14. Hanna-Mark

191 61 42
                                        


"Kak Mark!!"

Hanna melambaikan tangan ke arah laki-laki tampan yang berdiri tidak jauh darinya. Laki-laki bersurai hitam itu ikut melambai dan menujunya.

Kalau dilihat-lihat Mark memang benar-benar sangat tampan. Dahyun temannya bahkan sampai tidak bisa menjaga sikap jika sudah di dekat kakaknya ini. Namun, yang membuat Hanna heran adalah, kenapa sampai sekarang Kakaknya masih jomlo.

Kalau ditanya, alasannya ingin fokus kuliah. Namun, sampai sekarang kakaknya belum tamat juga. Makanya Hanna selalu menjulukinya mahasiswa abadi, merangkap jomlo abadi.

Hanna tersenyum manis saat kakaknya sudah mengambil duduk di depannya.

"Ada apa adek kecayangan kakak tiba-tiba pengen ketemu?" Mark meraup pipi Hanna dan mencubitnya gemas. Bibirnya terlihat mengecil dan mengerucut.

"Yakiiiit, Yak!! Ini mamanya kekeyasan Yoh." Hanna mencoba melepaskan tangan Mark dari pipinya. Mark hanya terkekeh senang melihat penderitaan adiknya. Bukan, maksudnya wajah Adiknya yang menggemaskan.

"Kenapa tiba-tiba ngajak kakak ketemuan?" Mark menatap sekeliling dan mendekatkan wajahnya ke arah Hanna. "Kalo gini, kakak bakalan tetap jomblo sampe tamat ni."

"Ga ngerti, laper," jawab Hanna asal. Matanya juga mengedar sekeliling.

"Habis, adik kakak cantik sih," ucap Mark sambil mencubit kecil hidung Hanna. Semakin hari dia memang semakin sering merindukan adik kesayangannya ini.

"Dari dulu kali."

"Skip!! Mau pesen apa, Cantik?"

"Apa aja kak, yang penting gratis," ucap Hanna penuh semangat.

"Siapa yang ngajarin? Suka gratisan sekarang ya."

"Kakaklah!!"

Mark menggeleng-gelengkan kepala malas. Dia memanggil seorang pegawai kafe dan memesan beberapa makanan serta minuman untuk mereka.

"Kamu ga dicari sama suami kamu?" Mark melirik arlojinya. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 tapi adiknya malah keluar rumah.

"Jam segini om Jae belum pulang kali Kak," jawab Hanna mengalihkan tatapannya ke sekeliling. Mencoba memutuskan kontak mata dengan Mark. " Oya, itu bukannya mantan kakak? Dia liatin kesini tu, Kak? Kalo ga salah namanya, kak Go eun, kan. Kakak masih satu klub ga sama dia?" tunjuk Hanna pada gadis bersurai panjang yang berjalan menuju sebuah gedung.

Mark menatap arah yang Hanna tuju dan kembali mengalihkan pandangannya malas.  "Ck, bodo. Kakak udah ga mau pacaran dulu, kok. Mau fokus kuliah," sahutnya enteng.

"Dari kemarin-kemarin ngomongnya gitu. Toh, sampe sekarang ga tamat-tamat juga. Apa kakak mau mati di sini terus jadi penunggu di sini?" cibir Hanna.

"Mulutnya, mau dicabe?" Mark memukul pelan mulut Hanna. Gadis itu hanya menyengir.

"Tapi sayang juga sih kak Go eun kalo sama kakak. Karena harusnya dia bisa dapet yang lebih ganteng dari kakak," cetus Hanna lagi sambil menopangkan dagu dengan tangannya.

"Hanna, kamu itu adek kakak atau dia sih?" Mark menyahut protes. Walau adiknya tapi Hanna benar-benar bisa membuatnya kesal.

"Padahal dulu pas aku lihat kakak nyanyi bareng sama kak Go eun aku seneng banget loh. Cocok," ucap  Hanna sambil memain-mainkan jarinya di atas meja.

"Yang lalu biarlah berlalu, mari kita buka lembaran baru," ucap Mark sambil melipatkan tangan di dadanya. Kepalanya mendongak menatap langit, agar terlihat lebih menawan.

"Helleh, yakin kakak ga suka lagi sama kak Go eun?" cibir Hanna lagi.

"Go eun itu cewek protektif, kakak ga suka. Kakak pengen cari cewek yang kayak kamu."

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang