45. Fano dan Joshua

1.1K 53 3
                                    

Fano menelusuri lorong sekolah dengan langkah cepat. Ia segera menuju ke kelas Finda. Rasa kesal menyelimuti perasaannya, karena pacarnya itu berangkat sekolah dengan Joshua.

Setelah sampai di pintu kelas Finda, ia bisa melihat gadis itu sudah duduk dan bercanda bersama Meli teman bangkunya.

Fano menghampirinya.

"Fano. " ujar Finda sedikit terkejut dengan kedatangan Fano.

"Ngapain tadi berangkat sama Joshua? " tanya Fano tanpa basa-basi.

Semua gadis yang ada disitu menatap kehadiran Fano. Tatapan kagum mulai menyerbu kearah Fano, namun cowok itu tidak peduli ia tetap menatap Finda dan menunggu jawaban gadisnya itu.

"Emang kenapa? " tanya Finda balik.

Fano mendengus nafasnya kesal, "Apa perkataan gue tadi malam kurang jelas? gue gak suka liat lo sama Joshua! " tukas Fano.

Finda terpaku mendengar ucapan Fano, apalagi tatapan Fano membuat dirinya merasa gugup.

"Eee.. emang kenapa sih kamu gak suka? Jus itu baik, dan kamu juga gak ada hak buat ngelarang aku. " balas Finda, ia berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Gue punyak hak karena gue pacar lo. Cowok mana yang gak marah liat ceweknya jalan sama cowok lain? " ucap Fano dan benar-benar membuat Finda mati kutu.

"Tapi, kenapa aku gak ingat tentang kamu?" tanya Finda sambil menatap papan tulis, kosong. Ia benar-benar tidak sanggup untuk menatap mata Fano yang hanya membuat hatinya perih.

"Karena lo gak pernah ngasih sedikit kesempatan buat gue bantu lo ingat tentang hubungan kita. " tukas Fano perih. Jika harus jujur Fano sangat merindukan gadisnya itu.

"Lo selalu ngejauh dan mengelak." sambungnya.

"Maaf. " hanya kalimat itulah yang mampu Finda ucapkan.

"Sekarang gue tanya sama lo, apa lo suka sama Joshua? " tanya Fano.

"Dia baik jadi gak ada alasan buat aku benci sama diakan? " balas Finda.

"Cukup lo jawab suka atau enggak? " tanya Fano sekali lagi.

Akhirnya Finda memilih mengangguk.

Fano tersenyum masam ia tidak percaya Finda yang dulu mencintainya semudah itu mengubah perasaannya, hanya karena dia tidak ingat tentang dirinya.

"Selama ini gue gak pernah nuntut lo buat cinta sama gue, tapi lo yang maksa gue supaya gue cinta sama lo. Dan akhirnya gue bisa cinta sama lo. " ucap Fano, ia menghentikan kalimatnya sejenak untuk menghela nafasnya.

"Tapi gue tau perasaan bisa berubah kapan aja. Sorry selama ini gue belum bisa kasih lo kenangan terindah, bahkan gue lebih sering terlihat menyebalkan di mata lo. " sambungnya.

Fano membuka ransel hitamnya, ia mengambil kertas yang beramplop coklat, lalu ia taruh di atas meja Finda.

"Itu hadiah gue buat lo, seperti yang udah gue janjiin pas hari ulang tahun lo. " ujar Fano dan cowok itupun lekas berlalu dari situ.

Finda menatap kepergian Fano, ingin rasanya ia menyusul cowok itu. Namun kakinya memilih untuk diam.

"Lo suka sama Joshua? " tanya Meli setelah kepergian Fano.

Finda menatap Meli, "Suka bukan berarti cinta kan Mel? gue juga suka sama temen cowok dikelas ini, karena mereka baik, Seperti halnya gue ke Jus. " ujarnya.

"Kayaknya Fano salah ngartiin deh." gumam Meli.

"Gue pusing Mel! Di sisi lain hati ini sakit ngeliat Fano. Rasanya gue udah ngelakuin kesalahan besar dan pengen nyamperin dia, tapi gue gak tau apa yang harus gue katakan ke dia. " ujar Finda.

Meli mengangguk mengerti.

Finda pun berusaha menenangkan dirinya. Lalu setelah itu ia mengambil kertas yang ada di bangkunya itu. Ia membukanya. Surat perjanjian penerbitan buku, itu adalah kalimat pertama yang Finda baca.

"Lo ingat buku cokelat jingga? " tanya Meli saat ia ikut melihat kertas itu.

Finda menggeleng.

"Itu cerita yang lo bikin berdua sama Fano, dan Fano udah berusaha nerbitin buku itu seperti yang lo impikan. "

Finda tidak menjawab ia menatap Meli yang mengartikan bahwa Finda masih belum mengerti.

Meli hanya bisa menghela nafasnya. Turut prihatin dengan sahabatnya itu.

"Yaudah lo simpen dulu aja. Gue  bakal bantuin lo supaya lo ingat semuanya." ujar Meli, Finda pun mengangguk dengan senyum perihnya.

***

Fano sekarang berada di dalam ruang osis. Bersyukur orang yang dicarinya ada disitu. Joshua.

Melihat kehadiran Fano, Joshua sedikit tidak enak.

"Bisa tinggalin gue sama Joshua sebentar? " Ucap Fano ke beberapa siswa yang ada di situ. Mereka pun mengangguk dan meninggalkan keduanya.

"Ada apa lo? sok penting banget." seru Joshua.

"Gue gak habis pikir kenapa cowok pembohong kayak lo bisa jadi wakil osis. " tukas Fano sambil mengambil duduk di kursi yang ada di situ. Sikapnya masih tetap santai.

"Maksud lo apa ngatain gue pembohong?!" balas Joshua mulai tak terima.

"Gue tau apa yang lo bilang ke Finda di Mall, lo bilang gue cowok yang sering gangguin dia. " ucap Fano.

Joshua sedikit terkejut mendengarnya.

"Terus kenapa lo gak terima? dia udah lupa sama lo, percuma juga lo ngejar-ngejar. " balas Joshua meremehkan.

"Seharusnya lo malu suka sama pacar orang. Emang lo yakin kalo hati Finda udah luluh sama lo? halu lo. " tukas Fano dengan senyum sinisnya.

"Bacot lo, kalo cowok jangan adu mulut doang. Sini hajar gue. " Joshua berdiri dari tempat duduknya, ia mulai emosi.

Fano tersenyum sinis, "Gue bukan cowok yang suka berantem, tapi bukan berarti gue penakut. " balasnya santai.

"Terus mau lo apa nyamperin gua?! "

Fano berdiri dari tempat duduknya ia mendekat kehadapan Joshua. Reflek Joshua menghindar ia berpikir Fano akan menghajarnya. "Cuma mau nyadarin lo kalo ngarep jangan manfaatin situasi. " ujar Fano dan cepat berlalu dari tempat itu.

"Sial! " desis Joshua.

ALFANO (MASIH REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang