak," ucap Ibnu. "Ini pasti ada hubungannya sama Mitha? Bener gak?" sambungnya.

Raka diam, "kalo diam berarti iya," timpal Nizar.

"Kenapa lagi tuh si Mitha?"

"Faiz lagi?"

"Hem." Raka hanya bergeming.

"Kan udah gue kasih saran, resmiin aja, biar si Faiz gak bisa ganggu lagi," ujar Burhan.

"Gak segampang itu," balas Raka. "Udah ah, balik yuk!" sambung Raka.

"Kuy!!"

◍•ᴗ•◍

"Mitha," sapa Faiz.

"Hai Kak."

"Jadikan?" Mitha mengangguk. Nisa, Ogy dan Danu hanya saling berpandangan heran.

"Jadi ke mana Mit?" tanya Nisa.

"Pulang bareng gue, Mithanya gue culik dulu ya," ucap Faiz sembari tersenyum menunjukan deretan gigi putihnya.

"Kita duluan ya?!"

"Mit, kalo ada apa-apa kabari kita ya!" tutur Danu. Mitha mengangguk lagi.

◍•ᴗ•◍

"Gue bawa motor, Mit."

"Iya, Kak." Faiz mengambil dua helm, satu untuknya dan satu untuk cewek manis ini. Faiz membantu memasangkan helmnya. "Eh, Kak! Aku bisa sendiri kok," ucap Mitha.

"Udah," balas Faiz. "Nah selesai, yuk naik!" pinta Faiz, dan Mitha menurut saja.

Faiz menyalakan motornya, kemudian pergi keluar dari sekolah. Faiz meminta Mitha agar perpegangan, tapi dia menolak. Akhirnya Faiz putar otak, dia menyuruh Mitha untuk berpegangan pada tasnya. 

"Mau langsung pulang, Mit?" tanyanya di perjalanan.

"Terserah, Kak."

"Mau nonton gak?"

"Ha?! gimana?"

"Nonton, Mitha."

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang