Hanna menatap Jaehyun bingung. Namun, itu malah menghipnotisnya. Kenapa malam ini senyum Jaehyun terlihat indah di matanya. Bahkan tatapannya sangat berbeda dari biasa. Mungkinkah karena memang ini perasaan di dirinya yang mengartikan sendiri kalau Jaehyun memang sedang menatapnya berbeda.
Perasaan Hanna semakin tidak karuan. Jantungnya berdetak lebih kencang. Kenapa dia seolah pernah merasakan ini pada orang sebelumnya. Mungkinkah itu Guanlin? Kenapa dia mulai merasa Jaehyun adalah dunianya malam ini. Dia hanya ingin menatap Jaehyun dan menginginkannya.
Tubuh Jaehyun mendekat, tapi dia tidak juga enggan menjauh. Seolah ingin menyerahkan dan mempersilakan Jaehyun untuk melakukan apapun yang ingin orang itu lakukan. Hanna memejamkan mata, dan menahan napas. Dan saat itu wajah Jaehyun semakin mendekat. Deru napasnya terasa jelas di wajahnya. Namun, Hanna melebarkan matanya saat Jaehyun memeluknya dengan erat.
Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia malah berpikir sejauh itu? Bukankah itu lebih dari cukup kalaupun Jaehyun memeluknya. Apa dia mengharapkan lebih? Bukankah Jaehyun memang sering memeluknya. Namun, kenapa dia merasa pelukan Jaehyun terasa berbeda kali ini.
##
Hanna melirik Jaehyun sekali lagi. Sejak tadi suasana di meja makan sangat sepi dan dingin. Mungkin mereka semua sedang kelaparan, makanya lebih fokus menikmati hidangan mereka masing-masing.
UHUK!! UHUK!!
Hanna tersedak saat kepergok menatap Jaehyun.
“Pelan-pelan makannya,” ucap Jeno sambil menyodorkan minum ke arah Hanna.
“Saya tunggu di mobil,” ucap Jaehyun dingin.
Hanna menatap kepergian Jaehyun dengan wajah cemberut. Dalam hati dia masih bertanya-tanya. Kenapa sejak kejadian semalam wajah Jaehyun sangat dingin. Bahkan saat pulang semalam. Jaehyun tidak mengucapkan satu patah katapun. Hanya “Maaf,” dan itu yang sangat mengganggunya sampai sekarang.
“Kamu kenapa sama om Jae?” tanya Jeno heran.
“Aku juga ga tau,” jawab Hanna tidak bersemangat.
“Bukanya semalam kalian pulang bareng? Aku ketiduran.”
“Iya, tapi ....” Hanna memotong kata-katanya. Dan itu malah membuat Jeno semakin penasaran.
“Apa mungkin kalian____”
“Maksud kamu apa? Udah, aku duluan.” Hanna beranjak dari duduknya tanpa menghabiskan sarapannya.
##
Di kelas
“Hanna. Good morning.” Dahyun menyambut Hanna sambil memeluknya posesif.
“Morning Kiss please,” ucap Yujin lagi sambil mendekatkan wajahnya.
Hanna bergidik ngeri. Entah kenapa kata-kata Yujin membuatnya merinding.
“Mesum Lo,” cebik Hanna kesal sambil menjauhkan wajah Yujin dari wajahnya.
“Bukanya lo udah pengalaman, sama Om Jae?” ledek Wojin sambil menarik turunkan alisnya.
Lagi-lagi wajah Hanna memanas. Namun, segera tangan ringan Hanna memukul Wojin. Kenapa semua orang malah membuatnya untuk mengingat kekonyolannya semalam.
“Otak lo emang ga ada benernya,” ledek Yujin kesal.
“Enak aja. Gue kan cuma sekalian cari tau. Sebenernya mereka semesra apa, sih? Pasti lo bedua juga penasaran, kan?” ujar Wojin sambil menatap sekeliling. Seakan sedang mencari persetujuan dari siapa pun yang mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Aurora ( Tamat )√
Fanfiction"Woi, Princess aurora!! Ngapain lo di sini sendirian." "Heh, tiang listrik karatan. GUE BUKAN PRINCESS AURORA, BEGO!!! KESEL GUE TIAP KALI LO MANGGIL GUE ITU," Hanna. ## "Om, aku mau nikah sekarang!" Hanna. BRUAKKK!!