7. Nemenin om Jae

279 80 64
                                    

.
.

Jaehyun memejamkan matanya rapat. Menghela napas pelan mencoba menetralkan emosinya di dalam.

"Kadang juga, kalau aku ga bisa tidur kayak gini biasanya aku minta temenin mama Sohyun. Minta mama dateng, atau kalo gak aku yang ke rumah mama."

Jaehyun menatap Hanna bingung. Terkadang lontaran Hanna di luar nalar. Dia tidak ingin menyalah artikan ucapan gadis ini terlebih dulu.

"Maksud kamu apa?"

"Aku mau ditemeni tidur," sahut Hanna enteng. Matanya menatap Jaehyun memelas.

"Ka-kamu sebaiknya pergi ke kamar sekarang!!" bentak Jaehyun dengan mata melebar. Jantungnya hampir copot barusan. Apa Hanna tidak pernah takut dengannya?

"Om kok bentak aku, sih? Aku kan cuma minta temeni," ucap Hanna yang juga meninggikan suaranya.

"Bukan begitu." Jaehyun kembali melemahkan suaranya. "Baiklah, kamu boleh di sini, tapi jangan ganggu saya. Mengerti!"

Hanna mengangguk keras. Jaehyun menghela napas pelan. Hatinya tiba-tiba merasa bersalah telah berkata kasar pada gadis di depannya ini.

.
.

Jaehyun merenggangkan tangannya ke langit dan menguap lebar. Diliriknya jam di laptop, ternyata sudah pukul 02.30

Mata coklatnya beralih ke arah Hanna yang terlelap di depannya. Dia tersenyum mengamati gadis kecil yang sedang tertidur pulas dengan bertopangkan lengannya sendiri. Ditatapnya lebih dekat sambil memiringkan wajahnya sedikit.

Tidak membuang waktu dia pun beranjak dari duduknya dan membopong tubuh Hanna menuju kamar. Dengan hati-hati direbahkannya tubuh Hanna di atas tempat tidur. Kemudian dia beranjak setelah memasangkan selimut di tubuh gadis itu.

##

"Om, tadi malem yang bawa aku ke kamar, ya? Aku kok ga dibangunin, sih? Pasti aku berat ya, om? Om gendong aku, ya? Atau aku om suruh jalan tapi aku ga sadar? Padahal aku pikir aku bakalan tidur di ruang kerja om loh sampe pagi."

Pagi yang cerah diawali dengan ocehan panjang Hanna. Jaehyun memejamkan mata dan menghela napas panjang kemudian melirik Hanna lama.

"Hanna, tidak baik berbicara di depan makanan. Lihat air liur kamu sudah masuk ke dalam sup ini."

"Maaf, om." Hanna mengaduk-aduk supnya sendiri. Namun, lagi-lagi dia menghentikan kegiatannya dan mendekatkan wajahnya ke arah Jaehyun. "Tapi, besok-besok kalau aku ketiduran lagi, om bangunin aku aja. Kalau aku ga bisa dibanguni, udah tinggal aja. Aku ga pa pa kok tidur di ruang kerja om."

Jaehyun menegakkan tubuhnya. Kenapa Hanna sering bertindak tiba-tiba. Hampir saja wajah mereka bersentuhan tadi. Dasar gadis ceroboh. Apa semua orang di sekolahnya sering mengalami ini?

"Kamu tidak boleh lagi nunggu saya kerja seperti semalam."

"Aku ga mau om."

Hanna menghentak-hentakkan kakinya di lantai. Wajahnya berubah kesal.

"Saya tidak mau tidur kamu terganggu. Bahkan kamu tadi kesiangan lagi, kan?" omel Jaehyun tidak mau mengalah.

"Om, gimana kalau kita satu kamar aja? Kan, ga masalah," celetuk Hanna tiba-tiba.

Jaehyun yang sedang menenggak minum tersedak. Matanya melotit lebar menatap Hanna yang masih memasang wajah penuh ingin. 

"Hanna, kamu kenapa bicara seperti itu?"

"Lagian, kenapa emangnya? Kan, om juga ga bakalan ngapa-ngapain aku. Aku suka ga nyaman tidur kalo di tempat baru. Dulu pas aku baru pindah ke Apartement-ku aja harus ditemenin sama mama Sohyun," sahut Hanna enteng.

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang