Ana melangkah kakinya keruangan dimana Shasa berada. Awalnya ia menolak untuk datang, namun karena paksaan yang terus Shasa lontarkan, membuat Ana sekarang tengah berdiri tepat dirumah sakit besar yang sama sekali belum pernah dipijaknya.
Ana mulai memasuki rumah sakit itu, dan mulai menanyakan pada resepsionis terdekat tentang dimana letak ruangan yang sedang ditujunya. Sungguh beruntung, resepsionis yang dituju sangat sopan dan baik hati.
"Ruang 340, itu ada dilantai tiga. Mari saya antarkan saja." ajak resepsionis rumah sakit, yang berbaik hati untuk mengantarkannya.
Mula-mulai mereka pergi memasuki lift, kemudian keluar dan berjalan lurus ke depan, setelah itu ia belok kiri dan sampailah Ana ditempat tujuannya.
"Terimakasih telah mengantar saya." ucap Ana, yang kemudian dibalas anggukan oleh resepsionis baik hati itu.
Mula-mula Ana mengetuk pintu dengan pelan, namun tak ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu dengan suara yang lebih keras, namun masih tak ada jawaban. Dan jalan terakhir baginya, adalah menggedor pintu dan menunggu penghuni di dalamnya langsung pada keluar.
"Lo mau jenguk orang, apa mau nggrebek orang." cerocos Shasa yang langsung membuka pintunya.
Ana sedikit terkekeh, ia langsung masuk kedalam ruangan, dan kaget bertemu Merisca di sana.
"Mamah!" seru Ana yang sedikit syok.
"Mamah?" kompak yang lain, terkecuali Merisca.
Ferdi pun turut bingung. Ia tak tahu pasti dengan apa yang terjadi. Apakah istrinya sudah menikah kembali sekarang?
"Kamu panggil istri saya Mamah?" tanya Ferdi pada Ana.
Ana menganga tak percaya. Apakah benar orang di depannya adalah suami Merisca, namun kenapa bisa mereka bertemu secepat ini. Ana pun turut bingung dengan semuanya.
Shasa dan Andra membulatkan mulutnya tak percaya. Terlebih lagi Shasa, tentunya ia sedikit tahu marga yang sebenarnya Ana pakai. Dan wanita itu sama sekali tak bermarga seperti sahabatnya itu. Lalu apa hubungannya Ana dengan Mamah Davin? Itulah yang berada dibenak Shasa saat ini.
"Anda suami dari Mamah saya?" tanya Ana yang memang sedikit bingung di sini.
Ferdi mengangguk mengiyakan.
"Lalu siapa kamu? Mengapa kamu memanggil istri saya dengan sebutan Mamah?" tanya Ferdi lagi.
Ana menepuk jidatnya. Ia sudah tahu jawaban kenapa Merisca berada di sini
"Jadi Davin anak Mamah?" tanya Ana pada Merisca.
Merisca mengangguk, kemudian memeluk Ana dengan sangat erat. Ia kembali menangis di sana, dan Ana hanya bisa terpaku mendengarnya.
"Dia tidak mengakuiku sebagai Ibunya. Apakah aku terlalu lama memendam dosa, sehingga ia tak mengakui Ibunya sendiri?"
Ana paham mengapa Davin terlampau kasar dengannya tadi. Ana membalas pelukan Merisca dan menenangkannya. Sedangkan yang lain hanya bisa memandang dengan wajah cengo.
"Mamah yang sabar ya, Ana pasti bakal bantu nyari. Tenang ya Mah." ucap Ana yang kemudian menciun kening Mamahnya.
Merisca mengelap air matanya. Ia memandang Ana dengan sedikit menggeleng.
"Ana nggak boleh kemana-mana. Papahnya saja tak menemukan Davin dimanapun! Cukup di sini, dan temani Mamah saja. Mamah nggak mau kamu kenapa-napa dijalan." tolak Mamahnya.
Ana menggeleng, kemudian menatap Merisca dengan penuh sayang. "Ana pasti bakal bantu Mamah buat deket sama Davin. Ini janji Ana sebagai balas budi, karena udah jaga Aksen setahun lamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed (Completed)
Teen FictionSeason 2 for S.A.D In A Life (Happy Ending) Ruang memintaku untuk menjauh dari mereka, dan waktupun memintaku untuk berubah dalam seketika. lalu, apalah dayaku ini yang hanya mengikuti permainan takdir belaka? Aku pernah bahagia, namun dalam sekejap...