Forty Four

38.9K 1.7K 14
                                    

Sudah seminggu Ana kembali tinggal bersama keluarga kandungnya itu. Banyak perubahan, termasuk sikap keluarganya yang terlampau manis untuknya.

Aksen pun sepertinya mengalami perkembangan pesat dengan penyakitnya itu. Tak ada lagi Aksen yang sering melamun, ataupun menyakiti dirinya sendiri. Namun kata Merisca, mungkin ada saatnya penyakit Aksen dapat kambuh. Karena Aksen sepenuhnya, belum sembuh total.

Papahnya pun sudah kembali berkerja membantu Devon, sesekali mengajari Aksen cara berbisnis. Tak mungkin ia harus terlarut-larut dalam kesedihan, ada kalanya ia mencoba untuk berdiri meskipun tak ada pendamping lagi disisinya. Sudah cukup Anak-anaknya mengisi hidupnya, karena itulah bahagianya.

Pasangan Devon dan Alissha pun nampak sangat mesra dalam keadaan Alissha sendiri yang sedang hamil. Meskipun begitu, Devon masih menyempatkan diri untuk membantu Papahnya yang sudah aktif diperusahaan. Perlahan-lahan perusahaan yang dirintis Papahnya berangsur-angsur bangkit, dengan sedikit bantuan dari Ferdi. Suami dari seseorang yang telah merawat kedua Adiknya itu, dan yang tak lain adalah orang tua dari sahabat kedua Adiknya, Davin.

Ngomong-ngomong soal Davin, kalian pasti bertanya-tanya? Bagaimana keadaan Davin saat ini? Yang pasti Davin sudah aktif mengganggu Ana disegala kesempatan yang ada. Dan itu semata-mata hanya ingin mendapatkan PERHATIAN DARI ANA.

Seperti sekarang ini, Davin sudah stay di depan rumah Ana sembari merapikan baju dan rambutnya. Tak ada yang ia lakukan selain menunggu sang tuan rumah membuka pintu.

Ceklek..

Davin mengembangkan senyumnya, setelah mengetahui siapa yang membukanya. Anasthasya Azaria, yang baru saja diketahui olehnya bermarga Gideon. Ia mengibaskan rambut gondrongnya dengan penuh percaya diri.

"Selamat pagi princessnya Davin." sapa Davin sesekali terkekeh pelan. Soalnya hampir hingga saat ini, Ana akan kesal jika disapa seperti itu olehnya.

Ana bersedekap dada. "Kenapa?"

"Mau jemput Princessnya Davin jalan-jalan. Aku pernah janji sama kamu, kalau aku bakal ngajak kamu jalan. Dan aku akan nepatin janjinya sekarang, itupun jika kamu tak keberatan." jawab Davin menjelaskan.

Ana menopang dagunya dengan tangan kanannya. Ia sungguh malas untuk jalan sekarang. Bukan karena ia tak mau, tapi karena cuaca yang terlihat sangat mendung itu. Sangat tidak memungkinkan jika ia harus gunakan untuk pergi mencari hiburan bukan, yang belum mungkin ia dapatkan. Ya paling tidak, Ana sudah merencanakan seharian ini untuk marathon film. Namun sepertinya harapannya akan sirna.

"Gue ada tugas kuliah buat besok. Kemarin nggak sempat bikin." alibi Ana kemudian.

"Aku udah tanya sama Aksen, katanya kamu rajin buat bikin tugas." jawab Davin yang sepertinya tahu dengan japan pikiran Ana.

"Suwerrr, gue ada tugas kuliah buat besok." ucap Ana yang menyakinkan Davin.

Davin menggeleng. "Aku nggak percaya!"

Ana memutar bola matanya, sesekali menghembuskan napas panjang. Harus bagaimana lagi sekarang, ia tak mungkin mencari alasan lain dengan cepat. Mau tak mau, Ana merelakan semua rencananya kemudian menatap Davin.

"Oke, tapi gue belum mandi. Gimana?" tanya Ana yang nampaknya sangat jujur.

Tentu saja Davin tak percaya. Apakah Ana termasuk tipe Anak yang bermalas-malasan dihari libur, sepertinya iya.

"Kamu mandi dulu, aku tunggu dikamar Aksen. Kalau kamu udah selesai siap-siap, cari aku dikamar Aksen." jelas Davin yang mencoba untuk bersabar.

"Tapi gue belum izin sama Papah." jujur Ana lagi.

Everything Has Changed (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang