8. Kak Mark

236 72 42
                                    


"Hanna!!"

Yujin yang baru memasuki kantin langsung menyerbu Hanna. Tadi dia ke toilet sebentar dan menyuruh Hanna pergi ke kantin terlebih dahulu. Dahyun ada yang sedang ditemui di perpustakaan. Makanya Hanna hanya sendiri. Kini dia merasa aneh yang tidak memesan apa pun. Gadis itu sedang merebahkan kepala di atas meja, tampak tidak bersemangat.

"Ngapa, sih? Baru ditinggal bentar udah lemes. Kecapekan ya semalem?"

Yujin tertawa kecil di depan Hanna. Melihat Hanna yang tiba-tiba murung dia merasa aneh. Padahal sahabatnya ini selalu ceria tak terpengaruhi oleh musim.

"Berisik!!" ketus Hanna kesal. Kepalanya yang tadi menghadap Yujin kini dialihkan ke arah lain.

"Emang lo kenapa?" tanya Yujin gencar.

"Bosen," jawab Hanna tidak semangat.

"Bosen? Gimana kalau___"

"Cinderella datang." Dahyun tiba-tiba muncul sambil mengibaskan rambutnya.

"Ga penting. Cepetan pesen, Yun."

"Males ah, baru juga nyampe udah di suruh-suruh. Berani nyuruh Cinderella? Gue panggilin pegawal gue, tau rasa lo berdua."

Yujin menggeleng-gelengkan kepala malas. Hanna tidak bersemangat, dia tidak mau membuatnya semakin kesal. Karena dia paham. Mungkin saja karena masalah rumah tangganya. Sejak Hanna menikah  semangat sahabatnya ini sering memudar.

"Ck, pesen aja repot. Yang biasa kan?" Yujin akhirnya beranjak dari duduknya. Serentak dua sahabatnya mengangguk.

"Eh, lihat tu." Dahyun menunjuk ke arah berlawanan dengan dagunya. Terlihat 3 orang anak laki-laki mengambil duduk tidak jauh dari mereka.

"Apaan lagi? Heleh, gue duluan, ya." Hanna hendak beranjak dari duduknya, namun ditahan oleh Dahyun.

"Kenapa pergi, sih? Biarin aja. Anggep aja makhluk halus, ga kelihatan."

"Hello Ladies!! Eh ada pengantin baru, ni." Guanlin duduk di bangku seberang sambil menatap ke arah Hanna dan teman-temannya.

"Hanna," sapa Dehwi.

"Ehem, Hanna!" sapa Chenle lagi. "Kayaknya rada pucet, deh. Udah isi ya?"

Mereka serentak tertawa menatap ke arah Hanna. Tak urung sebagian siswa yang mendengar pun ikut tertawa.

"Banyak omong lo lumba-lumba." Dahyun menatap Chenle kesal. Wajah amarah tidak bisa disembunyikan.

"Itu siapa, sih? Rempong amat sama hidup Hanna," ketus Chenle lagi. Ditatapnya gadis berambut panjang di samping Hanna yang menatapnya tajam.

"Lo lupa ya sama kejadian 2 minggu lalu?" Dahyun melotot lebar menatap Chenle di seberang. Kalau saja dekat sudah dicakar-cakar wajahnya. Setelah Hanna menikah mereka tidak pernah bisa membuat hari Hanna tenang.

"Ngegas mulu lo nenek lampir." Guanlin menatap Dahyun kesal. Semakin banyak yang membela Hanna semakin gencar pula dia ingin membuat Hanna tersudut.

"Kurang sesajen ga?" jawab Dehwi sambil menahan tawa.

"Mau mulut lo disumpel pake kaus kakinya Wojin? Enak aja ngatain gue nenek lampir," bentak Dahyun dengan mata melebar. Wajahnya mulai merah padam. Seenak mereka mengatainya nenek lampir.

"Habis ngapain juga lo marah-marah ke kita, yang disapa juga Hanna." Chenle mulai meninggikan suaranya. Tentu semua orang menatap ke arah mereka berkat suara Chenle yang nyaring.

"Lo kan yang dihukum kemarin dan hampir dikeluarin dari sekolah karena terus-terusan ngejekin Hanna?" omel Dahyuh masih tidak mau kalah.

"Ck, berisik ni anak!" Chenle beranjak dari duduknya, namun ditahan oleh Guanlin.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang