★ Tiga puluh tujuh

2.7K 112 0
                                    

"Emang kamu mau cari kado apa?" tanya Mitha. Mereka sudah berada di salah satu mall kota Jakarta.

"Menurut lo apa ya?" yang ditanya balik bertanya.

"Buat cewek apa cowok?"

"Cewek," jawab Raka.

"Gimana kalo sepatu?"

"Boleh juga."

"Pasti buat pacarmu ya?"

"Gue gak punya pacar, kalo punya gue gak akan berani deketin lo," ucapnya.

"Masa? Kok aku gak percaya. Gak punya pacar tapi doi banyak ya?"

"Enak aja lo!"

"Doi gue ya cuma lo," gumamnya. Sayang Mitha tak dengar.

"Eh itu ada banyak sepatu!" telunjuknya mengarah ke sebuah toko sepatu.

Raka mengikuti langkah Mitha yang membawanya ke toko sepatu. Mitha membantu memilihkan sepatu, menurutnya ada satu sepatu yang menarik tapi dia lupa menanyakan ukuran sepatunya.

"Ini bagus," ucap Mitha. Raka mengambil sepatu yang dipegang Mitha, lalu ia mengangguk.

"Tapi nomornya sepatunya berapa? Ini nomor 39 soalnya, muat gak kira-kira?"

"Astaga! Gue gak tau."

"Ha? Serius? Kalo kamu gak tau kenapa gak bilang dari tadi!"

"Gak kepikiran," balas Raka dengan santai.

Ingin rasanya dia menjambak rambut cowok itu, dia kesal karena waktunya terbuang untuk hal-hal yang gak penting.

"Terus mau diganti apa?" Raka tampak berfikir, dia gak tau apa yang disukai Ima.

Baru saja mereka melewati sebuah toko kecantikan, toko yang menawarkan beberapa atau bahkan semua alat makeup di sana.

"Cewek kamu suka makeup gak? Kalo suka mending beli alat makeup aja," tutur Mitha.

"Dia bukan cewek gue."

Raka menyetujui ide Mitha untuk membelikan sebuah alat makeup. Beberapa menit berselang mereka keluar dengan membawa sebuah plastik berisi alat makeup yang sudah dibungkus dengan kertas kado.

Raka mengajak Mitha untuk makan, tapi dia menolak. Raka tak putus asa, dia terus mengajak Mitha untuk makan dan akhirnya dia menyerah. Dia menuruti keinganan Raka untuk makan.

"Mau makan apa?" tanyanya.

"Terserah kamu." Raka mengangguk, ia memesankan cheese burger untuk Mitha.

Mitha teringat akan niatnya untuk memasang CCTV di balkon kamarnya. Dia merogoh ponsel yang disimpan di rangselnya.

"Aku telepon mama dulu ya," ucap Mitha, Raka hanya mengangguk menanggapinya.

"Halo, assalamualaikum, mah?"

"Waalaikumsalam nak, kamu dimana? Kok belum pulang? Masih sama Raka?"

"Iya mah, aku lagi nemenin dia."

"Oh iya nak, pulangnya jangan kemaleman ya."

"Iya mah, Mah? Di rumah ada CCTV yang belum dipasang gak?"

"Mamah belum cek, kenapa sayang?"

"Balkon kamar, pengen Mitha kasih CCTV."

"Kenapa? Ada apa sayang?"

"Nanti Mitha ceritain, tolong suruh pak Bondo pasangin yah." Pak bondo adalah satpam di rumah Mitha, dia multitalenta, serba bisa.

"Iya sayang, nanti mamah suruh pak bondo."

"Yaudah mah, udah dulu ya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Mitha memutuskan sambungan teleponnya.

Mitha kembali lagi ke tempat duduknya. Pesanan yang tadi dipesan Raka sudah tersedia di meja.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kenapa apa?"

"Tadi nelpon nyokap, ada masalah?" Mitha diam.

"Hey? Ayolah cerita. Lo belum mau terbuka sama gue?"

"Nanti aku cerita, tapi belum sekarang." Raka mengernyit heran.

"Oh oke. Makan gih, abis ini temani gue beli gaun," ucap Raka.

Mitha tidak mau berpikir panjang. Dia langsung menyetujuinya.

◍•ᴗ•◍

"Menurut lo yang bagus warna apa?" Mereka berdua sudah berada di butik. Raka meminta bantuan Mitha untuk memilihkan gaun.

"Ini bagus," ucap Mitha sembari menunjuk salah satu gaun itu.

"Saya ambil ini mba," ucap Raka.

"Ukurannya mas?"

"Persis seperti gadis ini." Pelayan itu menggangguk paham dan segera membungkus pesanan Raka.

"Kamu beli gaun itu untuk siapa?" tanya Mitha penasaran.

"Buat temen gue, ukuran dia sama kaya lo," balas Raka. Mitha hanya mengangguk paham

Entah dia harus senang atau kecewa.

♥(✿ฺ'∀'✿ฺ)ノ

Halo!!

Terimakasih yang sudah mengikuti perkembangan Mitha sampai part 37.

Doakan ya, supaya bisa tamat secepatnya🙏🏻

Jangan lupa vote & coment!!

Saya selalu menerima kritik dan masukan🙏🏻🙏🏻

_Dita putri♡

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang