18. FANO CEMBURU?

2.2K 173 150
                                    

Semenjak insiden kejadian dua hari yang lalu Fano dan Finda tidak lagi bersosialisi. Bahkan ketika gadis itu berpapasan dengan Fano ia langsung mengalihkan pandangan dan buru-buru menghindarinya.

"Gue kangen Fano, astaga!! " teriak Finda di kelas yang sudah sepi dan hanya tersisakan dirinya dan sahabatnya.

"Apaan si alay lo!"

"Meli, dua hari diem-dieman sama Fano itu gak enak! "

"Yaudahlah mau gimana lagi? Lo tu seharusnya banyak sadar diri deh Fin. Itu cowok udah nyakitin hati lo, udah nolak lo berkali-kali juga."

"Tapi Meli... kata kak Delwin kalo kita tulus suka sama orang kita tu gak boleh mengutamakan balasan tapi utamakan perasaan. "

"Karena lo terlalu ngutamain perasaan makanya lo jadi tolol! " ucap Meli kesal.

"Dihh belum tau rasanya cinta sih!" gerutu Finda.

"Dih bodoamat! Gue mau pulang dulu, lo nebeng gak? "

"Emang Meli udah di jemput? Kan masih hujan tu di luar. "

"Guekan naik mobil ya masa masih kena hujan. " gemas Meli.

"Meli duluan aja deh. "

"Yaudah gue duluan , bye byee bucin.." ucap Meli sambil meninggalkan Finda yang tersenyum manis kearahnya.

Kelas sudah sepi, hanya ada Finda. Beberapa lama setela kepergian Meli, ia lantas berdiri dari bangkunya dan keluar dari kelas.

Suara rintikan hujan terdengar sedikit nyaring. Sudah satu jam hujan tidak kunjung reda, tampaknya langit sedang bersedih panjang seperti hati gadis ini yang kisah cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.

Ia menelusuri koridor sekolah sendirian.

"Finda... " merasa namanya dipanggil gadis ini menoleh ke sumber suara.

"Si-sil. " ucapnya terbata. Tentu saja Finda masih takut pada gadis itu semenjak kejadian dua hari yang lalu, kejadian yang sudah menyebabkan dirinya dan Fano selesai.

"Kenapa? Lo takut sama gue? Segitu amat muka lo tau gak. " ucap Sisil sambil tertawa kecil saat sudah berada dihadapan Finda. dan yang ditanya hanya tersenyum masam.

"Maafin gue ya Fin. Semenjak kejadian dua hari yang lalu, malam harinya Fano langsung ngelabrak gue di rumah. Dia ngelapori gue ke nyokap sama bokap gue dan ngancam gue untuk dilapori ke bk. " ucap Sisil dan sejenak bernafas, lalu melanjutkannya lagi.

"Gue disuruh minta maaf ke elo, tapi lo jangan salah paham karena permintaan maaf gue ini tulus. Semenjak Fano ngadu ke orang tua gue, mereka seperti terpukul. Nyokap gue nangis-nangis dan gue tersentuh, gue sadar gue salah. Maafin gue ya. "

"Jadi Fano ngelabrak lo? "

"Iya, kayaknya dia sayang banget deh sama lo. Kalian pacaran? "

"Engg-gak kok" jawab Finda terbata.

"Yaelah jujur aja Fin gue gak bakal marah kok. Btw lo udah maafin gue? "

"Emm, iya gue maafin. "

"Makasih ya Fin. Gue duluan ya, lo gak mau pulang? Atau mau nebeng gue? "

"Hehe, gak usah makasih."

***

Sekarang Finda sudah berada di teras depan sekolah. Pikirannya masih melayang pada ucapan Sisil. Ternyata Fano melabrak Sisil. Segitu pedulinya kah cowok itu?  Ah sudahlah jangan dipikir cowok itu hanya membuatnya dilema dan pusing.

"Ekhem. " seseorang berdehem di sampingnya membuatnya terperanjat.

"Fano. " ucap Finda.

Tidak ada jawaban dari cowok itu. Tapi Finda bukan tipikal orang yang suka diam.

ALFANO (MASIH REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang