Finda tidak bisa melupakan kejadian beberapa jam yang lalu. Mungkin terdengar sangat lucu dan tidak jelas. Tapi, benar saja senyum dan ucapan Fano membuatnya terbayang-bayang.
Kini ia duduk di kamarnya dengan menggunakan piyama doraemon kesukaannya. Baru saja ia selesai merapikan 38 kaset doraemon yang Fano berikan untuk dikumpulkan dengan kaset yang sudah ia punya.
Dan sekarang rasanya ia ingin tidur untuk menanti kedatangnya pagi, supaya bisa cepat-cepat melihat wajah Fano di sekolah. Tapi niat tidurnya ia urungkan saat melihat sebuah buku yang tergeletak di meja belajarnya.
Finda menghampiri meja belajarnya, melihat buku yang penuh dengan coretan tangannya. Ia tersenyum lalu mengambil bulpen di samping buku itu.
Buku itu adalah cerita kisah dirinya yang ia beri judul jingga, gambaran yang cocok untuk perasaan dirinya ke Fano. Setiap kejadian yang menyangkut adanya Fano ia akan menuliskan dibuku itu menjadi cerita. Tentu saja tidak lupa dengan kejadian hari ini. Ia sangat bersemangat menulis sampai harus tertidur di meja belajarnya.
***
Keesokan harinya...
Hari ini Finda terlihat lebih ceria dengan senyum yang selalu terbentuk di sudut bibirnya. Bahkan ia hampir tersenyum kepada setiap orang yang melihatnya.
Ia menelusuri lorong sekolah menuju kelas seseorang. Ya siapa lagi kalo bukan Fano. Entahlah ia ingin bertemu pria itu mungkin sekedar untuk mengucapkan selamat pagi atau terimakasih atas pemberiannya.
Finda memasuki kelas Fano.
Senyumnya bertambah merekah saat melihat Fano ada di bangkunya dengan kedua temannya. Ia menghampiri Fano tanpa malu meski ditatap tidak menyenangkan oleh penghuni kelas itu.
"Ohayo Fano-San." sapa Finda saat berada di hadapan Fano.
Fano hanya diam.
"Lo pikir kita lagi di jepang? Sok-sok an bahasa jepang lo, bisa itu doang. " komentar Doni.
"Ih apasih Doni ikutan mulu. "
"Kenapa gak terima hah? Udah lama nih gue gak debat sama lo."
"Fano si Doni merusak suasana mulu tuh! " kesal Finda, tapi Fano hanya diam fokus pada ponselnya.
"Lo pikir Fano peduli? Cih halu mulu lo. "
"Ini anak emang suka iri Fin. Ayo Don ikut gue kita cari cewek di kelas sebelah. " sahut Feri sambil menarik Doni secara paksa. Karena Feri ingin memberi kesempatan keduanya untuk berbincang.
"Rasain tuh. " teriak Finda sambil terkekeh saat melihat Doni ditarik oleh Feri.
"Fano Ohayo. " ucap Finda untuk kedua kalinya.
"Ngapain lo kesini? " jawab Fano datar.
"Pengen liat Fano doang. "
"Ke kelas sana udah mau masuk. "
"Ucapin selamat pagi dulu buat aku. Itu barusan aku ngikutin di film doraemon loh. Ohayo Nobita-san tapi aku ganti jadi Fano-san bagus gak? " celoteh Finda dengan cerianya.
Fano hanya diam ia tidak tau lagi apa isi otak gadis ini. Gadis ini semacam spesies aneh dan unik tapi, ia lebih suka menjulukinya unik dan langkah.
"Hm. Udah sana. " usir Fano dingin dan kembali fokus pada ponselnya.
"Kulkas kalo dikasih nyawa jadinya kayak Fano gini, dingin!! " gerutunya kesal. "Ucapan selamat pagi buat aku mana!!"
"Gak. "
"Fano ucapin dulu. " rengek Finda memaksa.
"Gak."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFANO (MASIH REVISI)
Ficção Adolescente"Fano!! segala sesuatu itu memang harus dicoba dulu. " ujar Finda dengan wajah sok seriusnya. "Terus? " "Terus ya kita harus nyoba pacaran dulu biar Fano percaya kalo aku ini tulus. " jawab Finda dengan tak berdosanya. Fano langsung bergidik ngeri...