52. Broken heart

135 30 65
                                    

Jaehyun menekan Handphone-nya berkali-kali. Namun, sia-sia karena Hanna  tidak juga mengangkatnya. Dia tahu mungkin Hanna memang marah besar. Bodohnya dia sampai lupa  hari ulang tahun Hanna. Dia baru teringat saat melihat alarm-nya sendiri tadi.

Saat jaehyun tahu tadi dia sudah megirimkan video ucapan selamat ulang tahun untuk Hanna. Namun, tetap saja gadis itu masih belum mau membalasnya. Dan itu yang membuat Jaehyun semakin khawatir. Hingga dia memutuskan untuk menelponnya berkali-kali walau gadis itu tidak juga mengangkatnya.

Sambil memilah-milih boneka es krim di rak, Jaehyun masih menempelkan Handphone-nya di telinga. Berharap Hanna akan mengangkatnya.

“Yang ini bagaimana?” tanya Jaehyun pada Yuta yang tampak mulai bosan menemani atasannya itu.

“Bagus, Pak,” jawab Yuta singkat.

Jaehyun menatap Yuta tajam. Detik berikutnya dia langsung membalikkan badan agar bisa menatap Yuta lebih seksama.

“Kamu itu sebenarnya mengerti tidak cara memilih barang? Sejak tadi saya tanya semua yang saya tunjukan pada kamu, kamu bilang bagus. Saya jadi heran.”

Yuta tersentak kaget. Dan membungkuk sopan pada Jaehyun. Apa dia terlalu kentara merasa bosan sejak tadi.

“Maafkan saya, Pak. Memang semua yang di sini bagus barangnya.”

“Kamu tidak pernah punya pacar ya?” tanya Jaehyun masih menatap Yuta tajam. Yuta menaikkan alisnya bingung. “Makanya tidak tahu cara milih boneka yang bagus?” tambah Jaehyun lagi.

Yuta merotasikan bola matanya kesal. Tidak Hanna maupun Jaehyun, pasangan ini memang tidak pernah berhenti menyakiti hatinya. “Pak, semua yang di sini memang bagus. Kalo tidak bagus kenapa dijual."

“CK! Kamu?”

“Terus, jangan ejek saya tidak pernah pacaran kalau bapak sendiri juga tidak bisa milih boneka  yang bagus juga,” tambah Yuta lagi.

“Saya berbeda dari kamu Yuta. Saya sudah___”

“Irene?” Yuta menaikkan alisnya sebelah.

“Ck! kamu sudah berani sama saya?”  Jaehyun membesarkan matanya seolah ingin menerkam Yuta saat itu juga.

Yuta menciut. Membungkuk sopan lagi dia berujar pelan, “maafkan saya, Pak."

“Kamu membuat mood saya buruk,” ketus Jaehyun masih dengan wajah kesal. Namun,  kedua tangannya tidak tinggal diam. Yang kanan memegang handphone dan yang satunya lagi masih sibuk memilih boneka.

“Yang itu bagus, Pak?” tunjuk Yuta pada sebuah boneka  es krim strobery bewarna biru di tangan Jaehyun.

Jaehyun menatap Yuta sambil menaikkan alisnya sebelah. Terlihat ragu dengan pilihan seketarisnya. “Ini?” Jaehyun mengangkat boneka di tangannya. Yuta mengangguk setuju sambil tersenyum lebar. “Strobery bukannya warna merah?” gumam Jaehyun pelan. Namun, akhirnya dia menatap sekeliling untuk mencari pegawai. “Permisi.”

“Bukannya Hanna suka warna biru?” ucap Yuta cepat.

Jaehyun menatap Yuta lagi. Kenapa dia lupa dengan warna kesukaan Hanna. Biru. Astaga, Jaehyun bisa dikutuk menjadi berlian kalau sepertti ini. Mau sampai kapan dia terus melupakan semua hal tentang Hanna?

“Ehem. Terima kasih sudah mengingatkan saya.” Jaehyun mengatur wajahnya agar tidak terlihat kesal.

Tentu dia cemburu karena Yuta lebih bisa mengingat tentang Hanna. Namun, seharusnya masih bisa termaafkan karena, Jaehyun memang sedang banyak pekerjaan akhir-akhir ini.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang