10. Mabar

2.4K 287 118
                                    


Sesampai dikelas Finda tersenyum riang. Meli menatap sahabatnya dengan tatapan aneh.

"Lo senyam senyum tapi matanya sembab. Ibaratnya lo ngeliat doi bahagia tapi gak sama lo. " ucap Meli terkekeh sendiri.

"Apaan sih Meli, ikut campur urusan orang mulu. Herann!! "

"Tapi itu mata lo sembab kenapa lo. Ditolak Fano lagi? " tebak Meli yang sudah yakin jika tebakannya benar.

"Barusan gue dikatain murahan sama Fano. "

Meli langsung melotot dengan sempurna. Emosinya ikut memuncak. Ia mendesis frustasi sahabatnya ini waras atau tidak si? Dikatain tapi masih senyam senyum.

"Terus gimana lo diem terus nangis? Bego banget si lo harusnya lo tampar cowok kayak gitu. Percuma ganteng tapi gak punya hati, heran gue!! Harga diri lo bego pikirin. "

Finda menatap sahabatnya gemas. Meli selalu membelanya dan menasehatinya walau kadang sedikit kasar. Tapi Finda senang itu artinya Meli menyayanginya. Maka dari itu ia tidak takut menjalankan kehidupan ini yang selamanya gak bakal manis doang, karena selain orang tua dan kakanya ia juga punya sahabat yang siap selalu ada di pihaknya.

"Gak usah emosi Mel, tadi Fano udah minta maaf kok ke gue. " sahut Finda masih dengan senyum yang tidak hilang.

"Yaelah Fin minta maaf doang gak cukup bego banget sih. Gini nih kalo bucin begonya sampe ke DNA." gemas Meli.

"Ih lo sewot mulu. Fano gak cuma minta maaf doang. Tapi dia bakalan ngasih semua yang bakal aku minta."

"Terus lo minta apa? "

"Minta antar jemput sekolah bareng dia." sahutnya dengan mata yang berbinar.

"Itu doang? Bego lo, seharusnya lo minta mobil, rumah atau apartemen. " ucap Meli mendramatis.

"Ishh Meli apaan sih. "

Meli hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak berniat untuk terus debat dengan sahabatnya ini. Susah memang kalo berbicara dengan orang yang sedang jatuh cinta.

Sampai akhirnya guru fisika datang untuk mengisi jam pertama pelajaran.

***

Fano dan kedua sahabatnya duduk di kantin setelah bel istirahat pertama berdering.
Kantin tidak begitu ramai seperti biasanya. Mungkin karena sebagian dari siswa mengunjungi bazar makanan yang diadakan oleh osis.

"Mau push rank? " tanya Fano kepada sahabatnya sambil mengambil ponsel di sakunya.

"Kuy. Kalo push rank sama lo mah mau nolak berat banget. " ucap Doni dengan senyum merekah.

"Lo lama lama kayak cewek Don!! Lebayy. " sahut Feri geli dan Fano pun memberi acungan jempol setuju.

"Anjir. Kalo ngomong suka gak pake perasaan lo ya. Pantesan banyak yang nolak lo orang lo kalo ngomong pake dengkul. " balas Doni tak terima.

"Kurang ajar lo ya. Gue ditolak karena mereka minder pacaran sama cowok yang ganteng melebihi tingkat rata rata. " ucap Feri membela diri.

"Ganteng dari hongkong. Rambut kribo gitu lo bilang ganteng. " sahut Doni sambil menunjut kearah rambut Feri yang sedikit kriting.

"Daripada lo. Liat ini apaan ni jambul alay. " balas Feri sambil mengacak rambut Doni.

Fano hanya menggeleng malas melihat sahabatnya. Sampai akhirnya keduanya berhenti setelah datangnya gadis dengan senyum lebar di hadapan mereka.

"Hai Doni, hai Feri, hai Fanoooo. "
sapanya dengan ceria.

"Heran gue lo pas lahir tepat pada hari burung berkicau sedunia ya? Berisik amat soalnya. " desis Doni sambil menggosok telinganya akibat suara Finda.

ALFANO (MASIH REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang