Ekstra Part-1

53.2K 1.9K 50
                                    

Davin memijit pelipisnya yang terasa pusing. Baru saja isterinya meminta dirinya untuk pulang cepat, namun ia masih memiliki jadwal padat untuk waktu-waktu dekat ini.

Ya, ia akan melaksanakan meeting sekitar lima menit lagi. Ponselnya ia genggam lagi di samping telinga, berharap orang tersayangnya itu memutuskan secara sepihak. Namun dugaannya salah, Ana sama sekali belum memutuskan sambungannya. Sebaliknya, lagi-lagi Ana harus memakinya tanpa rasa ampun.

"Pokoknya kamu harus pulang! Kamu nggak mau kan, dede bayi dikandunganku itu ileran. Awas aja kalau kamu nggak pulang, aku bakal gugat cerai kamu dan aku bakal nikah sama Arkan di korea nanti."

Tutt..

Davin menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya sambil memejamkan mata. Istrinya sedang tidak main-main saat ini. Bagaimana jika ancaman Ana itu benar? Davin mungkin tak akan bisa hidup lagi dan memilih untuk benuh diri saja.

Davin mengambil tas kerjanya, lalu memasukkan laptop kedalam sana. Ia akan cepat pulang sekarang, tak mungkin ia akan membiarkan isterinya pergi untuk mencari pria lain. Davin tak mungkin menerimanya!

"Tolong batalkan meeting saya dengan Avender Corp's. Saya harus pulang sekarang! Sebisa mungkin kamu harua menghalangi perusahan itu untuk membatalkan kerja sama dengan saya. Jika kamu tidak bisa, maka siap-siap saja kamu saya pecat!"

Nyatanya, Davin tak terlihat baik dimata para karyawannya untuk masalah seperti ini. Mungkin dalam keuangan, Davin tak segan-segan memberi gaji lebih sebagai bonus. Namun dalam saat-saat seperti ini? Jangan salahkan Davin yang berubah tegas dan tak berperasaan.

"Ba.. Baik.. Pak.." ucap sekretarisnya sambil menunduk takut.

Davin sama sekali tak menghiraukan. Ia langsung berjalan cepat, menuju mobil yang berada diparkiran khusus. Ia langsung masuk ke dalam mobil, lalu mengendarai mobil itu dengan ugal-ugalan. Ia tak ingin membuat istrinya menunggu lama.

Tak butuh lama, Davin sudah memarkirkan mobilnya di depan teras rumah, yang kemudian langsung disambut baik oleh pekerja rumahnya. Davin langsung menyerahkan kuncinya tanpa berkata sedikit pun. Karena sudah sedikit paham, pekerja Davin langsung mengambil alih mobil itu dan memasukkannya ke dalam bagasi.

"Sayang.. Kamu di mana?" tanya Davin dengan teriak, ketika melihat ruang santai rumahnya kosong. Biasanya untuk waktu-waktu sekarang ini, Ana tak ingin berlama-lama dikamarnya seorang diri. Sebisa mungkin, Ana mencari tempat ramai untuk menghindari rasa jengahnya.

"Aku di dapur sayang." jawab Ana dengan sedikit teriak saja.

Davin yang baru saja melepas dasi, langsung melesat ketempat yang Ana ucapkan. Ia tak ingin isterinya, dan calon-calon anaknya kelelahan ataupun celaka. Terlebih Ana yang tengah mengandung anak kembar.

Sesampainya di dapur, Davin langsung memeluk Ana dari belakang. Ia memejamkan mata. Sepertinya Ana sudah mencadi candu baginya, dan ia tak ingin melepasnya begitu jauh lagi.

"Aku sudah bilang kan, jangan terlalu kelelahan, nggak baik buat anak kita di dalam sini. Kan ada Bi Ira yang akan masak di sini, kita ke kamar aja yuk. Kamu butuh istirahat sekarang." ucap Davin yang sepertinya terpampau khawatir, sambil menghirup dalam-dalam aroma tubuh isterinya itu.

Ana menggeleng lemah. "Aku pengin masak buat kamu, apa nggak boleh?"

Davin ikut-ikutan menggeleng. "Nggak usah sayang, aku nggak mau kamu ngerasa capek. Kita ke sana aja ya, udara di sini nggak baik buat kamu."

"Tapi aku mau di sini." keukeh Ana.

"Ana." panggil Davin yang terlihat datar. Ia sama sekali tak suka, jika ucapannya langsung dibantah.

Ana yang sudah tahu situasi, langsung mengangguk saja. Davin memang terlampun protectif terhadapnya semenjak ia mengandung, apalagi ini yang ke enam bulannya. Dan Ana begitu paham dengan niat baik Davin yang tak lain melindunginya. Terlebih, mereka sudah tak tinggal serumah lagi dengan keluarganya.

"Aku pengin rujak sayang. Tapi jangan pakai jambu, mangga muda, nanas, atau apalah, aku nggak mau pakai itu!"

Davin yang berusaja mendudukkan diri disamping Ana, langsung menoleh. Apa lagi yang diminta Ana ini?

"Terus pakai apa sayang?" tanya Davin yang sepertinya agak bingung.

"Wortel, nggak usah banyak tanya kenapa. Ini emang kemauan dede bayinya! Minumnya pakai perasan air lemon aja ya, kayaknya seger deh."

Davin berjengit heran. Wortel? Davin tak pernah menyangkal jika ngidamnya Ana lebih aneh dari yang lain. Waktu tiga bulan yang lalu, Ana pun meminta dirinya agar mencium nenek-nenek paruh baya yang berujung cabe-cabean diujung kompleks. Tak hanya itu, dirinya pun diminta Ana untuk mengadakan konser dadakan meskipun suaranya hingga saat ini tergolong pas-pasan. Untung saja Ana memberikan kompensasi dengan hanya mengundang Ibu-ibu komplek saja untuk mendengar suaranya yang sama sekali tak mengenakkan hati itu.

"Sayang cepetan dong beli rujaknya. Masa kamu masih asyik-asyikan duduk sih di situ." rengek Ana yang tak dihiraukan oleh Davin.

Ya, Davin masih tidak bergeming. Mau cari di mana rujak seperti itu? Tak ada yang menjualnya bukan? Mau tak mau Davin menggeleng lemah.

"Nggak ada yang jual seperti itu sayang. Kita kerumah Mamah aja yuk, siapa tahu Mamam mau bikinin." ucap Davin lembut.

Ana menopang dagunya setengah berpikir. Namun beberapa saat lamanya, Ana mengangguk cepat.

"Oke, tapi kamu ikutan buat loh ya. Aku mau rujak dari usaha kamu sendiri."

Davin tersenyum. "Apa sih yang enggak buat kamu."

______

Ana menggeser-geser layar yang berada dihadapannya. Disampingnya, ada suaminya yang masih sibuk menyetir. Ia sesekali tersenyum, kemudian meng-screen nya, berharap apa yang ia dapat dari ponselnya itu membawa manfaat tersendiri.

"Sayang, menurut kamu nama yang cocok buat anak kita nanti siapa?" tanya Ana sambil menatap wajah suaminya menunggi jawaban.

Davin yang sedikit menoleh, langsung tersenyum tipis. Kemudian kembali fokus dengan jalanan yang berada di depannya.

"Anak kita nanti kan kembar. Jadi kalau anak kita cewek semua, aku bakalan kasih nama mereka Freissa dan Freissy " jawab Davin setelahnya.

"Kalau semisal anak kita cowok dan cewek, gimana?" tanya Ana kembali.

"Kalau cowok sama cewek, aku bakal kasih nama Davina dan Davino. Nama dari singkatan panggilan kita sendiri."

"Kalau cowok semua gimana?"

"Mungkin aku kasih nama utara dan selatan aja. Karena aku pikir pasti salah satunya ada yang ngikut sifat kamu, dingin." jawab Davin sambil terkekeh pelan.

Ana langsung menampilkan ekspresi datar. Apa-apaan Davin ini? Yang benar saja suaminya ini!

"Terserah." balas Ana sedatar-datarnya.

******

982 Kata.

Gila nggak, aku nggak tahu harus nulis gimana lagi. Intinya aku udah buat ekstra chapter ini. Jadi niatnya, nanti aku publish bareng-bareng tiga cerita sekaligus setelah ini. Bedanya aku publishnya hanya dua kali seminggu aja. Dan itu beda jadwal!

Ada Jingga Orange, Aksara(Cerita Aksen), satu lagi ada cerita buat duo kembar dari anaknya Ana. Okayy.. Semoga nanti banyak yang suka.. Itu harapan aku sih :)

Ekstra chapter yang ke-2, mungkin besok.. Aku nggak terlalu bisa berimajinasi sekarang.. Dan maaf, kemarin-kemarin nggak balas komentar kalian.

Salam dariku,
By: Vaa_morn.

Everything Has Changed (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang