"Hanna, lo balikan lagi ya sama Guanlin?" Yujin berteriak keras saat memasuki kelas. Semua mata langsung menatapnya dan Hanna.
Hanna menghela napas kesal. Walau sudah sering mendapati suara teriakan Yujin ataupun Dahyun tetap saja dia masih belum terbiasa.
"Seriussssannn???"
Kali ini Dahyun berteriak tidak kalah keras. Bahkan sampai air liurnya ke mana-mana. Sontak membuat orang di sekitarnya meringis jijik.
"Kaget sih kaget neng, tapi ga sampe hujan lokal juga kale," omel Yujin sambil mengusap-usap bagian tubuhnya sendiri.
"Berisik ah. Seriusan, Na?" acuh Dahyun masih dengan raut penasaran.
"Gue juga denger kalo dia sampe sujud sukur ya di depan lo?" imbuh Yujin tidak mau kalah. Kini dia malah ikut mendekatkan tubuhnya ke arah Hanna.
PLETAK!!
"Bukan sujud syukur, bego," omel Dahyun dengan wajah kesal. Selalu saja sahabat pemilik lesung pipi ini berlebihan.
"Ahh, sakit. Makanya gue butuh penjelasan, ogeb. Maklum dapet gosip dari lambe turah. Wajar dong, dilebih-lebihin."
Yujin meringis memegangi kepalanya yang terasa panas. Dahyun memang ringan tangan. Tubuhnya kerap kali menjadi bagian pelmpiasan tangannya yang selalu ingin menyapa.
"Beneran ya, Na?"
"Iya, udah. Pokoknya gue udah balikan sama Guanlin tersayang. Tu, sekarang kapan lo nembak Bapak Jaehwan yang terhormat," ucap Hanna sambil menunjuk ke depan. Serentak ke dua sahatnya menoleh ke depan dan langsung kembali ke bangku masing-masing.
"Ehem, sepertinya cuaca hari ini lumaya panas, ya. Tapi kalian masih semangat kan nangkep ikan lelenya?"
"SEMANGAT PAK!!!!!"
Jawab semua murid serentak. Tak urung Yujin yang sampai mengangkat ke dua tangannya.
##
Jaehyun masih menatap kertas yang sudah hampir meleleh di tangannya. Sejak tadi dia hanya mondar mandir menatap kertas di tangannya yang sudah basah karena keringatnya sendiri.
"Bagimana cara mengatakannya?" gumannya sendiri. Bukankah semalam dia sudah menolaknya mentah-mentah.
Saat itu Yuta masuk ke dalam ruangan. Seperti biasa wajahnya tampak bersemangat.
"Bapak memanggil saya?" tanya Yuta yang masih berdiri sopan di depan Jaehyun.
"Duduk lah!"
Yuta duduk dengan gerakan ragu sambil menatap atasannya dengan tatapan serius. Kini dia bisa melihat raut gusar atasannya lebih jelas.
Jaehyun akhirnya ikut duduk sambil menyilangkan kedua kaki jenjangnya. Ditatapnya Yuta dengan sorot khas angkuhnya. Jarinya sesekali bermain di ujung dagu. Entah sudah berapa menit mereka hanya diam tanpa berbicara satu sama lain.
"Ehem, ada apa bapak memanggil saya?"
Akhirnya Yuta berani membuka suara. Karena sejak tadi seperti atasannya itu hanya menatap kertas di depannya. Dan itu adalah kertas berisikan nomor ponsel anak SMA yang menawarkan menjadi pacarnya beberapa hari lalu.
Yuta akhirnya teringat, waktunya tinggal besok. Bukankah waktunya hanya 3 hari? Tunggu, kenapa dia memikirkan tingkah konyol anak labil itu?
"Kamu masih ingat dengan anak labil itu?"
Yuta tersentak kaget. Apa sekarang Jaehyun bisa membaca pikiran orang lain juga. Kalau itu benar, betapa sempurnanya atasannya ini.
"I-iya, pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fanfic"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!
