5. Keputusan Hanna

297 87 34
                                        

“Hanna, gue mau ngomong.”

Hanna terkejut saat tangan seseorang yang lebih besar darinya menariknya. Guanlin? Sambil mendecak kesal dia menepiskan tangan laki-laki itu kasar.

“Apa lagi, sih? Udah jelas kan, kita udah putus. Dan lo yang mutusin gue.”

Hanna menatap Guanlin tajam kemudian hendak beranjak. Namun, Guanlin kembali menahannya.

“Bukan itu maksudnya.”

“Ah, mau buat pengumuman? Woi, semuanya! gue sama Guanlin udah putus!  Jadi semuanya udah tau, ya. Bye.”

Hanna melambaikan tangan pada Guanlin. Sungguh dia enggan menemui laki-laki menyebalkan ini. Kenapa pula pagi berharganya harus dinodai dengan seorang Guanlin menyebalkan.

“Ooo, sombong banget sekarang lo ya, Na?” Guanlin mendekatkan wajahnya ke arah Hanna dengan wajah angkuh. “Karena  udah dapet gebetan yang lebih kaya dari gue?”

Hanna membulatkan matanya. Hampir saja dia memukul wajah laki-laki menyebalkan ini.

“LAI GUANLIN!!!!”

“Apa dia tahu soal  penyakit lo?” tanya Guanlin berbisik di telinga Hanna. Senyum sinis terukir jelas di wajah angkuhnya. “Gue yakin,  kalau orang itu tahu pasti bakalan ninggalin lo,” bisik Guanlin tepat di telinga Hanna.

Tubuh Hanna bergetar hebat. Ternyata orang ini benar-benar monster. Menyesal sudah menangisi monster seperti ini semalaman? Sungguh sangat sayang air matanya.

“Gue ga akan maafin lo, kalau sampai lo___”

“Lo takut?” tambah Guanlin lagi.

“Lo beneran monster ya.”

Hanna menatap Guanlin tajam. Apa dia selama ini menjalin hubungan dengan seorang yang salah. Mungkin saja matanya buta.

“Terserah, gimana kalau kita buat kesepakatan?” Hanna menaikkan alisnya bingung. Ditatapnya lamat-lamat wajah Guanlin. “Masalah alasan kita putus jangan bawa-bawa Sakura. Dan  soal kak Mark mungkin lo bisa nyelesain sendiri. Lo  bisa kan buat seolah memang lo yang selingkuh?”

Tubuh Hanna bergetar, matanya mulai merah menahan tangis. Tidak. Dia tidak akan menangis di depan monster ini. Hingga Kemudian dia tersenyum sinis.

“Selama ini, kenapa lo mau pacaran sama gue? Apa karna lo ga tau?” tanya Hanna dengan nada pelan.

Guanlin memasukkan tangan ke saku. Kemudian menghembuskan napas berat sambil membuang tatapan ke arah lain.

“Itu karena papa, dan juga keluarga lo. Ya,  gue emang ga tahu kalau selama ini  lo itu .... ya begitulah. Siapapun bakalan bersikap kayak gue kalo ada di posisi gue, Na.”

Hanna tersentak kaget, sesaat tubuhnya terpaku menatap Guanlin yang tersenyum penuh penyesalan, tapi itu tidak tulus sama sekali. Lidahnya juga terasa kelu untuk kembali menyambut kata-kata monster yang pernah dicintainya ini. Karena walau bagaimanapun Itu bukan sepenuhnya kesalahan Guanlin, tapi juga salahnya.

Oke,  gue pastiin semuanya sesuai kemauan lo. Semoga lo bahagia, Lin. ”

Dengan sisa tenaganya Hanna meninggalkan Guanlin. Perasaannya benar-benar campur aduk. Ingin dia segera menumpahkan tumpukkan air matanya saat ini. Akan tetapi, ini terlalu ramai.

##

Hanna memasuki ruangan yang luas dan rapi. Seseorang bertubuh tinggi dan tampan itu lagi-lagi meyambutnya dengan kedua dimple kesukannya. Setelah pulang sekolah Hanna menghubungi Jaehyun  meminta bertemu segera. Yuta yang menjemputnya. Itu  karena katanya Jaehyun  sangat sibuk.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang