35. Kalut

135 42 58
                                        


Mata jaehyun menatap kosong ke depan. Pikirannya sedang tidak karuan sejak semalam. Ditambah lagi dengan kejadian pagi tadi. Hanna minta mencoba menjauhinya.

“Pak!”

Jaehyun tersentak kaget mendapati Yuta yang sudah berdiri di depannya. Seketika lamunannya buyar. Ditatapanya bawahannya itu dengan raut tidak suka.

“Sejak kapan kamu berani mengagetkan saya? Kenapa tidak mengetuk dulu? Apa kamu sudah lupa tatakrama?” bentak Jaehyun dengan mata melebar.

“Maaf, Pak. Saya sudah mengetuk pintu lebih dari lima kali tadi, tapi bapak tidak menyahut,” jelas Yuta sambil membungkuk sopan.

Jaehyun mendengus kesal. Kenapa dengannya hari ini. Ditatapnya meja yang masih dalam keadaan sama sejak dia menginjakkan kaki di kantor ini. Bahkan satupun tidak ada pekerjaan yang disentuhnya sejak pagi. Ke mana saja pikirannya sejak tadi?

“Bapak sedang ada masalah? Mungkin saya bisa membantu,” tanya Yuta hati-hati.

Jaehyun menatap Yuta lama. Lagi-lagi Yuta membungkuk sopan. Raut takut terlihat jelas pada pria bersurai coklat di depannya.

“Maafkan saya, Pak. Saya permisi.” Yuta memutuskan untuk pergi. Seharusnya dia tahu dengan tatapan atasannya ini, kalau Jaehyun sedang tidak ingin diganggu.

“Kamu tahu tidak, Hanna akhir-akhir ini kenapa?” tanya Jaehyun tiba-tiba.

Yuta membalikkan tubuh dan menatap atasannya itu kembali. Wajahnya benar-benar sangat kusut.

“Apa bapak dan Hanna sedang bertengkar?” tanya Yuta lagi.

Kali ini Jaehyun mengangguk pelan. Biasanya atasannya itu akan membentaknya dan mengatakan kata-kata khasnya saat Yuta bertanya terlalu jauh seperti ini. Namun, kali ini tidak. Yuta bernapas lega. Mungkin keadaan atasannya ini memang benar-benar tidak baik.

“Dia tiba-tiba minta cerai,” sambung Jaehyun pelan.

Nada suara Jaehyun terdengar putus asa. Yuta tampak terkejut. Ternyata Masalah mereka sebesar itu. Apa karena dia membawa Hanna sampai pulang larut malam tempo hari? Namun, yang menjadi pertanyaan besar sekarang, kenapa Jaehyun memedulikan perceraian. Bukankah mereka menikah bukan atas dasar cinta. Untuk apa atasannya ini repot-repot memusingkan itu. Bahkan sampai berwajah kusut.

“Maaf, Pak. Apa bapak memang menyukai Hanna?” tanya Yuta hati-hati.

Sungguh berani Yuta melemparkan pertanyaan keduanya. Jaehyun tersenyum kecut, keringat dingin membasahi tubuh Yuta saat ini. Sungguh lancang kau Yuta. Makian di dalam hatinya berseru lantang.

“Saya juga tidak tahu,” jawab jaehyun  singkat.

Yuta bernapas lega. Syukurnya Jaehyun tidak membentaknya.

“Hanna itu gadis yang menyenangkan. Cocok dengan bapak yang kaku dan sedikit membosankan.”

Yuta tersenyum sendiri. Seolah sedang memberi pencerahaan pada seseorang yang sedang dalam keadaan kalut, wajahnya sangat bangga. Namun, senyumnya memudar saat mendapatkan tatapan tajam dari Jaehyun.

“Maksud kamu saya pemarah? Membosankan? Tidak menyenangkan? Dan tidak ada apa-apanya dibanding Hanna?” bentak Jaehyun ketus.

“Bukan, bukan begitu, Pak. Saya rasa Hanna___”

“Hufffff. Entahlah saya cuma heran sebenarnya ada apa dengannya. Kenapa seolah dia tidak menyukai saya dan ingin menghindari saya,” gerutu Jaehyun sambil merebahkan tubuhnya di sandaran kursi. “Apa mungkin dia menyukai seseorang? Atau dia memang sedang berpacaran dengan Seseorang? Guanlin?”

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang