★ Dua puluh enam

3.1K 127 0
                                    

"Maaf ya, nak Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf ya, nak Raka. Mithanya lama," ucap Lin.

"Iya, Tan. Gapapa," jawab Raka sembari tersenyum.

"Mitha berangkat dulu ya," pamit Mitha sembari mencium punggung tangan Lin.

"Aku juga ya tan," ucap Raka.

"Iya, kalian hati-hati ya."

◍•ᴗ•◍

"Nanti gue jemput."

"Ihh! Apaan sih, gak mau ya," tolak Mitha.

"Gak mau? Yaudah nanti gue aduin ke nyokap bokap lo." Mendengar perkataan Raka, dia langsung melotot.

"Iya iya mau! Dasar tukang ngadu!"

"Biarin." Raka kembali fokus pada jalanan, namun fokusnya kembali pecah karena seorang cewek yang sedang fokus pada ponselnya.

Tidak, dia sedang berbuat ulah, tapi kenapa Raka malah fokus padanya? Cewek itu menggunakan seragam abu-abu dengan rambut terurai, cantik.

Raka sengaja membawa mobilnya masuk di sekolah Mentari. Mitha yang sadar akan hal itu langsung ngomel.

"Ih, kenapa masuk sih!"

"Udah Raka, di sini aja."

"Stop dong rak!"

"Aku lompat nih?!" kalimat itu berbunyi seperti ancaman, tapi Raka malah tidak takut dengan ancaman itu.

"Yaudah, sana lompat, lo mau gak punya kaki lagi?" ucapan itu sukses membuat Mitha bungkam.

"Nah, udah sampai, lo boleh keluar."

"Udah tau! Sapa juga yang mau lama-lama sama kamu!"

"Sama-sama," balas Raka.

"Makasih!" Mitha menutup membanting pintu mobil Raka.

Raka berjalan mengikuti Mitha, Mitha yang menyadari akan hal itu, buru-buru dia menghentikannya.

"Ehhh! Stop, stop! Kamu mau ngapain?"

"Ngantar lo sampai depan kelas," ucap Raka dengan santai.

"HA?! GAK MAU! Pokoknya aku gak mau!!"

"Tapikan gue yang mau, jadi apa urusan lo?"

"Gak boleh!!"

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang