★ Enam

4.5K 161 13
                                    

Sang waktu menunjukan pukul enam lewat tiga puluh, pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang waktu menunjukan pukul enam lewat tiga puluh, pagi. Para pengurus OSIS kini sedang briefing sebelum acara dimulai.

Lapangan yang kemarin terlihat kurang rapih sekarang sudah berbeda. Tiang-tiang yang kemarin tergeletak sudah terpasang rapih, lengkap dengan kain yang menyelimutinya. Begitu juga panggung yang terlihat sudah sangat bersih. Mulai dari Mikrofon dan alat musik lainnya, sampai pada karpet panggung semua sudah siap.

Tenda untuk bazar pun sudah berdiri kokoh, bagitu juga dengan meja yang telah dipenuhi buku-buku, mulai dari buku fiksi sampai non fiksi. Semua berkat kerja keras pengurus OSIS.

"Saya ucapkan terima kasih atas kerja keras kalian, akhirnya semua sudah beres tepat waktu," ucap Tomi.

"Tepuk tangan untuk kita semua." Semua yang mendengar perintah Tomi pun reflek menyatukan tangannya untuk tepuk tangan.

"Kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing, berdoa agar acara ini berjalan dengan lancar dan semestinya. Berdoa dimulai." Semua menundukan kepalanya untuk berdoa.

"Berdoa selesai."

"Saya minta, semua ketua seksi untuk mengecek bidangnya masing-masing. Bisa?" sambung Tomi.

"Siap, Bisa. Kak," jawab mereka serentak.

"Briefing ini saya akhiri, Wassalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh."

"Waalaikumsalam Warohmahtullahi Wabarokatuh," balas mereka. Selanjutnya mereka mengerjakan perintah Tomi untuk mengecek ulang semuanya.

Mitha menghampiri ruang konsumsi, untuk memastikan semuanya sudah beres. Sesampainya di sana dia menghitung sendiri snack yang sudah tersedia. Untuk memastikan jumlahnya tidak kurang. Dan Alhamdulillah semuanya sudah beres.

"Mitha!" Faiz berlari menghampiri Mitha.

"Iya, Kak?"

"Gimana? Sudah beres?"

"Alhamdulillah, udah, Kak," balas Mitha sembari tersenyum.

"Alhamdulillah, semangat, ya!" ucap Faiz yang membalas senyum Mitha.

"Makasih, Kakak juga semangat, ya!"

"Pasti! Eh, kamu udah sarapan?" tanya Faiz.

"Sudah, Kak."

"Bagus, Ya sudah aku ke sana dulu, ya!"

"Iya, Kak." Faiz berlalu meninggalkan Mitha, dia tersenyum menatap punggung kakak kelasnya yang semakin tak terlihat.

◍•ᴗ•◍

Raka berdiri di depan cermin, menata rambutnya agar kelihatan lebih rapih dan juga menata kembali bajunya. Suara ketukan pintu terdengar di luar kamar Raka. Membuat Raka menyudahi aktifitasnya di depan cermin.

Mitha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang