59. Iam fine

204 33 55
                                    

Hanna membuka kelopak matanya. Dia langsung bangkit dari tidur karena terkejut menatap laki-laki di tepi tempat tidurnya.

"Hanna ...." Guanlin menatap Hanna canggung. Menggaruk tengkuknya dan menatap sekitar.

"Gu-guanlin. Dari kapan kamu di sini?" tanya Hanna gugup. Sungguh keajaiban laki-laki ini datang dan memasang wajah canggung.

"Kamu udah mendingan?"

Hanna mengangguk pelan. Menundukkan kepala dan memain-mainkan kukunya sendiri. Dia juga canggung. Kini dia kembali teringat dengan pembicaraan mereka sebelum kecelakaan.

"Aku minta maaf ya, Na."

Kepala Hanna mendongak. Mendapati wajah sendu Guanlin yang terlihat penuh penyesalan dia semakin tidak nyaman.

"Kenapa? Kamu kenapa minta maaf? Emang kamu salah apa?" tanya Hanna cepat. Kepalanya tertunduk lagi.

Guanlin tersenyum hambar dan melipatkan tangan di dada. Ditatapnya lamat-lamat wajah Hanna yang sedikit tertutupi rambutnya.

"Untuk semuanya. Untuk___"

Guanlin menghentikan kata-katanya saat menoleh ke arah pintu. Hanna mengikuti arah pandangan Guanlin. Mata Hanna membulat lebar saat mendapati beberapa orang di luar yang mencoba melihatnya dari kaca.

"Ck! Ga tepat banget si mereka nongolnya," gerutu Guanlin kesal. Wajahnya terlihat tidak suka. "Na, mereka mau jenguk kamu. Boleh gak?" tanya Guanlin.

Hanna tersenyum manis kemudian mengangguk setuju. Guanlin mengarahkan dengan tangannya untuk masuk. Saat itu beberapa orang termasuk Yujin dan Dahyun masuk dengan sedikit takut-takut. Sesaat kemudian suasana terasa sunyi. Seperti kuburan.

"Ya elah. Udah cepetan ngomong. Udah ganggu gue tadi lo pada. Ini udah masuk malah kayak manekin, kaku," omel Guanlin kesal.

"Na, kami___"

"Gimana keadaan di sekolah?" tanya Hanna tiba-tiba. Senyumnya terpancar manis menampilkan wajah penuh maaf.

Semua menatap Hanna tanpa ragu. Senyuman mereka akhirnya merekah. Dengan cepat Yujin dan Dahyun memeluk Hanna.

"Maafin kita ya, Na. Kita ga seharusnya bersikap kayak gitu sama lo. Kita semua nyesel, Na," ucap Dahyun di balik punggung Hanna.

Hanna menepuk-nepuk pundak kedua sahabatnya pelan.

"Gue juga salah, kok." Pelukkan mereka terlepas. Hanna menatap semuanya satu per satu. "Gue juga salah, udah nutupi rahasia gue ini sama lo semua. Gue harusnya jujur sama kalian." Lagi-lagi Hanna tersenyum manis. Walau matanya memanas, tapi air matanya kali ini berhasil ditahan. Mungkin dia sudah lelah menangis sejak semalam.

"Na, lo kok ngomong gitu, sih," sela Mina.

"Gue nyimpen rahasia besar kayak gini seolah gue maksain kalian buat nerima gue. Makanya, gue sadar kalau ternyata gue juga egois. Jadi ini semua ga sepenuhnya salah kalian semua, kok," ucap Hanna pelan.

"Hanna ... Gue bener-bener makin bersalah kalo lo ngomong gini." Mina memeluk Hanna lagi dengan wajah penuh penyesalan.

"Tapi, lo ga jadi keluar dari sekolah kan, Na?" tanya Wojin lagi.

Hanna terdiam, mendapati semua tatapan dariteman-temannya. Perlahan dia mengulumkan senyum manis.

"Jangan ya, Na. Ya, Ya, Please," pinta Yujin penuh harap.

"Ini semua karena Sakura," gerutu Yuqi sambil menekan kepalan tangannya.

"Untung dia udah dikeluarin dari sekolah."

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang