Tiffany berjalan memasuki sebuah gedung apartemen yang sudah tak asing di matanya. Sebuah gedung yang telah ia tinggali cukup lama, di mana semua kenangan baik buruknya beradu di dalam, membuat Tiffany hampir mengurungkan niatnya untuk kembali memasuki wilayah apartemen ini, mengingat banyak orang yang tak menyukainya tinggal di sini. Sembari mengeratkan masker di wajahnya, Tiffany terus melangkah menuju lift yang akan membawanya menuju kamar apartemennya. Ia tak tau akan bagaimana kamar apartemennya itu setelah kejadian berdarah kemarin, entah ia akan melihat banyak bercak darah atau malah ia masih mendapati tubuh Luhan di sana.
Mungkin egois, tapi Tiffany lebih suka opsi kedua.
Lift terbuka, diikuti dengan Tiffany yang dengan santai berjalan menuju kamar yang ia tuju. Meski ragu, Tiffany memilih untuk memasukkan password apartemennya dan melangkah masuk ke dalam. Didapatinya bau amis menusuk hidung, karena bekas darah Luhan dan pecahan vas bunga yang masih ada di lantai apartemennya. Dahi Tiffany mengeryit.
Luhan tidak ada.
Itu artinya ada yang membantunya.
Tiffany mengepalkan tangannya, itu artinya Luhan bisa saja membongkar semuanya, apalagi jika yang membantunya adalah Baekhyun atau Jessica. "Aku harus bagaimana?"
Tiffany menghela napas, memilih untuk lebih dulu menghapus bercak darah Luhan agar 'penghuni' di kamarnya tidak semakin membanyak. Setelah itu, ia mungkin akan memikirkan tempat di mana Luhan dirawat dan akan menghampiri pria itu untuk menutup mulutnya. Sungguh, ia tak mau berakhir saat ini juga.
"Fany-ah."
Tiffany membalikkan tubuhnya saat ia sedang memfokuskan diri membersihkan bercak darah Luhan. Ia mendapati Taeyeon tengah menatapnya dengan sebuah tatapan datar yang baru kali ini Tiffany lihat. Namun ia dapat memakluminya, mungkin saja itu tatapan kecewa yang memang pantas ia dapatkan. Karena memang ia bersalah.
"Kenapa kembali?" tanya Taeyeon dingin, tapi Tiffany hanya mengabaikannya dan kembali fokus pada kegiatan semulanya.
"Tidakkah kau berpikir untuk menyerahkan diri?"
"Tidak," jawab Tiffany dingin.
"Kalau begitu kenapa tidak kau pergi saja ke neraka terdalam?"
Tiffany berdecih mendengar ucapan Taeyeon. "Akan aku usahakan."
"Kau benar-benar berwajah tebal, Tiffany Hwang." Taeyeon berdesis tak suka.
"Aku banyak mempelajarinya darimu Taeyeon-ah." Tiffany mendekati Taeyeon hingga berdiri di hadapannya. "Kau selalu mencuri apapun yang aku inginkan sejak dulu. Cinta, teman, peringkat, popularitas, kau ambil semuanya tanpa belas kasihan."
Taeyeon balas menatap Tiffany dengan tatapan dinginnya. "Aku hidup bukan untuk memberi belas kasihan pada seseorang, aku hidup untuk diriku sendiri. Jika kau hanya mengharapkan belas kasihan seseorang, kau hanya akan terus berada di bawah."
Tiffany mendelik. "Tau apa kau tentang hidupku."
"Aku tau semuanya. Kau Tiffany Hwang yang memiliki banyak topeng, kau memanfaatkan semua orang untuk dirimu sendiri. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya, apa kebaikan yang pernah kau buat?"
Tiffany mengambil sebuah patung kecil yang ia simpan di atas meja dan melemparnya ke arah Taeyeon, namun gadis itu lebih dulu menghilang bagai asap. Membuat Tiffany harus mengerang kesal. Semua perasaan kesal dan marahnya bercampur aduk menjadi satu, membuatnya berharap dapat membunuh Taeyeon untuk kedua kalinya, meski ia tau itu sangatlah mustahil.
"Kau seharusnya menyesal, sebelum semuanya terlambat." Taeyeon kembali muncul di belakang Tiffany dan berbisik.
Tiffany memekik dan berbalik. "Apa-apaan kau? Sudah mulai berani menakutiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Ghost! ✔
Fanfiction[COMPLETE] Karena pertengkarannya dengan sang ayah, membuat Baekhyun harus pergi dari rumah dan pindah ke sebuah kamar apartemen yang 'katanya' angker. Namun Baekhyun yang tak percaya akan hal supranatural memilih menetap tanpa tahu bahwa di sana te...