31. The felling

155 49 62
                                        

"Ada apa ngajakin Guanlin ganteng ketemuan om? Om tertarik juga sama cowok ganteng?" Guanlin menatap Jaehyun sambil tersenyum miring.

"Saya minta kamu untuk jangan mengganggu Hanna lagi," ucap Jaehyun tegas. Sebisanya menahan emosi yang sejak tadi berusaha dikubur dalam.

Guanlin mengembuskan napas kasar sambil menyelipkan tangannya di saku. Wajahnya berubah tidak senang. Tidak omnya, tidak keponakan keduanya sangat menyebalkan.

"Emang kapan gue gangguin Hanna sih, Om? Hanna ngadu ya? Emang dasar tu aurora penyakitan."

"Hanna tidak pernah bercerita pada saya tentang sekolahnya. Bahkan saat kamu sering mengganggu dia pun dia tidak pernah memberitahu saya," sahut Jaehyun cepat.

"So? Emang situ Om Jin? Kok bisa tau? Serem ih." Guanlin menatap Jaehyun menantang. Sejujurnya dia paham, bisa saja ada pesuruh Jaehyun yang memata-matainya.

Jaehyun tersenyum tipis. "Itu urusan saya. Yang penting sekarang, saya sudah ingatkan kamu."

"Ooo, Jeno penyakitan kali ya yang ngadu," ujar Guanlin sambil mengangguk-nggukkan kepalanya.

"Guanlin! Kamu dengar apa yang saya ucapkan barusan? Atau tidak paham?" Jaehyun yang sudah kehabisan kesabaran memulai meninggikan suaranya. Konyolnya dia beradu mulut dengan anak SMA. Namun, semoga saja ada yang memahami bagaimana kalutnya dia karena tingkah anak ini pada Hanna.

"Denger ya, Om jin. Bukan gue yang kasih kue cumi-cumi itu ke Hanna. Ga sejahat itu juga kali gue," ucap Guanlin dengan nada tegas. Sorot matanya tajam, penuh amarah. Sungguh dia benci dipojokkan begini. Lagi pula memang dasarnya dia membenci pria ini.

"Saya sudah tahu, Jeno yang menjelaskannya pada saya. Saya hanya minta kamu untuk berhenti mengganggu Hanna. Karena saya rasa kejadian semalam ada hubunganya dengan kamu," jelas Jaehyun.

"Posesif amat dah laki Hanna. Gue aja diginiin apa kabar Jeno?" gerutu Guanlin sambil membuang tatapannya ke arah lain.

"Kamu sudah tahu kalau saya suami Hanna, tapi masih juga sering mengganggunya," ketus Jaehyun lagi.

"Untung ganteng kayak gue ni om jin. Kok sama kepedeannya ya sama Hanna penyakitan? Siapa yang ganggu siapa sih?" cibir Guanlin lagi.

"Kamu masih menyukai Hanna?" tanya Jaehyun penuh selidik.

"What? Om jin ternyata ga jago ngeramal ya. Ngapain juga gue suka sama aurora penyakitan. Kalo udah diputusin ya udah berarti ga suka. Gimana sih, Om Jin. Ketularan Hanna kayaknya ini," celoteh Guanlin panjang lebar. Kekehan kecil mengakhiri ucehan panjangnya.

"Terserah, saya tegaskan lagi, kalau Hanna istri saya. Jadi ... sebagai suaminya, saya tidak suka ada yang menganggunya."

Jaehyun mengakhiri ucapannya sambil tersenyum sinis. Seolah dia memang sudah memenangkan sebuah perselisihan besar.

"Gue masih ada urusan yang belum selesai sama Hanna."

"Soal apa? Saya yang akan menyelesaikannya," desak Jaehyun cepat.

"Itu urusan gue sama Hanna. Lagian asal om tau gue bukan orang yang mudah dilupain Hanna, ingat itu om Jin." Guanlin tertawa sinis penuh percaya diri.

Jaehyun terdiam. Sepertinya dia memang membenarkan ucapan laki-laki di depannya barusan. Perlahan dia menyunggingkan senyum tipis.

"Kamu memang memiliki tingkat kepercayaan diri di atas rata-rata. Tapi saya akan buktikan kalau ucapanmu salah," ucap Jaehyun sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Kita liat aja nanti."

Guanlin beranjak meninggalkan Jaehyun sambil mendengus kesal.

##

Bukan Aurora ( Tamat )√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang