Part 007 - BM

2.2K 320 8
                                    

Happy reading & sorry for typo!

Jangan lupa vote sebelum baca & komen setelah baca ya.

__ __

Tidak ada yang salah dari cinta.

Jika tidak bisa memiliki, itu bukan salah cinta. Jika tidak bisa bersama, itu bukan salah cinta. Jika tidak bisa saling bahagia, itu bukan salah cinta.

Yang salah adalah diri sendiri. Yang salah adalah keadaan itu. Yang salah adalah waktu. Dan yang salah adalah harapan yang terlalu tinggi melambung.

Jika harus menyalahkan diri, salahkan hati. Jika harus menyalahkan keadaan, salahkan harapanmu yang terlalu tinggi.

Dunia tidak akan sesempit dipikiranmu jika kau bisa memandang dengan berbagai perspektif. Akan ada suatu hal yang bisa meneranginya dan kau bisa mendapatkan yang lebih luar biasa dari ekspetasi yang kamu bayangkan.

Kim Myungsoo sangat mengerti perkataan Woohyun saat itu. Cinta tidak harus saling memiliki.

Benar, cinta tidak bisa dipaksa atas kehendak diri sendiri tapi sudah menjadi garis takdir. Choi Yuna pergi dari kehidupannya adalah suatu hal yang mungkin baik untuk hidupnya, tapi entah bagaimanapun Myungsoo memandang akan selalu ada banyak hal yang membuatnya tidak bisa menerima.

Rasa sakit, kecewa, penyesalan dan perasaan lainnya membuatnya merasa apa yang dilakukan Yuna tidak begitu adil untuk dirinya.

Apa yang bisa ia lakukan jika sudah cinta dengan wanita itu?

"Myung.."

Lamunan Myungsoo buyar seketika kala seseorang memanggilnya. Kepalanya tertoleh kesamping dan mendapatkan Sungyeol yang sedang membawa dua gelas kertas kopi, menyodorkan satu untuknya.

Myungsoo mengambilnya dan menyimpannya diatas meja. Sungyeol mengambil kursi yang ada dibelakang Myungsoo dan mendudukinya. Mereka menghadap kearah jendela kaca restoran milik Woohyun yang berada dilantai dua.

"Woohyun mengatakan hal itu sebagai sahabat yang peduli denganmu, kau tahu, bukan?"tanya Sungyeol setelah beberapa menit membiarkan keheningan diantara mereka.

Myungsoo melirik pria itu sejenak lalu kembali menatap jendela, tepat pada kesibukan penghuni kota diluar jalan. "kau juga ingin mengatakan hal yang sama sebagai sahabat?"

Sungyeol tersenyum, "bahkan sebagai sekretarismu, pikiranku akan sama dengan Woohyun. Tidak ada yang berbeda"

Myungsoo mendengkus kecil dan menatap gelas kertas diatas meja itu.

"hajiman.."jeda Sungyeol dengan kepala yang menoleh kearah Myungsoo dan pria itu juga menatapnya, "jika kau ingin terus mengejarnya dan menemukannya. Setelah itu apa yang akan kau lakukan?"

Myungsoo tampak berpikir, lalu menurunkan pandangannya kearah gelas kertas dihadapannya. "menanyakan alasan.. Mengapa dia meninggalkanku.. Alasan.. Mengapa dia tidak adil dengan perasaanku.. Alasan... Mengapa dia--"

"memilih Wonho daripada dirimu?"potong Sungyeol cepat membuat Myungsoo seketika bungkam setelah mendengar nama itu kembali disebut. Sungyeol mengulum bibirnya tipis melihat hal itu. "kita sudah kehilangan dua sahabat sekaligus. Apa kau sadar jika Woohyun kehilangan beberapa hal yang berharga karena keegoisanmu?"

Kepala Myungsoo terangkat kali ini memandang Sungyeol dengan kening berkerut samar.

"orang yang kau cari itu adalah sahabat sekaligus partner kerja direstoran lama Woohyun"

"Li San? Sejak kapan?"tanya Myungsoo dengan nada suara yang tidak yakin.

"Sebelum kita semua bersahabat dengan Woohyun, mereka sudah bersama. Meskipun Woohyun tahu Li San adalah buronan yang memiliki agenda hitam mafia, tapi mereka tetap berteman."jawab Sungyeol sekenanya seraya menyandarkan punggung lelahnya disandaran kursi.

Believe Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang