18. Teman baru

157 53 55
                                    


Hanna dan Jeno menatap gugup pada pria jangkung di ruang tamu. Pria dengan pakaian kemeja yang sedikit kusut itu menatap keduanya tajam. Jung Jaehyun. Perlahan Jaehyun mendekati mereka dengan langkah buru-buru. Wajahnya menahan marah.

"Dari mana saja kalian?" bentak Jaehyun menatap tajam kedua remaja di depannya secara bergantian. "Jeno!!" Jaehyun menatap Jeno tajam.

"Om, kami cuma pergi bentar tadi." Hanna memberanikan diri menjawab Jaehyun. Dia tidak tega melihat Jeno disalahkan sendiri. Tohnya mereka pergi bersama.

"Kenapa kalian baru pulang?"

Hanna mengeratkan pegangannya pada ujung bajunya. Sesekali dia menggigit-gigit kecil bibirnya.

Jeno melirik ke Hanna. Gadis di sampingnya tampak gugup. Padahal dia sangat bahagia tadi.

"Maaf om, aku yang ajak Hanna jalan-jalan tadi," ucap Jeno menengahi.

"Kamu, pulang besok!!" pungkas Jaehyun cepat.

Hanna dan Jeno menatap Jaehyun  terkejut. Pria itu tampam tidak peduli.

"Om, aku ga mau!" tolak Jeno cepat.

"Om, jangan gitu, dong. Aku yang paksa Jeno  nonton."

Hanna mendekati Jaehyun mencoba menjelaskan. Dia semakin tidak nyaman karena Jeno terlihat disalahkan.

"Dengar Hanna!!  Kamu itu harus belajar disiplin. Pulang sekolah harus ke rumah. Bukanya main-main ke luar," tegas Jaehyun.

"Maafin aku, Om."

Tubuh Hanna bergetar. Lengannya menutupi matanya sambil terisak. Sekarang dia semakin merasa bersalah. Karena dia yang terlalu bersemangat tadi mereka sampai terlambat pulang. Ini semua memang salahnya.

Jeno panik melihat Hanna yang sudah menangis.
Jaehyun juga tak kalah panik. Tidak. Dia tidak boleh melakukan kesalahan kedua kali. Lagi-lagi Hanna menangis karenanya.

"Om,  kenapa Hanna yang dimarahi? Aku yang paksa dia tadi!" Jeno akhirnya meninggikan suaranya.

"Saya bukan marah," ucap Jaehyun pelan. Segera dia menundukkan sedikit tubuhnya dan mensejajarkan dengan Hanna yang masih menutup wajahnya dengan lenganya.  "Hanna, saya minta maaf, ya."

"Om, kok jahat sekarang. Padahal aku udah lama ga nonton. Selama putus sama Guanlin aku ga pernah nonton. Padahal dulu 2 hari sekali kami nonton. Memang om pernah ngajak aku nonton? Ga pernah kan? Om, malah sering pulang malem!!"

"Hanna, saya minta maaf. Maafkan saya, hmmm," ucap Jaehyun masih melunakkan nada suaranya.

Jaehyun memegang pundak Hanna pelan. Sungguh  dia  jadi serba salah. Seharusnya dia tidak memarahi Hanna tadi. Hanya Jeno.

"Udah Hanna, udah ya. Kamu mau es krim? Aku ada simpan es krim satu lagi rasa strobery. Aku ambil ya." Jeno juga ikut membujuk Hanna.

"Ga  mau! Aku mau tidur! Ya udah, aku ga akan nonton lagi mulai sekarang, kalo emang itu perintah Om," ucap Hanna masih dengan sisa tangisnya. Segera dia beranjak.

"Hanna, jangan begitu. Saya minta maaf." Jaehyun semakin panik, dan menarik Hanna agar tidak pergi. Jangan sampai Hanna membencinya lagi.  "Jeno kamu naik sekarang!!" perintah Jaehyun sambil melotot lebar. Namun Jeno masih belum beranjak. Laki-laki itu tampak ragu. "Cepat!!" desak Jaehyun lagi.

"Hanna aku duluan, ya." Jeno akhirnya  beranjak dengan langkah  ragu.

.
.

"Kamu marah ya sama, saya?"

Jaehyun menarik Hanna yang masih  menangis untuk duduk di atas sofa. Perlahan dilepaskan lengan Hanna dari wajahnya. Wajahnya sudah memerah. Hanna kembali memalingkan wajahnya tidak acuh. Enggan melihat Jaehyun yang sudah jongkok di depannya.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang