Hanya butuh satu hari saja Alissha dirumah sakit. Mungkin jika ia tidak memaksa, Devon tak akan membiarkan dirinya cepat keluar dari tempat berobat itu. Tapi karena kasih sayang Devon yang begitu luar biasa, alhasil Alissha telah berada di mobil Devon saat ini.
"Ini kan bukan arah jalan pulang menuju Apertemen aku. Kita mau kemana?" tanya Alissha yang bingung, sekaligus penasaran.
Devon yang masih fokus dengan setirnya, sama sekali tidak menoleh. "Nanti juga tahu, ini kejutan buat kamu sayang."
Setelah itu Alissha hanya diam saja sedikit menuruti. Benar, Alissha lebih memilih untuk diam saja sepanjang perjalanan. Hingga tiga puluh menit kemudian, mobil Devon sudah pergi menuju pekarangan rumah mewah yang sungguh asing dimatanya.
"Ini rumah siapa?" tanya Alissha yang bingung.
"Rumah peninggalan Nenek sayang. Dia orang tua Mamah yang memang dari dulu menetap di sini." jelas Devon yang sudah mematikan mobilnya.
Setengah percaya, Alissha memilih untuk mengangguk saja. Ia mulai turun dari mobil, setelah Devon membuka pintunya untuk Alissha. Benar-benar cinta yang begitu romantis.
"Alissha nanti tinggal di sini sama aku. Apertemen lebih baik dikosongin aja, aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu lagi. Di sini juga ada Papah sama Mamah. Kita sekeluarga pindah kesini."
Alissha mengangguk dan mengikuti jalan Devon yang sedari tadi merangkul dirinya.
Deggg..
Alissha meneguk ludahnya kasar, ketika ia kembali menatap beberapa pasang mata yang sudah menatap dirinya dengan penuh lekat-lekat.
"Mamah.. Papah.." ucap Alissha lirih.
Seseorang yang merasa terpanggil langsung saja berlari menuju Alissha kemudian memeluknya dengan penuh kasih sayang. Sungguh Alissha sangat begitu terpukul, ketika mendapati mertuanya kurus kering tak bertenaga. Lihat saja, mereka memakai cardigan dengan syal yang turut menyelimuti tubuh kurusnya itu.
"Kamu kemana saja sayang. Kita nyariin kamu kemana-mana, tapi tak pernah membuahkan hasil." ucap Mamah yang memang terkesan takut jika menantunya pergi jauh darinya.
"Alissha nggak kemana-mana. Hanya saja Alissha butuh waktu untuk sendiri saja. Maafin Alissha ya Mah, Alissha nggak akan pernah lagi buat kabur-kaburan dari rumah." ucap Alissha yang kemudian melepas pelukan Mamahnya.
Alissha menatap sang Papah yang terlihat merenungkan diri, sambil memegangi album foto lama. Sama sekali tak terbuka memang, namun siapa saja yang ingin mengambilnya, ia tak akan tinggal diam begitu saja. Sebisa mungkin ia melawan, jika nantinya ia harus memukul. Dan itu pernah dialami oleh sang anak sendiri, Devon.
"Papah udah seperti itu, ketika kalian pergi dari rumah. Ia akan merenung sepanjang malam penuh, hanya untuk mengingat lagi semua kesalahannya." jelas Devon yang kemudian membawa Alissha untuk pergi menuju kamar dan beristirahat.
Entah mengapa, Alissha menjadi sangat bersalah untuk sekarang-sekarang ini. Terlebih sang Papah mertua, yang sudah dianggap orang tua kandung sendiri. Rasa-rasanya seperti tubuh sendiri yang diterjunkan langsung dari jurang, dan seluruh tubuhnya remuk seketika mengalami patah tulang. Ya meskipun rasa sakitnya itu tak berbekas, namun hatinya merasakan sakit yang begitu luar biasa.
"Rasa yang begitu memilukan ketika kita menatap seseorang yang kita sayang, nyatanya sudah tak sama lagi seperti dulu." tutur Alissha menyatakan.
Devon sedikit mengangguk. "Menginginkan hal yang sama dimasa lalu itu memang berat. Apa lagi ingin mengubah kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan menggantinya menjadi hal-hal yang begitu membahagiakan. Rasa-rasanya itu sangat sakit ketika kerja keras kita itu sama sekali tak membuahkan hasil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything Has Changed (Completed)
Fiksi RemajaSeason 2 for S.A.D In A Life (Happy Ending) Ruang memintaku untuk menjauh dari mereka, dan waktupun memintaku untuk berubah dalam seketika. lalu, apalah dayaku ini yang hanya mengikuti permainan takdir belaka? Aku pernah bahagia, namun dalam sekejap...