"Siapa lagi ni, Na?"Hanna menatap terkejut laki-laki tinggi di depannya. Lebih tepatnya tiang listrik berbicara. Guanlin. Kenapa dia bisa ada di mana-mana? Apa mungkin dia memang jelmaan Monster? Hanna menggerutu di dalam hati.
"Peduli amat si lo amit-amit," bentak Hanna ketus. Kenapa pula kebahagiaanya yang sebentar tadi harus dirusak dengan kedatangan Guanlin menyebalkan.
"Emang kayaknya lo doyan sama om om sekarang ya, Na," cibir Guanlin sinis. Mata tajamnya menatap ke arah Yuta.
"Eh, tiang listrik rusak. Ga usah ngurusin orang ya, urusi aja tu badan biar ga tinggi doang tapi otak cetek," bentak Hanna lagi dengan suara keras.
Yuta melotot lebar. Ia memang belum pernah menyaksikan pertengkaran anak ABG sebelumnya. Ternyata sangat mengerikan.
"Sok pinter lo, padahal otak juga bego. Liat aja ni, demi mau makan es krim rela jalan sama om om. Mending om nya ganteng," ketus Guanlin lagi sambil tersenyum penuh hina.
Yuta tersedak, kaget. Kenapa dia dibawa-bawa. Miris. Hatinya sudah hampir hancur sejak dengan Hanna tadi, dan sekarang ada orang lain yang membuat hati semakin remuk tak bersisa.
Emosi Hanna semakin tersulut. Mungkin Guanlin memang harus dihabisi agar dunianya sedikit tenang.
"Mulut lo ga disekolahin ya? Gue aduin sama kak Mark tahu rasa lo."
"Dasar tukang ngadu. Emang itu kan keahlian lo dari lahir. Aduin aja terus. Sampe kapanpun lo ga bakalan bisa dapetin seseorang yang tulus kalo hidup cuma ngarepin kakak lo yang belagu itu." Guanlin menyelipkan tangan di saku. Melemparkan tatapan pada Hanna penuh hina.
"LAI GUANLIN!! Jaga mulut tetanusan lo ya!!"
"Emang bener kan, lo ngaduin sama kak Mark biar gue mau pacaran sama lo. Terus pas gue putusin, lo juga ngadu biar kita balikan lagi. Sadar Hanna, sampai kapan lo hidup kayak gitu," ucap Guanlin sambil menatap rendah Hanna. Senyum sinis kembali menghiasi wajahnya.
Seketika Hanna terdiam mantap Guanlin. Masih mencoba mencerna ucapan aneh Guanlin. Benarkan kakaknya melakukan itu?
"Gue ga ngerti maksud lo."
"Otak udang ga nyampe, udah ya. Bye Princess Aurora." Guanlin melambaikan tangan sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Brengsek lo!! Emang kalo udah karatan ga bisa dibagusin lagi ya, baru juga lo minta maaf tadi." Hanna berjalan mendahului Guanlin dan menginjak kakinya keras.
"Au! HANNA!!! Gila lo ya!!"
Hanna hanya berlalu meninggalkan Guanlin yang menunduk manahan sakit di kakinya.
##
Hanna melangkah kesal sambil mengentakkan kakinya keras. Jaehyun yang menyambutnya di depan pintu tampak marah.
"Kenapa tidak langsung pulang? Saya tadi sudah memberitahu kamu untuk langsung pulang." menyambut Yuta Jaehyun membentak seketarisnya yang sudah pucat pasi.
Hanna hanya berlalu tanpa memedulikan Jaehyun yang berdiri di depannya. Emosinya semakin meningkat saat melihat pria di depannya ini lagi.
"JUNG HANNA!!" bentak Jaehyun dengan suara keras.
Hanna terus berjalan meninggalkan Jaehyun yang berteriak keras.
"JUNG HANNA!! BERHENTI KAMU!!"
Hanna menghentikan langkah kakinya. Dengan cepat pria itu berjalan ke arahnya dan berdiri di sampingnya.
"Kenapa kamu tidak bisa diatur? Mau sampai kapan kamu bersikap seenaknya. Ingat Hanna kamu itu sudah jadi istri, apa pantas istri keluar rumah sampai selarut ini? Apalagi dengan____"
Jaehyun menunjuk ke arah Yuta. Melihat tingkah seenaknya Hanna dia memang tidak bisa menahan emosinya lagi. Kalau dibiarkan Hanna akan terus begini. Padahal dia yang menyuruh pergi dengan Yuta. Namun, dia benar-benar gelisah sejak tadi.
"Kenapa? Om mau ceraikan aku sekarang? Ya udah, ga pa-pa. Kita cerai sekarang!!" pungkas Hanna dengan suara tak kalah keras.
Wajah Jaehyun semakin merah, gemeretak giginya terdengar jelas. Namun, entah kenapa itu tidak membuat gadis di depannya terlihat takut.
"Yuta, Kamu bisa pergi sekarang!!" titah Jaehyun pada Yuta.
"Ba-baik, Pak."
Yuta beranjak meninggalkan rumah yang membuatnya tidak dapat bernapas normal sejak tadi.
"Apa karena ini makanya kamu memilih untuk berpisah dan menjauh dari keluarga kamu? Supaya kamu bisa bebas keluar sana-sini dan hidup sesuka kamu?" bentak Jaehyun dengan napas tersenggal. Perceraian? Walau pernikahan mereka hanya karena kesepakatan, tapi perceraian tidak akan dilakukannya secepat ini.
Hanna membalas tatapan Jaehyun tak kalah tajam. "Kalo iya, kenapa? Apa urusannya sama, om?"
"Memang tidak ada urusannya dengan saya. Tapi____"
"Aku cuma makan es krim keluar, apa ga boleh? Om selalu pulang sampe malem aku ga pernah protes. Om memang ga pernah ngertiin aku. Padahal aku di rumah udah kayak patung. Lagi pula aku pergi bukan sama siapa-siapa, tohnya aku pergi sama om Yuta," potong Hanna dengan suara bergetar.
"Saya juga pulang malam karena kerja, Hanna!! Kenapa kamu keras kepala sekali? Kamu bilang tidak suka menyusahkan orang lain, apa kata-kata kamu tempo hari cuma omong kosong saja." Jaehyun masih meninggikan suaranya. Walau jawaban Hanna sebagian besar benar, tapi tidak bisakah gadis ini paham kalau dia khawatir dan bingung sejak tadi.
Hanna menatap Jaehyun lama. Matanya mulai memanas. Namun, amarahnya lebih besar dari pada rasa sakit hatinya. Dia memang pandai membuat orang khawatir. Namun, kenapa pula Jaehyun khawatir, sedangkan dia saja tidak pernah khawatir dengan keadaan Jaehyun.
"Jadi sekarang om udah tahu kan? Gimana? Om mau ceraikan aku?" desak Hanna lagi dengan suara serak.
"Saya orang yang selalu menepati janji. Sesuai janji saya saya tidak akan menceraikan kamu sampai waktunya. Makanya saya ingatkan sekali lagi, kalau saya masih sah suami kamu. Dan kamu sebagai istri saya, harus mengikuti peraturan yang saya buat. Mengerti kamu!!" tegas Jaehyun dengan mata memerah.
Hanna tersenyum kecut sambil menggigit bibirnya sendiri. Entah siapa yang harus dia benci sekarang. Guanlin yang membuatnya harus mengambil jalan pintas menikahi Jaehyun, atau kakaknya. Merasa tidak lagi bisa menahan tangis, akhirnya dia beranjak meninggalkan Jaehyun.
"Hanna!! Jung Hanna!!" teriak Jaehyun dari luar kamar Hanna yang sudah tertutup rapat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fanfiction"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!