Pukul delapan malam seorang gadis sedang duduk di taman kota. Ia seperti sedang menunggu seseorang. Benar saja saat seorang lelaki tampan menghampirinya ia langsung menyambut dengan ceria.
"Hai Fano." seru gadis itu dengan semangat.
Fano tersenyum tipis, "Hai Ren." balasnya kepada Rena.
Ya, gadis itu adalah Rena.
Rena sengaja menghubungi Fano untuk membicarakan soal penerbitan buku cokelat jingga.
Fano langsung memgambil duduk disamping Rena. "Ada apa Ren tumben lo ngajak ketemuan?" tanya Fano.
Rena sengaja memasang wajah sungkannya yang menandakan ia takut untuk mengatakan sesuatu. "Emm, gue gak enak ngomongnya Fan." ujar Rena.
Fano tertawa kecil, "Sejak kapan cewek kayak lo gak enakan buat ngomong? Biasanya juga ceplas-ceplos Ren." sahut Fano sambil menggelengkan kepalanya.
Fano membuka botol minuman yang tadi sempat ia beli di mini market. Ia juga memberikan satu kepada Rena. Fano meneguk minuman itu.
"Makasih Fan." ucap Rena saat Fano memberikan sebotol minuman.
Fano mengangguk.
Rena menoleh ke arah Fano yang sedang meneguk minumannya. Pria itu terlihat sangat tampan dan santai. Sudah bertahun-tahun Rena menantinya, bertahun-tahun juga Rena menyembunyikan perasaannya.
Dan kali ini mereka bertemu lagi. Mungkin Tuhan sedang memberikan Rena kesempatan untuk mendapatkan balasan atas perasaannya selama ini. Ya! mungkin ini adalah kesempatan untuk Rena. Dan ia harus bisa merebut hati Fano. Harus!
"Ini tentang Finda Fan." celetuk Rena membuat Fano nyaris hampir tersedak.
"Gue gak salah denger? emang Finda kenapa? dia udah datang ke lo dan udah tanda tangan kan? Reaksi dia gimana? soalnya itukan kado yang pernah gue janjikan ke dia Ren." balas Fano dengan panjang lebarnya. Bahkan Rena hampir tidak percaya mendengar segelintir pertanyaan dari cowok itu, karena Fano yang dulu ia kenal adalah Fano yang cuek dan tidak banyak bicara.
Namun kali ini berbeda. Fano membuatnya hampir tidak habis pikir. Sebegitu cintakah Fano pada Finda? dan akan sangat terlihat jahat kah rencananya untuk memisahkan keduanya.
"Ren," ucap Fano membuat Rena yang sedang melamun itu tersentak.
"Iya Fan, kenapa?" tanya Rena dengan wajah cengo-nya.
"Lo lagi suka sama cowok? Jarang-jarang ni gue liat lo galau gitu." ujar Fano sambil terkekeh.
Rena mendengus, "Sok tau!"
"Yaudah jadi gimana Finda?" tanya Fano.
Rena menghela nafas berat, "Dia bilang gak sudi buat tanda tangan suratnya." ujar Rena.
Fano terkejut. Mimik wajahnya tidak bisa di jabarkan. Namun cowok itu terap diam dan menunggu penjelasan dari Rena.
"Dia juga nyuruh gue ngembalikan cerita cokelat jingga. Dan juga... em.. dia ngerobek surat kontraknya." Rena mengeluarkan robekan kertas yang ia simpan di tasnya.
Fano hampir tidak percaya saat Rena mengeluarkan robekan kertas yang memang itu adalah surat kontrak yang tadi pagi ia berikan pada Finda. Hatinya mulai merasakan perih, kecewa bahkan marah. Fano tidak habis pikir dengan perlakuan Finda. Apakah tidak ada cara yang lebih sopan untuk menolak tanda tangan selain merobeknya?
"Fano sorry kalo gue gak bisa bantu lo. Dan ini juga bukan salah Finda kok, gue tau dia hilang ingatan. Jadi gimana dengan penerbitan ceri..."
"Gak usah di terbitin! Lo buang kalo gak lo bakar aja sekalian." potong Fano cepat.
"Fan lo marah sama gue?"
"Gue gak marah sama lo Ren, gue malah gak enak karena perlakuan Finda yang gak sopan ke lo. Gue gak habis pikir dia benar-benar sangat berubah!" tukas Fano.
Rena menatap sorot mata Fano. Tatapan cowok itu terlihat sedih, ia bisa merasakan bahwa pria itu sangat kecewa.
"Maaf Fan!" desis Rena dalam hati.
"Fan coba lo deketin Finda dan yakinin dia kalo lo itu pacarnya." ujar Rena basa-basi.
Fano tertawa getir, "Buat apa? biar terkesan gue ngemis-ngemis cinta dia? Gue udah berusaha buat bantu dia, tapi dianya selalu ngejauh." ujar Fano.
"Dan sekarang dia sengaja merobek hadiah yang udah gue kasih di depan mata lo, sahabat gue sendiri!! Kayaknya dia emang sengaja bikin gue untuk ngejauh. Jadi, sekarang gue gak perlu lagi mempertahakan dia." sambungnya.
"Te...terus lo mau putusin dia?" tanya Rena dengan nada dibuat gugup. Sedangkan hatinya sudah bersorak senang.
"Gue gak tau. Gue gak punya waktu buat mikirin soal itu, apalagi nanti gue harus berangkat ke London buat jemput orang tua gue." ujar Fano.
"Nanti kapan?"
"Nanti subuh gue berangkat."
"Berapa hari Fan? ah gak asik lo, gue juga baru ketemu lo lagi. Masa lo gak ada niatan buat ajak gue sahabat kecil lo ini jalan-jalan!" gerutu Rena.
Fano terkekeh sambil mengacak rambut Rena, "Pulang dari London gue ajak lo jalan-jalan deh!"
"Bener?"
"Hm."
"Gitu dong! O.. iya kalo ada yang mau lo curhatin ke gue, curhat aja Fan. Dan gue janji ke lo gue bakal bantu lo buat lupain Finda!" tukas Rena dengan semangatnya.
Fano hanya tersenyum untuk menghargai niat baik Rena. Walau sebenarnya dalam hati ia tidak punya keinginan untuk melupakan Finda. Fano memang marah bahkan kecewa pada gadis itu, namun perasaannya untuk gadis itu tetap ada di dalam hatinya.
Ya mungkin dia hanya perlu bersikap seperti dulu lagi, cuek dan dingin. Karena untuk apa lagi berjuang kalo Finda tidak mengharapkan perjuangnnya. Fano bukanlah tipe cowok yang bucin.
"Kalo jodoh ya kembali. Kalo enggak, yaudah!"
****
*Tunggu kelanjutkan Finda kembali ngejar Fano ya!
Semoga tetap suka dan gak bosan.
Maaf kalo up nya lama, aku lagi persiapa uts gaiss:( Tapi sekarang aku usahain update cepat.Jadi jangan lupa buat komen biar aku semangat ngelanjutinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO (MASIH REVISI)
Novela Juvenil"Fano!! segala sesuatu itu memang harus dicoba dulu. " ujar Finda dengan wajah sok seriusnya. "Terus? " "Terus ya kita harus nyoba pacaran dulu biar Fano percaya kalo aku ini tulus. " jawab Finda dengan tak berdosanya. Fano langsung bergidik ngeri...