Four

53.7K 2.6K 123
                                    

Jika seseorang tak terlalu mementingkan kehidupan secara detail. Maka itu tak berlaku bagi seorang Davinta Alexcio Midharja. Ia sangat menjunjung tinggi penampilan, bahkan ingin selalu terlihat sempurna pada banyaknya pasang mata manusia.

Segalanya yang berhubungan dengan Davin, harus benar-benar perfect dimatanya. Ia tak suka pembantahan seseorang kepadanya. Ia suka memaksa, namun sama sekali tak ingin dipaksa. Dan segala sesuatu yang terjadi disekitarnya, memang harus sesuai dengan cara kerja otaknya pada saat itu.

Lalu, semenjak kejadian Ana yang turun secara tiba-tiba dari mobilnya, ia memang memilih untuk pulang saja dan membolos kuliah dihari pertamanya. Biarlah, entah kenapa Davin ingin cepat-cepat berada dirumah, dan merenung setelahnya.

Davin orang yang ramah. Tentu saja, dia bukan seorang cold boy ataupun bad boy. Cukup menjadi diri sendiri dan apa adanya, mungkin itu motto hidup dari seorang Davin yang terkenal aneh dimata Ana.

Tokk.. Tokk..

Davin yang sedari tadi hanya termenung saja diatas ranjang, kini tatapan matanya langsung melirik kearah pintu. Bukan tak kenapa, tapi memang semua orang rumahnya tengah pergi untuk berkerja.

"Vin, ini gue Andra." ucap seseorang yang berada dibalik pintu.

"Pintunya nggak dikunci." jawab Davin yang kemudian merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

Andra masuk kedalam kamar Davin. Tampak, ruangannya sangat rapi untuk ukuran cowok ada umumnya. Ya itulah sahabatnya, selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya, meskipun hanya terdapat satu debu saja yang terlihat di sana.

"Lo nggak ke kampus hari ini. Kenapa?" tanya Andra yang juga ikut merebahkan tubuhnya disamping Davin.

Davin hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak apa-apa. Lho juga kenapa nggak kuliah hari ini?" ucap Davin balik bertanya.

"Gue udah ke kampus kok hari ini. Cuma nggak ada lo di sana, ya gue putusin buat balik aja lah! Nggak ada lo itu rasanya nggak seru." jelas Andra lagi.

"Gimana sama pacar lo, katanya kemarin baru jadian. Kok udah ditinggalin?" sambung Davin lagi.

Andra sedikit terkekeh. Sahabatnya memang bisa membuat alasan agar menghindarkan diri dari topik yang sedang dibahas saat ini. Andra hanya tersenyum, setidaknya ia bisa bertemu dengan Davin yang notabennya adalah sahabat setianya dari kecil.

"Gue udah izin sama dia. Sebenarnya gue punya agenda mau ngenalin lo sama pacar gue, tapi lo nya malah nggak tahu kemana tadi." cibir Andra lagi.

Davin hanya tersenyum simpul. "Kalau lo mau ngenalin pacar lo ke gue, yang ada hatinya malah langsung pindah, kerena jatuh hati dengan Davinta Alexcio Midharja."

Andra langsung mengerucutkan bibirnya. Satu hal yang memang jangan sampai dilupakan oleh Andra, tingkat kepercayaan diri yang terlalu tinggi dari sahabatnya. Jika kau tak ingin sakit hati, maka kau harus ingat sifat Davin yang satu itu!

"Gue yakin, dia bakal setia sama gue." jawab Andra sambil menatap langit-langit kamar.

"Yakin? Namanya siapa?" tanya Davin yang mengalah saja.

"Shailan Artha Kivani. Tapi panggilannya Shasa, gue baru kenal pas Ospek kemarin. Dia anak fakultas kedokteran, kelas sebelah."

Baru kenal beberapa hari, tetapi sudah memutuskan untuk menjalin asmara? Andra memang begitu ajaib dimata Davin. Ada-ada saja kejutan yang terus Andra buat untuknya, termasuk soal jadian yang baru-baru dilakukannya kemarin.

"By the way, Om Ferdi mana? Kok nggak kelihatan." tanya Andra kepad Davin.

Ferdiyo Midharja. Itu adalah Ayahnya. Ia bekerja diperusahaan milik sendiri, dengan menlanjutkan usaha yang turun temurun dari keluarganya dulu. Ia single parent, dan membesarkan Davin dengan tangannya sendiri hingga sekarang.

Davin selalu membayangkan, bagaimana cara Papahnya dalam menjaga dirinya ketika kecil dulu? Apakah Papahnya tak terlalu berat dalam mengambil dua peran orang tua sekaligus? Yang jelas, Davin sangat bersyukur karena hingga sekarang pun Papahnya masih sangat menyayangi dirinya.

"Dia kerja lah, pertanyaan lo nggak ada bobotnya sama sekali!" seru Davin, yang  kemudian menjitak pelan jidat sahabatnya itu.

Pletak..

Andra mengusap-usap pelan jidatnya, kemudian mendengus pelan. Sungguh, jika ada undang-undang tentang dibalik kekejian persabahatan seperti ini, maka Andra tak segan-segan untuk menuntut Davin.

"Kan bisa aja kan, Om Ferdi cari Mamah baru buat lo." jawab Andra tanpa menyaring dulu ucapannya.

Davin memejamkan matanya. Mamah? Sepertinya Davin tak pernah tahu keberadaan Mamahnya hingga saat ini. Ia pun tak tahu rupa Mamahnya, apalagi berbincang?

Pernah Davin menanyakan soal Mamah kepada Papahnya. Namun respon yang di dapat, hanyalah senyuman tipis saja dari Papahnya. Dan ketika malam hari tiba, Papahnya selalu memandang cahaya bulan dan menitikkan air mata di sana.

Mulai saat itu, Davin tak ingin tahu dengan keberadaan Mamahnya. Tapi Davin yakin, bahwa Mamahnya pasti telah pergi meninggalkan ia dan Papahnya, demi lelaki lain yang lebih mapan darinya. Davin pun hanya bisa tersenyum sinis dengan jawaban otak yang selalu membuatnya miris.

"Gue nggak butuh Mamah baru. Cukup Papah aja yang selalu ada untuk gue hingga nanti ajal menjemput." ucap Davin dengan tatapan matanya yang sedikit kosong.

Andra yang baru sadar atas ucapannya tadi, hanya bisa menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal. Jujur, ia sama sekali hanya ingin bercanda, bukan untuk menyinggung sahabatnya.

Begitulah Davin yang terlihat bahagia diluar, namun tidak untuk di dalamnya. Ia membutuhkan peran seorang Ibu di dalam hidupnya, namun tak pernah tercurahkan dari mulutnya.

"Sorry, gue nggak bermaksud buat nyinggung lo." maaf Andra.

Davin hanya tersenyum. "Santai aja, gue tahu kok."

Andra menghembuskan napas lega. "Gimana perkembangan lo sama Ana?"

Davin hanya menggeleng lesu. "Nggak tahu, tapi kayaknya dia udah nggak peduli sama gue. Buktinya aja, dia pergi begitu saja setelah gue ngungkapin kata cinta gue."

"Terus lo nyerah gitu aja?" tanya Andra lagi.

Davin hanya menjawab dengan gelengan kepala saja.

"Gini bro, cinta itu butuh perjuangan. Nggak apa-apa lo dapet seribu penolakan, asal setelah itu lo bakal dapet keberhasilan. Ana pasti ngomong kayak gitu ada alasannya, coba lo cari tahu. Mungkin lo bisa dapet jawabannya." ucap Andra sedikit bijak.

Davin menolehkan kepalanya. "Gue nggak yakin, Ana bakal nerima gue setelah itu."

Andra menghembuskan napas kasar. Entah kenapa karena cinta, membuat kepercayaan diri Davin menghilang begitu saja.

"Coba dulu, baru ngomong nggak yakin. Gue jamin lo bisa dapet hati Ana setelah itu, gue yakin itu!" seru Andra terkesan menyemangati.

"Oke, gue coba. Gue harap cinta pertama gue ini akan terbalaskan dengan beribu harapan yang gue miliki. Thanks lo udah menyemangati gue."

Andra menepuk-nepuk bahu Davin pelan.

"Santai kali bro, btw Ana cakep nggak sih?" tanya Andra sedikit ingin tahu.

Davin melototkan matanya lebar. "Awas aja lo nikung gue!"

*****

1013 Kata.

Versi Davin sepenuhnya ya, jangan berharap lebih. Aku tahu kok, kalian pasti ingin kenal Davin dengan dekat.

Btw, berapa menit gue ngetik ini. Hampir satu jam! Ditengah-tengah ngerem mendadak karena nggak ada ide.

Salam dariku,
Vaa_morn.

Everything Has Changed (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang