Mitha duduk di depan kelas sembari meremas roknya, hari ini adalah pengumuman kelulusan, dia jelas sangat takut. Walau sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, Mitha anak yang cerdas, predikat lulus jelas 100% dapat ia raih.
"Udah, tenang, Mit. Kamu pasti lulus, kok," ucap Raka menenangkan. Cowok itu memang mengantarkan Lin dan Mitha untuk mengambil pengumuman kelulusan.
Mitha belum tenang sebelum ibunya keluar, cukup lama Lin di dalam, akhirnya dia keluar juga. Mitha langsung menghamburkan pelukannya, "Lulus?" tanyanya ragu.
"Lulus dengan peringkat umum nomor 2, selamat sayang." Lin membalas pelukan anaknya itu. Mitha sangat terkejut dengan apa yang dituturkan oleh sang mama, anak ini menangis, menangis bahagia tentunya. Raka tidak kaget atas apa pencapaian Mitha, karena gadisnya itu pandai.
"Mau langsung pulang, Tan?" tawarnya. Keduanya reflek mengangguk. Rakapun mengantarkan mereka pulang.
Sesampainya di sana, Raka diminta agar tidak pulang dulu. Karena Lin menyuruhnya untuk makan siang di rumah. Lin sudah menganggap Raka seperti anaknya sendiri.
Raka duduk di samping Mitha, dia menggenggam pergelangannya, "Selamat sayang," bisiknya. Raka jelas tidak mau ucapannya didengar oleh Lin, karena itu jelas memalukan. Mitha tersenyum menatap Raka. Ohh sungguh! Gadis itu sangat manis, beruntung dia bisa mendapatkannya.
"Silahkan, dimakan, Nak." Mereka berdua kompak mengangguk.
Setelah selesai, Raka pamit pulang kepada Lin, dia juga mengucapkan terimakasih atas suguhan makan siangnya. "Terimakasih, Tan. Raka pulang dulu ya?" Raka mencium punggung tangan mertuanya kelak.
Mitha mengantarkan Raka sampai ke depan, Raka mengelus puncak kepala Mitha, diapun membalasnya dengan menepuk nepuk lembut pipi Raka, "Kamu hati-hati, ya." Raka mengangguk dan melambaikan tangan lalu pergi.
◍•ᴗ•◍
Seperti biasa anak itu memilih tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ke rumah burhan. Saat raka datang, suasana di rumah burhan sudah ramai, dikarenakan ada kedua sahabatnya yang lain. Nizar dan Ibnu sudah berada lima menit lebih dulu dari pada Raka.
"Woyy!!!" teriak Raka sembari menjatuhkan dirinya ke sebuah sofa empuk di rumah burhan.
"Dateng-dateng tuh salam, dodol!"
"Tau tuh! Main woy-woy aja!" kompor Nizar. Raka menatap ketiga sahabatnya itu lalu bangkit, "Lah kenapa tuh bocah?!" cetus Ibnu.
"Mau kemana lo?"
"Ngambek ya?"
"Jangan ngambek downg bwangg!" ucap Ibnu dengan nada menjijikan. Raka keluar dari rumah mewah Burhan, namun beberapa detik cowok itu kembali.
"Assalamualaikum, Mas-mas yang ganteng ... Tapi lebih ganteng gue, calon suaminya Mitha!" serunya tak berdosa. Kelakuannya tadi langsung mendapat respon dari ketiga sahabatnya, mereka tertawa namun tak lama berselang, cowok itu malah kena cerca oleh mereka.
"Kelakuan lo, masyaallah----" Ibnu tak kuat melanjutkan kelimatnya tadi.
"Makin gede makin sinting aja, Rak sepatu!" semprot Nizar.
"Dapet Mitha harusnya tobat, malah kurang sajen, dasar RAK SEPATU!"
"Ah banyak bacot kalian." Raka kembali duduk di sofa empuk itu.
"Gimana, jadi nanti sore tampil di cafe zin?" tanya Raka tiba-tiba.
"Jadilah!!"
Sejak awal kelas dua belas, perkembangan band the little mouzt sangat meningkat, merekapun lebih sering keluar kota untuk keperluan manggung. Namun setelah semester dua, mereka memutuskan untuk tidak menerima job manggung dulu, karena mereka akan fokus ujian. Ujian telah selesai. Merekapun kembali untuk menepaki panggung, menghibur ratusan penonton.
Raka mengangguk-angguk paham, "Gue mau ajak, Mitha," ucapnya.
"Ajak aja, itung-itung buat penyemangat lo," balas Burhan.
"Yoi!! YANG JOMBLO, SABAR YA!"
Merasa disindir, Nizar dan Ibnu kompak menoleh, "Awas ya lo Rak! Putus sama Mitha, gue orang pertama yang bakal ngetawain lo!" pungkas Ibnu.
"Dasar jomblo!" pelik Raka.
"Udah-udah, YANG JOMBLO JUGA GAK USAH PANAS!!"
"ANJING!!" seru Nizar dan Ibnu secara bersamaan, Raka dan Burhan hanya tertawa menanggapi kedua temannya itu. Ibnu dan Nizar, masih setia dengan predikat jomblo yang melekat pada mereka.
◍•ᴗ•◍
"Raka?"
"Iya?"
"Makasih ya?" ucap gadis itu. Mereka berdua tengah berjalan-jalan di area kota tua dengan tangan yang bertautan pastinya.
"Buat apa sayang?"
"Semuanya?"
"Ha, gimana?"
Mitha berdecak, "Intinya buat semuanya."
"Aku sayang kamu," sambung Mitha.
Raka menghentikan langkahnya, dia menatap Mitha lalu kemudian tersenyum. Raka menarik lengan Mitha dengan cepat, hingga sekarang dia berada di dalam dekapan Raka.
"Gak perlu bilang makasih, itukan tugasku? Menjadikan kamu istimewa," bisik Raka.
Mitha melepaskan dekapan Raka, dia tersenyum. Kemudian menarik pelan kerah kemeja Raka. Satu kecupan singkat mendarat di wajah ganteng itu. Raka jelas terkejut dibuatnya. Ini kali pertama Mitha berani melakukannya, biasanya Raka.
"Besok aku ke rumah ya?"
"Tumben?"
"Mau ajak papa sama mama sekalian."
"Ha buat apa?!!"
"Melamarmu?" Satu cubitan sukses membuat Raka merintis kesakitan.
"Jangan gila!"
"Serius aku," kekeh Raka.
"Bodo!" Mitha melenggang meninggalkan Raka, yang masih berdiri di belakang.
"Mit, tunggu dong!"
"Dasar lelet!"
"Lelet, lelet gini kamu sayang, kan?"
"Iya, sayang." Keduanya kompak tersenyum. Merekapun melanjutkan perjalanan mereka, berjalan-jalan di kota tua. Yang pasti, tangan mereka bertautan, seperti takut kehilangan satu sama lain.
♥(✿ฺ´∀'✿ฺ)ノSesuai janji, jika 1k votess maka post ekstra chap😊
Thank you 1k votes💗
Selamat membaca dan menikmati.
_Dita putri
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitha
Fiksi Remaja[MASIH PROSES REVISI | MAAF APA BILA ADA KESALAHAN DALAM PENULISAN KATA, TANDA BACA, ATAU HURUF KAPITAL] Mitha Aprilia, seorang siswi SMK berjurusan Akuntansi. Baginya Akuntansi itu istimewa, perlu keseimbangan untuk benar. Gadis pencinta bunga Mawa...