"Iyalah..., lupain Guanlin itu susah om, aku tu udah pacaran selama 2 tahun loh. Jadi masih butuh banyak waktu untuk bisa lupain dia."Hanna menundukkan kepalanya. Gadis itu berharap Jaehyun tidak melihat wajahnya yang entah seperti apa saat ini.
"Hmmm, ya sudah. Saya juga tidak akan melarang kamu. Itu kan hak kamu." Jaehyun mengacak-acak rambut Hanna pelan kemudian beranjak dari duduknya.
Hanna memegang dadanya sendiri. Jantungnya terasa sakit saat mengucapkan kata-kata itu tadi. Kenapa dia seperti seorang pengecut? Apa salahnya tadi dia menyangkal. Ternyata jujur itu butuh kekuatan.
Jika hati nuraninya ditanya, mungkin dia akan mengatakan tidak. Jangan tanya alasanya. Karena dia juga tidak tahu. Bahkan dia sudah melupakan semua kenangan dengan Guanlin. Jaehyun adalah dunia barunya. Semua yang dijalaninya dan ada dalam ingatannya hanya Jaehyun. Namun, itu bukan berarti dia menyukai orang itu.
Karena ....
Karena, memang dia tidak pantas, dan tidak mungkin melakukannya. Jaehyun orang baik yang membantunya, dan mengorbankan dirinya kesulitan demi orang lain yang selama ini kesulitan karena Hanna.
Tapi, bagimana jika ternyata perasaan itu tumbuh? Perlahan. Bukankah dulu saat dia menyukain Guanlin itu datang dengan sendirinya? Tanpa ada persetujuan dari dirinya sendiri. Tentu rasa itu tumbuh karena dia selalu bersama dan mendapatkan perhatian dari Guanlin.
Mata Hanna tiba-tiba memanas. Bagaimana jika ternyata Jaehyun akan mengalami hal sama seperti Guanlin? Memaksakan Jaehyun mencintainya agar dia bahagia. Merengggut kebahagiaan orang lain lagi?
Tidak. Itu bukan keahlian Hanna. Dia tidak ingin ada Guanlin kedua yang menjadi korbannya. Hanna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya saat desakkan-desakkan dari kelopak matanya akan jatuh.
##
Jaehyun menatap Hanna lembut. Sirat wajahnya menunjukkan betapa bahagiannya dia saat menatap gadis kecil yang sedang membaca buku dengan nyaman di sofa. Lagi-lagi kedua dimple-nya menghiasi wajah tampannya.
Jantungnya memang tidak dapat dikontrol saat menatap Hanna bahkan berdekatan dengannya sekalipun. Dia bahkan tidak bisa menahan senyumnya dan tawanya saat melihat dan bertemu Hanna. Seakan ada dunia baru yang dia tapaki saat bersama Hanna.
Dunia yang bahkan siapapun tidak akan pernah bisa membayangkan. Bahkan mungkin saja mereka akan tertawa dan mengejeknya. Jaehyun tidak peduli, karena asalkan bersama Hanna hidupnya terasa sempurna. Tidak ada yang bisa menahannya. Siapapun itu.
Seperti halnya saat ini. Bahkan melihat Hanna menguap pun dia bisa tertawa. Jaehyun memang sudah gila. Dan siapapun yang melihatnya akan berpikiran sama.
"Uhuk ... uhuk ...
Jaehyun bangkit dari duduk menuju Hanna yang terbatuk-batuk.
"Hanna! Kamu tidak apa-apa? Kamu kenapa?" tanya Jaehyun panik.
"Aku cuma kesedak ludahku sendiri, om. Apaan sih?" ujar Hanna heran.
Jaehyun menggaruk tengkuknya sendiri. Malu. Namun, senyumnya masih merekah.
"Hmmmm, saya pikir kamu kenapa? Kamu tidak bosan? Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tawar Jaehyun sambil menarik buku dari tangan Hanna.
Hanna melotot lebar. Wajahnya berubah cerah.
"Serius, Om? Aku mauuuuu. Ayo."
Hanna menyeru bersemangat dan langsung menata barang-barangnya yang berantakan.
##
Hanna menatap mangkuk es krim yang berukuran besar di depannya. Wajahnya tidak berhenti tersenyum cerah menatap es krimnya. Jaehyun menopangkan tangan di dagunya, dan mengulumkan senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fiksi Penggemar"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!