Thirtty Six

40.8K 1.8K 7
                                    

Mentari telah menampakkan sinarnya. Dan sinarnya telah memberikan cahaya tersendiri bagi manusia untuk bersemangan beraktivitas. Di saat seperti ini, semua orang telah mengosongkan rumahnya. Tentu saja berlaku untuk Ana dan Aksen yang sudah sampai di kampus, bahkan sudah nongkrong di kantin belum lama ini.

Mereka tak berdua, ada Andra dan Shasa yang menemani. Bisa ditelaah lebih jauh, mereka sudah seperti seorang sahabat. Kemana-mana harus bersama, walaupun sepertinya masih ada yang kurang. Ya, Davin masih belum bisa bersama. Padahal rencananya, Davin sudah diperbolehkan pulang dengan kondisi yang sepenuhnya terlihat sehat.

"Ana jangan makan pedes-pedes dipagi hari, nggak baik buat lambung kamu." peringat Shasa yang nampak memperhatikan Ana disetiap waktu.

Aksen merespon dengan cepat. "Tuh kan pada ngomong kayak gitu. Dibilangin itu harus nurut!"

Shasa langsung tersenyum, dan ber tos ria dengan Aksen merasa menang. Andra yang melihat sepertinya ada rasa-rasa cemburu. Baru begitu saja, Andra langsung melipat kedua tangannya diatas meja dan langsung berkonsentrasi kearah keduanya. Sedangkan Aksen hanya mengangkat bahunya acuh, lalu memiringkan ponselnya untuk bermain game.

Shasa sedikit terkekeh melihat Andra.

"Kamu jealous ya, ngaku deh." tebak Shasa dengan memperbaiki bajunya, seperti seseorang yang memiliki tingkat percaya diri penuh.

"Aku nggak jealous, hanya saja cemburu!" seru Andra lantang.

Ana yang baru saja memasukkan makanan ke dalam mulutnya, langsung menghentikan kunyahannya. Ingin sekali ia menggeplak kepala Andra sekuat-kuatnya.

"Sama aja Andra. Kamu buat aku  kesal pagi-pagi gini." rajuk Shasa sambil memajukan bibirnya seperti seseorang yang cemberut.

Andra langsung merangkul Shasa, kemudian menarik hidungnya dengan tangan sebelahnya. Pemandangan yang membuat hati panas bagi para jomblowan dan jomblowati di depannya.

"Mata gue kena virus." ucap Aksen dingin, namun masih asyik dengan ponselnya.

Andra sedikit mengernyit bingung, namun kemudian ia tertawa. Mungkin ia seperti orang yang mengalami gangguan jiwa karena suatu alasan.

"Gue paham! Situ kan jomblo." sindir Andra yang kemudian kembali tertawa.

Shasa pun ikut-ikutan tertawa. Sekali kekasihnya melakukan sindir menyindir, kedua orang langsung menatap mereka tak suka. Terlebih lagi dengan Ana yang masih asyik makan pagi, langsung menghentikan kunyahan terakhirnya itu.

"Kamu bener yang. Mereka kan jomblo!" seru Shasa yang kemudian membuat sepasang kekasih itu langsung terbahak keras.

"Kamu memang selalu benar Sha. Aku nggak nyangka bisa milikki kamu." jawab Andra yang kemudian mengacak-acak rambut Shasa berantakan.

Ana membanting sendoknya di atas piring. Sudah tak nafsu lagi untuk melanjutkan acara makannya, karena ejekkan tak berfaedah itu. Ia mengetuk-ngetuk sepatunya dengan lantai membentuk untaian. Sepertinya ia akan melakukan sesuatu.

"Sha, gue boleh ngomong?" tanya Ana dengan nada sedikit serius.

Shasa yang tadinya terus tertawa penuh mesra dengan Andra, langsung mengangguk pelan. Ia menatap Ana seperti menagih sesuatu yang akan keluar dari mulutnya.

"Semisal lo putus sama Andra, apa yang akan lo lakuin?" tanya Ana sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Aksen nampaknya tertarik dengan topik yang sedang dibahas oleh Adiknya. Ia langsung meletakkan ponselnya, kemudian menatap dua sepasang kekasih itu sambil menyandarkan tubuhnya di atas kursi.

Everything Has Changed (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang